Jimin mengerjapkan matanya perlahan. Menyesuaikan diri dengan kondisi sadar dan rasa pusing yang masih menyelimuti kepalanya.
Namun baru beberapa detik Jimin tersadar, ia kembali terkejut mendapati tangan seseorang yang sedang memeluk pinggangnya erat. Dan Jimin tau tangan ini adalah milik orang yang telah menyebabkannya jatuh pingsan. Kepala seseorang itu tersembunyi di dekat ceruk leher Jimin seakan aroma tubuh Jimin yang menguar dari sana adalah oksigen yang mampu mengisi rongga paru-parunya.
Jimin hendak melepaskan diri dari pelukan sepihak orang itu. Apalagi mengingat semua hal mustahil yang telah dikatakannya. Namun entah mengapa Jimin merasa ini nyaman. Ia merasa tidak asing dengan kehangatan ini.
Hah! Memikirkan apa dia, bahkan pasangan saja tidak punya, mana mungkin ia familiar dengan aura intim macam ini.Baru saja Jimin akan bangkit, suara laki-laki itu menginterupsi tindakannya.
"Kalau memang kau nyaman dan menginginkan posisi ini, mengapa harus melepaskan diri, sayang?" kata Suga sambil bangkit dari tidurnya.
Sedetik kemudian Suga mengusap sayang surai yang menutupi dahi Jimin. Mengenyahkannya untuk melihat wajah Jimin sepenuhnya "Mengapa manusia begitu membingungkan?" kata Suga kemudian.
Jimin membeku dalam baringnya. Ia bingung harus merespon seperti apa sekarang. Ia takut tapi di satu sisi ia juga merasa penasaran dengan sosok Suga. Dan lagi, baru kali ini Jimin merasa begitu diinginkan, begitu dipahami. Well, katakan saja Jimin konyol karena begitu mudah terbawa perasaan. Tapi Jimin berani bersumpah apabila kalian yang menghadapi namja ini, kalian juga tidak akan kenal lagi dengan yang namanya logika dan kewarasan. Aura namja ini begitu berbeda, perlakuannya begitu manis namun sangat berbanding terbalik dengan auranya yang begitu dingin dan mencekam.
Dengan segala pikiran yang berkecamuk di dalam kepalanya, akhirnya Jimin memberanikan diri untuk menghentikan tangan Suga yang masih mengelus lembut surainya.
"Je...jelaskan padaku Suga. Si..siapa kau? Apa hubunganmu denganku? Dan...dan...apa-apaan dengan semua hal tak masuk akal yang kau katakan?"
Suga terkekeh lagi dan dengan gerakan cepat ia langsung mengecup dahi Jimin dan bangkit dari tempat tidur.
"Sudah kukatakan bukan Jim, aku adalah tangan kanan dewa kegelapan. Namaku Suga. Dan masalah hubunganku denganmu...
baiklah aku akan memberitahunya karena kau begitu penasaran."Jimin mengikuti Suga bangkit dari tempat tidur itu dan terduduk di tepi ranjang. Matanya menatap Suga intens sedangkan yang ditatap sedang bersender santai pada lemari baju Jimin.
"Beberapa hari setelah kau lahir, aku bertemu denganmu, Jim. Waktu itu aku adalah penghuni kegelapan baru yang menempati rumahmu. Yah sekedar informasi bahwa kami tinggal di sudut2 gelap di manapun di bumi ini. Tapi kami lebih suka menempati sudut gelap di dalam rumah.
Kau tau, lebih nyaman dan hangat menurut kami."
Mendengar penuturan Suga, Jimin mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya. Ia baru sadar bahwa kamar ini sangat minim pencahayaan. Lampu kamarnya tidak dinyalakan, hanya ada bantuan penerangan dari lampu jalanan dari luar yang menembus masuk melalui jendela kamarnya yang tidak tertutup gorden. Jadi hanya di tempat seperti inilah Suga dapat tinggal, batin Jimin."Tidak sayang, kami bisa tinggal dimanapun. Bahkan di tempat dengan pencahayaan terang, hanya saja hal itu akan sangat menguras energi kami. Dan di tempat gelap atau sangat minim pencahayaan itulah kami dapat mengisi energi kami."
"Baiklah, mari kita lanjutkan, Jim." Seketika Jimin langsung mengembalikan perhatiannya pada Suga.
"Mulai saat itu aku selalu memperhatikanmu. Awalnya aku hanya merasa kau menggemaskan dengan segala tingkah manja, pipi gembul kemerahan milikmu. Namun semakin kau dewasa..." Suga menggantung kalimatnya dan berjalan mendekati Jimin.
Tangannya mengusap tengkuk Jimin sensual."Semakin aku merasa bahwa aku berhasrat padamu Jim" tanpa sadar Jimin memejamkan matanya.
"When u were around 17 or 18, i think.. " Suga melanjutkan.
"Sejak saat itu, aku bersumpah akan menghalau semua cinta yang akan mendekat padamu. Aku tidak bisa membiarkanmu jatuh ke pelukan siapapun selain aku, Jim." Mendengar hal itu, Jimin sukses membolakan matanya.
Suga tersenyum remeh dan menghentikan usapan tangannya pada tengkuk Jimin. Tangannya beralih masuk ke dalam kantong celananya
"Dan sejak saat itu jugalah semakin lama batinmu memiliki semacam koneksi kurasa, denganku. Jadi jangan kaget jika aku mengetahui isi kepala dan hatimu, Jim"Jimin sontak berdiri dari duduknya. Mendorong bahu Suga menjauh. Kemudian menatapnya antara takut dan tak percaya.
"Omong kosong macam apa itu?!""Hahahaha baiklah sayang, aku tau kau pasti tidak akan dengan mudah menerima informasi penting yang baru aku ucapkan. Tapi Jim..." Suga berjalan mendekati Jimin
"Apakah ada yang mengetahui bahwa seorang Jimin yang terlihat lugu dan tidak mempunyai pengalaman cinta sekalipun, ternyata memiliki...
hasrat seksual yang begitu luar biasa?" Suga membisikkan kalimat terakhirnya tepat di telinga Jimin. Membuat pria mungil itu terkaget namun tidak memungkiri adanya gelenyar aneh dalam dirinya.
"Kau....kau pasti hanya asal menebak" jawab Jimin sambil memalingkan mukanya ke arah yang berlawanan dengan wajah Suga.
"Hahahaha kau gugup sayang?
Baiklah, anggap saja itu hanya tebak-tebakan berhadiah yang kulakukan. Tapi...untuk yang satu ini kau tidak mungkin bisa mengelaknya lagi, sayang"Suga menarik dagu Jimin dengan tangan kanannya agar mereka berhadapan. Pelan tapi pasti tangan kiri Suga bergerak ke arah dada Jimin. Mengusapnya lembut dengan ibu jari dan telunjuknya.
"Ini...adalah titik sensitifmu kan, sayang?
Dan kau...saat ini sedang sangat ingin disentuh di bagian ini. Benarkan Jimin?""Jawablah sayang, apalagi yang harus kau tutupi? Aku tau isi pikiran dan hatimu" kata Suga sambil memberikan cubitan kecil pada dada Jimin.
Tanpa sadar, Jimin menengadahkan kepalanya, matanya terpejam dan mendesah kecil.
Tangannya mencoba menghentikan perlakuan Suga padanya. Namun sisi lain dirinya menginginkan hal ini.
Dengan nafas tersengal menahan hasrat, Jimin mencoba mengeluarkan suaranya
"Lakukanh..lakukanh emh... Su..Suga" runtuh sudah pertahanan Jimin.
Ya, Suga sudah begitu memahami Jimin luar dan dalam. Hampir setiap malam, dalam diam Suga memberikan sentuhan-sentuhan dan kecupan-kecupan pada Jimin. Tak heran saat ini pria mungil itu merasa tak asing dan rindu dengan keintiman itu.Jimin kemudian mengalungkan tangannya pada leher Suga dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher namja dingin itu. Ia malu, namun ia juga merasa sangat ingin menempel pada Suga.
Suga yang melihat respon Jimin kemudian terkekeh gemas dan akhirnya membaringkan Jimin, namun tangannya tak berhenti memberikan sentuhan-sentuhan sensual pada tubuh Jimin.
Jimin tidak peduli lagi dengan semuanya, ia hanya ingin meluapkan perasaannya atau lebih tepatnya hasratnya. Kalian tidak akan mengerti bagaimana membuncahnya perasaan Jimin saat ini. Bagaimana bahagianya ia diperlakukan sangat diinginkan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Find Love In The Dark
FantasyPark Jimin seorang namja dengan wajah yang bisa dibilang lumayan. Kecerdasannya? Lumayan, buktinya dia bisa lulus dengan predikat cumlaude. Kepribadiannya? Lumayan, buktinya dia punya beberapa sahabat yang menyayanginya. Namun mengapa ia sering mera...