Zero

314 17 0
                                    

"Berdiri! Beri hormat!"

Seluruh murid mengikuti perintah dari ketua kelas dan membungkuk sembari berseru "terima kasih" kepada guru Kimia. Kemudian mereka segera membereskan buku-buku dan merapikan meja praktik sebelum kembali ke kelas. Masih ada jeda sepuluh menit sebelum guru yang mengajar mata pelajaran selanjutnya datang.

Di kelas 1-1, murid-murid banyak yang mempersiapkan pelajaran selanjutnya dan mempergunakan jeda waktu dengan mengobrol atau pergi ke toilet. Kesibukan masing-masing itu kemudian terhenti oleh sebuah bentakan.

"Pencuri kau!"

Seluruh mata langsung tertuju pada sumber suara. Hinayama Karin terlihat mendorong seorang gadis dengan wajah marah. "Kau kemanakan uang itu, hah?!"

"A-Apa maksudmu? Aku tidak mencuri apapun!" sanggah gadis yang didorong tadi.

"Tidak usah bohong kau! Mengaku sajalah! Kau yang mencuri uangnya, 'kan?!"

"A-Aku tidak mencurinya, sungguh!"

Karin merampas tas miliknya dan menarik keluar sebuah amplop yang sudah sobek. "Lalu ini apa? Katakan padaku! Aku melihatmu mencurinya dari tas Ami!"

Gadis yang dituduh itu terkesiap kaget. "B-Bukan... bukan ak—"

"Yuki!"

Pemilik uang tersebut, Ami, menghampiri Yuki dengan wajah marah. "Kau... kau keterlaluan! Kau berani mencuri uangku?! Kau tahu itu uang sangat berarti, 'kan?!"

"Ami, kumohon dengarkan aku! Aku tidak mencurinya, sungguh!" tegas Yuki. "Ami, tolong... percayalah padaku, Ami!"

"Lalu kenapa ada uang lima ratus ribu yen di dalam tasmu? Sudah jelas kalau kau mencuri uangku!" balas Ami.

"Memang dasar pencuri! Sudah mencuri, tidak mau mengaku pula! Aku tidak percaya di sekolah elit begini ternyata ada orang rendahan seperti kau!" Karin seolah tidak puas dan terus menyerang Yuki dengan kalimat keji, hingga yang diserang menciut ketakutan dan hampir menangis.

"Ami... bukan aku yang mencurinya! Bukan aku! Sungguh, aku tidak akan pernah mencuri!"

Karin tertawa mengejek melihat Yuki yang begitu lemah di hadapannya. "Huh, lihat dirimu, Yuki. Memang dasar miskin, saking miskinnya sampai mencuri uang temanmu sendiri. Menjijikan."

"Kalau kau tetap tidak mau mengaku kau mencurinya, aku dan Karin akan melaporkan hal ini kepada Minami-sensei," ancam Ami. "Biarkan saja kau dikeluarkan dari SMA Miharayama! Pencuri memang pantas untuk dikeluarkan!"

Yuki tersentak. "T-Tolong jangan laporkan sensei! Kumohon, aku bersedia mengganti uangnya asal jangan melapor kepada Minami-sensei!" pintanya dengan wajah memelas.

"Lalu, kenapa kau tetap tidak mau mengaku kalau kau mencuri uang itu, hah?!" Karin semakin menggertak Yuki.

"Karena memang bukan Yuki pencurinya," sebuah suara tiba-tiba terdengar dan melerai pertengkaran tersebut.

Ami dan Karin tertegun, kemudian menoleh ke arah seorang gadis bersurai hitam seleher berkacamata yang duduk dengan satu kaki di atas kaki lainnya, salah satu tangan diletakan di meja dan menumpu dagunya.

Yuki menghela napas lega melihat ada satu orang yang membelanya. "Hanazuki-san...,"

Ami berdecak. "Oi, Shiragiku, kau sendiri lihat ada uang di tasnya, 'kan?"

"Tetap saja kau tidak perlu sampai memojokkannya," salah seorang lagi menimpali, seorang gadis dengan wajah yang mirip dengan Shiragiku, hanya saja rambutnya panjang melewati punggung dan tidak berkacamata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[IN REVISION] Case of Truth & LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang