Prologue

6 1 0
                                    

Sabtu, September 8, 2041

"Apakah mesin ini sudah selesai, ayah?" tanyaku.
"Sebentar lagi," jawab ayah yang terlihat sibuk mengatur bagian-bagian mesin buatannya.
Aku tidak sabar ingin mencoba mesin buatan ayah.
"Hei, makan malam sudah siap, ayo makan dulu" Ibu  menghampiriku dan ayah yang sedang ada di garasi. Ayah terlihat sibuk dengan mesin buatannya, mungkin setelah makan aku akan kembali menemui ayah.
"Sayang, ayo makan malam bersama" ajak ibu kepada ayah, ayah hanya mengangguk.
Ibu dan aku mengerti dan menuju ruang makan.

...

"Kapan ayah bisa makan malam bersama kita lagi, bu?" gerutu Genio, kakakku.
"Ayah bulan ini sedang sibuk mengerjakan proyeknya, Genio" jawab Ibu yang sedang menggenggam sebotol sirup.

"Argh, seharian hanya di garasi mengerjakan mesin bodohnya itu" Genio geram.

"Genio!"

"Sabar kak Nio, aku juga rindu kita ber-empat bisa berkumpul lagi seperti dulu," aku meletakkan piring di wastafel dan berlari ke garasi.

...

Ayah masih terlihat fokus dengan mesin ciptaannya. Aku melihat mesin berbentuk seperti telur yang sangat besar dengan pintu penuh tombol. Aku melihat pintu itu terbuka dan ada sebungkus permen coklat di dalamnya.

Aku mulai mengendap-mengendap dan masuk ke telur raksasa itu, kurasa ayah tidak melihatku.

Saat aku mengambil permen itu, aku tak sengaja memencet tombol yang tak tau apa gunanya.

Pintu mesin ini tiba-tiba tertutup dan aku tidak bisa membukannya.

"Ayah!!" aku memanggil ayah semampuku.

Tapi sepertinya ayah tidak mendengarnya. Ya usahaku sia-sia, aku tidak tau apa yang harus kulakukan.

Tombol-tombol di dalam mesin ini sepertinya berbahaya, tapi aku akan mencari tombol keluar.
Aku mulai mencari, banyak sekali tombol dan angka. Ini membuatku bingung dan mulai berkeringat.

***

"Gizon, aku pinjam VR boleh, kan?"
"Gizon?"

Kemana anak itu?

"Bu, Gizon dimana ya?" tanyaku pada Ibu.
"Terakhir dia berlari ke garasi kan?" kira ibu, "mungkin dia bersama ayah," lanjutnya.

Aku menuju garasi, Gizon sama sekali tidak melihat Gizon.

"Ayah, Gizon mana?"
"Ayah, tak tau, nak" jawab ayah singkat. Aku berdecak dan melanjutkan untuk mencari adikku.

Aku melihat mesin ciptaan ayah,
"Kau membuat apa, Yah?" tanyaku penasaran.
"Ayah mencoba untuk membuat mesin waktu, apakah itu terlihat menarik?" jelas ayah tanpa melihatku.

"Sama sekali tidak."
Saat ku sentuh mesin waktu itu, aku merasa ada yang aneh. Seperti ada yang memukul benda ini dari dalam.

"Ini saatnya percobaan!" Ayah mulai mengetik sesuatu di mesin itu.
"Tunggu, ayah!" aku ingin memastikan, ku mendekatkan telingaku ke mesin waktu itu.

"Tenang, nak. Ayah hanya menaruh permen disitu, masih ada banyak ditoples." ucap ayah.
Sepertinya ayah tidak menyadarinya jika ada sesuatu yang aneh, atau memang mesin ini belum sepenuhnya sempurna?

Tunggu, tujuanku ke garasi itu untuk mencari Gizon.

Dimana dia?!

"Ayah, Gizon didala–"
Terlambat..
"Click!" Ayah menekan tombol "start" begitu semangat.

Mesin itu mulai bergetar, aku yakin Gizon didalam!
Aku mencoba menyuruh ayah untuk mematikan mesinnya tapi ayah tidak peduli.

Aku menarik lengan ayah, "Ayah, Gizon ada didalam!!" teriakku.
"Tidak mungkin, didalam mesin itu hanya sebungkus permen." Ayah tidak mempercayaiku.

***

Telingaku berdengung, kepalaku sakit sekali.
Aku terguncang dan terbentur beberapa kali.

Aku tidak bisa apa-apa,
Pandanganku mulai kabur.

"Ayah, Ibu, Kak Nio.. Tolong.." ucapku lemas.
Aku tidak kuat, sakit sekali.

Aku mengusap kepalaku yang terasa perih,

"D- da- darah.."

Gelap gulita, sakit, dan suara yang nyaring.
Itu yang aku rasakan saat itu.

***

"Ayah!! Kumohon percaya padaku!!" teriakku.
"Ada apa ini?" tanya ibu.

"Bu, Gizon ada didalam, suruh ayah untuk mematikan mesinnya, bu!" mataku mulai berkaca-kaca.

DUARR!!

Suara ledakkan itu berasal dari mesin waktu itu, sangat kencang sekali.

"Gizon!!" aku berlari dan segera membuka pintunya.
Semua terkejut.
Ibu menutup mulut dengan kedua tangannya dan panik.
Gizon tersungkur tak sadarkan diri, dan luka parah dikepalanya.
Ayah langsung menggendong Gizon menuju kamarnya dan ibu mengambil obat luka dan perban.

...

"Genio, ayah sangat minta maaf, ayah tidak–"
"Kau hampir membuat Gizon pergi, Ayah! mesin bodohmu itu tidak akan bekerja, usaha ayah sia-sia! Dan itu malah merugikan orang lain, berhentilah, Ayah!!" aku meninggalkan ayah dan membanting pintu kamarku. Air mataku tidak bisa berhenti saat mengingat insiden itu. aku sangat marah, bingung, dan panik semuanya bercampur aduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Dear From the FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang