"Krystal."
Gadis itu mendongak, mendapati Seulgi tengah berdiri di depannya. Krystal menaikkan satu alisnya, "Apa?" tanyanya pada gadis bermata sipit itu.
"Nih teks dramanya," sambil menyerahkan beberapa lembar kertas pada Krystal.
"Di situ lo cuma ngomong dikit kok, cuma 4 kalimat." tambah Seulgi.
Krystal mengecek naskah yang di berikan Seulgi dengan cermat, gadis itu tidak berbohong dia memang hanya mengucapkan empat kalimat lalu selesai.
Namun ada satu yang membuatnya tak nyaman dengan perannya, "Gi?" ujarnya.
"Hah,"
"Kenapa gue sama dia?"
"Apanya?"
Krystal mendengus pelan, "Kenapa di setiap bagian gue ada dia?" tanyanya.
Seulgi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Tal, lo tahu kan kalo kita kekurangan orang buat tokoh laki-lakinya, jadi-"
"Jadi gue gitu yang lo korbanin?" saut Krystal.
"Aduh Tal, plis banget lo mau yaa, lagian gak ada adegan mesra kan ceritanya lo cowok."
"Yaa tapi Gi, lo tah-"
"Cuma sebentar kok gak ada lima menit di adegan kalian, mau yaahhh, plis! plis!"
Akhirnya Krystal mau memenuhi dengan terpaksa, di setiap adegan dia selalu ada Kai di sampingnya.
Kai dan Krystal dulu pernah sangat dekat, namun semua itu hanya sebentar sampai gadis itu mengetahui bahwa Kai tidak sungguh-sungguh dengannya.
Krystal masih ingat betul sampai sekarang dengan perkataan Kai, "Kalo lo sayang, harusnya lo berjuang." Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang di kepalanya saat dia bertemu dengan lelaki itu.
Saat Krystal berusaha keras mengejarnya, namun dengan gampangnya Kai mencampaknya.
Hingga akhirnya Krystal menyerah, dia menyerah dengan Kai. Gadis itu pun akhirnya menjauh dan perlahan mulai menghilangkan perasaannya terhadap Kai.
Namun di saat dia tengah berusaha melupakan Kai, ada saja waktu dimana dia selalu bersama Kai. Misalnya saat ulangan matematika, yang mewajibkan siswa perempuan duduk dengan siswa laki-laki.
"Krystal,"
Gadis itu mendongak, menatap guru matematika. "Itu di sebelah Kai kosong, kamu duduk di situ." Dengan terpaksa ia pun duduk disebelah Kai.
Kecanggungan menyelimuti mereka berdua, mereka berdua sama-sama diam, bahkan selama tiga jam pelajaran. Seakan mereka berdua duduk sendiri.
Ada lagi dimana saat Krystal dan Seulgi pergi mengerjakan tugas di salah satu cafe, mereka tidak sengaja bertemu Kai dan temannya. Dan dengan bodohnya Seulgi menyuruh mereka berdua untuk bergabung dengannya dan Krystal.
Karena teman Kai memilih untuk duduk di samping Seulgi, akhirnya Kai lah yang duduk di samping Krystal. Dan lagi-lagi mereka berdua tidak saling bertegur sapa.
Atau di saat Krystal menemani Wendy dan Joy makan di salah satu restoran. Mereka juga bertemu dengan Kai, namun kali ini Kai bukan bersama teman laki-lakinya melainkan dengan seorang gadis dengan pakaian sangat casual.
Dan kali ini terasa sangat berbeda, Kai menyapa gadis itu.
"Krystal?" Gadis mendongak menatap mata Kai.
"Ya?"
"Suka makan disini?" tanyanya.
"Enggak, ini juga baru sekali." balasnya singkat, sementara Kai beroh ria.
Rasanya dia sudah lelah, dia lelah menjauh dari Kai namun bukannya jadi jauh tapi malah semakin dekat.
-
Hari ini Krystal tidak membawa motor, alhasil dia harus rela berjam-jam duduk di halte untuk naik angkot yang ke arah rumahnya.
"Krystal?"
Gadis itu mendongak, mendapati Kai tengah duduk di motor ninjanya.
"Ya?"
Kai melepaskan helmnya, lalu menyisir rambutnya kebelakang dengan jemarinya. Dia pun turun dari motornya menghampiri Krystal.
"Mau pulang?" tanyanya.
"Menurut lo?" balas Krystal ketus.
"Bareng gue yuk." Bibir gadis itu terkatup rapat, tubuhnya membeku, lidahnya kelu, pandangannya kini tertuju pada Kai.
Kai meraih tangan kanan gadis itu, namun gadis itu tak kunjung bergerak.
"Mau lo apa?" gadis itu mulai bersuara.
"Hah? Gue cuma mau nganter lo balik kok."
Gadis itu melepaskan cengkraman Kai, "Mau lo apasih Kai? Gue capek tau gak harus kaya gini, di saat gue mulai menjauh kenapa lo selalu aja dateng." ujar gadis itu dengan suara bergetar.
"Kenapa lo menjauh?" kini Kai terdengar sanga serius.
"Gue gak pernah nyuruh lo menjauh." lanjut Kai.
Gadis itu berdecak, "Ck, lo emang gak nyuruh, tapi sikap lo ke gue yang nyuruh gue buat berhenti,"
"Dulu lo bilang gue harus berjuang kan, gue udah berjuang buat lo tapi dengan seenaknya lo nganggep gue mainan. Dan lo dengan seenaknya jalan sama cewek lain di saat gue selalu menjaga perasaan lo saat gue sama cowok lain."
Nafas gadis itu terengah-engah, dia ingin meluapkan kekesalannya terhadap Kai.
"Kai, gue capek tahu gak."
"Tal."
"Maaf."
Gadis itu menatap kedua mata Kai, "Maaf karena udah bikin lo berjuang sendiri." ujar Kai.
Krystal mengambil nafas panjang, "Maaf lo udah gak berguna buat gue." ujarnya.
"Tal, kasih gue kesempatan lagi."
Gadis itu tersenyum kecut mendengar perkataan Kai, "Kesempatan? Seenak jidat lo minta maaf terus minta kesempatan? lo pikir hati gue apa? HAH?" suaranya terdengar sangat keras, untungnya sekolah sudah sepi.
"Tal, sekarang gantian, biar gue yang berjuang buat lo."
"Lo cukup diam, dan biarin gue yang ngejar lo." ujar Kai.
Gadis itu mendengus pelan, "Sebelum lo ngejar gue, gue bakal ngomong, berhenti dari sekarang." ujarnya ketus.
Baru saja Kai ingin membalas Krystal lagi, namun gadis itu sudah keburu pergi dari hadapannya, angkot yang ia tunggu sudah datang.
Dan Kai masih terdiam.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Remaja
FanfictionCerita Kai dan Krystal yang di latar belakangi masa putih abu-abu. ©2018