Pendaftaran

8 2 0
                                    

Kita mulai dimana gue lagi gundah gulana dalam mencari PTN yang "MAU" nerima gue. Libur adalah kata yang sangat sering gue temui disini. Memang semua anak kelas 3 yang sudah lulus bakalan hidup bahagia merasakan sensasi libur yang super panjang ini, kecuali makhluk kayak gue. Gue nggak lolos masuk SNMPTN, dan oklah.. gue lanjutin perjuangan gue ke SBMPTN dan ternyata sama aja alias ZONK. Semangat gue masih berkobar-kobar ampek emak cuma butuh 1 menit buat ceplok telur dijidat gue. Beralihlah gue ke UM alias uji mandiri. Disini semua MABA (mahasiswa baru) cuma punya peluang lolos 25%. Setelah denger itu, keringet gue yang mengucur bikin bencana tsunami di kehidupan kutu rambut gue. Mulai hari itu gue berkomitmen untuk belajar dan terus belajar sebelum ujian UM dilaksanakan.

Malam ini hujan gerimis yang lumayan mencekam. Gue memberanikan diri belajar ditengah keramainan rumah gue. Maklum lah 6 manusia dalam satu rumah cukup banget buat terjadinya keributan. Setelah semua amunisis gue siapkan seperti hp, buku, snack dan yang pasti lampu belajar, gue melancarkan aksi gue dengan mencoba memasukan sedikit ilmu-ilmu dari buku catatan yang sebenarnya sangat sepi tanpa coretan sedikitpun.

Disini gue mulai mengalami kesusahan dalam mencari jawaban dari soal yang gue mau bahas ini, akhirnya gue putusin buat cari sumber lain yaitu dari internet. Kesialanpun dimulai, hujan yang mengguyur daerah gue tadi sudah mulai mengganggu jaringan dihp gue. Maklumlah gue pake kartu asal merek yang penting paketan banyak dan murah.

Belum ketemu cara buat ngatasin masalah tadi, ada pemberitauan dari hp gue kalo daya tinggal 5%. Dengan kecepatan petir gue langsung pasang charger ke hp gue. Daya mengisi sedikit demi sedikit dan..."PET"....Allahuakbar, semua listrik diwilayah gue padam.

"Mak.. Danis buta mak tolong!!!" suara berisik berulang-ulang terlontar dari mulut adik cowok gue.
"MY GOD", jadi semakin riuh deh kegelapan ini.

"kak..sini ketengah aja lebih terang" emak sambil gedor pintu gue.

Gue masih termenung dalam kesedihan yang mendalam ini. Padalah besok jam 8 tepat gue udah harus ke TKP buat bertempur ngrebutin 25% itu. Dalam keheningan gue tetap terus menunggu sampai ada keajaiban datang menghampiri gue, but... ampek pukul 00.00 kegelapan masih menyelimuti rumah kami. Disitu gue berpikir, apa yah salah gue kok gini banget dah. Sambil terus mikirin solusi yang nggak ada titik terangnya, akhirnya gue kandas juga dan berlabu di pulau kapuk.

Beruntungnya gue, jam 5 pagi udah bangun sendiri tanpa alarm yang biasa gue andalin. Langsung deh gue mandi dan tidak lupa menggosok gigi lanjut menolong ibu membersikan tempat tidurku (sekali lagi bukan lirik lagu). Setelah sukses menghilangkan semua kotoran ditubuh gue, tiba saatnya menuju meja dan kembali mencoba menyerap sedikit ilmu. Walau cuma dikit yang berhasil diserap, gue tetep tampil pede kala menuju ke TKP.

Dengan motor bebek andalan, gue tancap kecepatan penuh. Disini gue ngerasa sangat bebas dan ringan, gimana ngga ringan coba, di tas cuma ada 1 bolpen dan kartu uijan UM. Jadi kalo suatu saat bolpen gue mati, berakhir juga hidup gue.

Sampailah gue dimedan pertempuran. Suasana udah kayak acara pencalonan pilkada, saling menatap dengan tatapan menjatuhkan. Selangkah demi selangkah gue mencari ruangan ujian dengan penuh harapan. Berharap pengawasnya rabun senja biar gampang tengok sana sini. Maklumlah pupil gue bisa tembus dari kelopak gue, ingetkan dengan kata "Uzumaki" yang udah gue terangin diawal, jadi kalo merem tetep bisa liat gitu.

Gue melangkahkan kaki pertama ke ruang ujian, mata gue langsung menjelajahi medan perang ini. Tempatnya sih luas, secara ini juga sekolahan. Tapi ada satu hal yang membuat gue ingin mundur sebelum berperang, yaitu kipas angin. Ya kali kelas segede gaban gini, kipasnya cuma satu, itu juga diatasnya sipenjaga ujian lagi. Gue sih cuma berharap itu penjaga masuk angin terus mati ditempat deh.

Mr.(un)LuckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang