3. Kasih Sayang

4.7K 195 11
                                    

Taman

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Shikamaru.

"Begini, aku hanya ingin bilang, siapa anak ini? Ia mengaku dari masa depan." Naruto menunjuk Himawari dan Boruto.

"Huh? Berati itu sama dengan anak ini juga." Ino menatap Inojin.

"Ya, ampun! Mereka ini teman kami," bela Inojin sambil menggelengkan kepala.

Reflek, Naruto, Shikamaru, Ino, Temari, dan Sakura melotot.

"NANI?"

"Jadi kalian berteman? Saling kenal?" teriak Ino dengan heboh.

"Ya!"

Naruto dan lainnya tidak menyangka sebuah pristiwa ini. Bagaimana jadinya seseorang dari masa depan datang ke kehidupan masa lalu?

"Jelaskan! Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Sasuke yang tak acuh.

"Umm ... itu ...," ragu Sarada.

"Apa?" desak Ino.

"Su ... sudahlah, Ino-chan. Kau tak perlu mendesak mereka," nasihat Hinata lalu memeluk Himawari di gendongannya.

"Ta ... tapi ..,"

"Ah, aku lapar, Ttebayo! Gimana kita makan ke Ramen Ichiraku?" tawar Naruto yang mengabaikan Ino.

"Whoa, aku mau!" seru Boruto yang sedari tadi diam.

"Kalau begitu, pastinya aku ikut!" ujar Chocho dengan semangat tertinggi.

"Paman Naruto, ayo kita makan ke Ramen Ichiraku!" kata Sarada mengalihkan pembicaraan.

"Oke, kita berangkat, anak-anak!" Naruto memimpin jalan ke Warung Ramen favoritnya itu.

"Aaghhr, Kalian! Kalian mengabaikanku! Hei, tunggu!" sentak Ino dengan jengkel.

"Sudahlah, Ino. Lebih baik, kita makan!" Sakura mensejajarkan langkahnya ke samping Ino.

"Huh, aku lagi diet," gertak Ino.

"Hahaha. Kau sudah cukup kurus, kok, Ino-chan," sahut Hinata yang sudah berjalan di samping Temari.

"Kau mau seperti tengkorak, huh?" sindir Temari dengan sikutan mematikannya di perut Ino.

"Ouch. Sakit, Temari!" protes Ino.

"Jangan lupakan aku, teman-teman." Ten-ten mendorong bahu Sakura, dan ikut berjalan di sampingnya.

Bisa ditebak, keempat teman Ino sibuk mengejeknya tentang diet. Sasarannya pasti Ino! Karena Ino-lah yang paling aneh gaya hidupnya.

Aku senang, Kami-sama. Aku masih mempunyai 'mereka' dalam hidupku. Dan sekarang, atau nanti impianku bersama Naruto-kun akan tetap terwujud.

》》》》》》》《《《《《《《

"Ugh! Perutku ke ... kenyang." Boruto memegangi perutnya yang mules.

"Ini pasti ... gara-gara ramen yang ter ... lalu banyak," ujar Sarada.

"Hah, sudah kubilang. Lama-lama kalian bisa gendut, lho," sahut Hinata.

Sakura, Ino, dan Temari kompak melirik Chocho, kemudian tatapan membunuh diarahkan ke Hinata.

Hinata yang menyadarinya segera memperbaiki ucapannya. "Umm ... untung tidak ada yang gen ... gendut di ... di sini. Hehehe." Hinata bernapas lega karena Chocho sepertinya tidak sadar.

"Hari sudah semakin sore, kita sebaiknya pulang," usul Shikamaru.

"Ah, ya, benar!" Sai tersenyum.

"Mari pulang!" komando Naruto sambil berjalan ke luar warung.

"Lalu ... lalu kami gimana?" protes Sarada.

"Panti asuhan," ucap Sasuke, enteng.

"HAH?!"

Naruto memukul kepala Sasuke dengan kesal. "Baka kau, Dobe."

"SASUKE!" geram Ino menatap nyalang ke arah Sasuke.

"Hah, terserah." Sasuke mendahului yang lain.

"Oi, Sasuke!" panggil Naruto yang berlari susah payah menyusulnya.

"Papa....," lirih Sarada.
Sama sekali tidak peduli, batinnya kemudian.

"Uhmm ... Sarada. Jangan dimasukkan hati tentang ucapan Sasuke. Dia itu memang!" geram Sakura.

"Sudahlah. Aku mengantuk!" Temari berjalan ke arah Shikamaru dan membicarakan sesuatu. Lalu, ada raut terkejut dari Shikamaru, namun setelahnya dia mengagguk.

"Ayo, Boruto!" Hinata menggandeng Boruto. Entah dia ingin kemana.

"Hinata, Hinata-chan!" panggil Sakura.

"Nani?"

"Kau mau ke mana?" tanya Sakura, ragu-ragu.

Hinata menggeleng pelan. "Tidak tahu."

"Oi, aku sudah memilih susunannya." Temari mendekat ke arah teman-temannya yang lain.

"Kita akan menyewa apartemen, dan menginap di sana. Gimana?" usul Temari.

Semua saling pandang.

"Lalu, siapa yang menjaga kami? Gimana kalau mereka diculik? Kemudian, kita perempuan, tak bisa melawan. Bagaiman, Temari? Bagaimana?" cemas Ino bertubi-tubi.

"Tenang, tenang! Aku punya ide besar." Temari kemudian berbisik kepada teman-temannya.

"APA!?"

"KAU GILA, TEMARI!" gertak Ino tak terima.

"TEEEEMAAARII!" teriak Sakura yang emosi.

"Hei, hei. Apa kalian punya ide lain? Kita tidak punya pilihan. Jadi, cepat kerumah-nya. Sekarang!" instrupsi Temari.

Sakura, Ino, dan Hinata saling pandang. Ada nada keraguan sebelum kaki mereka melangkah.

"Baik ... lah."

Temari tersenyum puas, lalu melirik Shikamaru dengan dua jempolnya.

Tapi, apakah mereka sadar tengah diincar? Jawabannya, iya.
________________________________

Bab Berikutnya : Keanehan di kamar sebelah. Dan salah satu dari mereka menyadari hal itu.

Terkejut? Wheeww, whwwe. Akankah Incess menaruh plot twist di dalamnya. -_ *PLIS*

Maafkeun jarang update. Ehehe. Liat notifikasi vote langsung bikin Incess semangat.
:") terhura, eh, terharu.

Jangan segan-segan klik vote. Incess suka ada yang vote. *Incess suka-Incess suka*.

Kalau kalian rajin vote, Incess-pun rajin update :V *ada maunya*

Kechup Cantik, Incess.




Time MachineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang