I - sebenarnya

548 47 3
                                    

Schedule yang telah berakhir setelah 12 jam penuh mereka habiskan di gedung MBC. Akhirnya SEVENTEEN bisa rehat-untuk-sejenak di dorm masing-masing. 

Semua member telah bersiap untuk istirahat dan membaringkan tubuh di ranjang empuk mereka. Berbeda dengan lelaki kelebihan gula, Lee Jihoon, dia nampaknya sedang menunggu seseorang datang. Raut mukanya yang datar dengan sebotol cola ditangan kirinya, tampaknya dia sedang sedikit-kesal.

"bodoh, dia lupa?" setelah mengumpat, dia melirik jam tangannya. 

Seingatnya dia telah mengirim pesan kepada seseorang yang dia tunggu sekarang 15 menit yang lalu, perbedaan jarak kamar mereka juga tidak jauh hanya berbeda satu lantai.

"aku harus benar-benar harus bicara serius dengannya kali ini." Jihoon bersandar pada tembok dan mengamati sepatu kets putihnya malam ini. 

Dua ketukan sepatu yang dia bunyikan, akhirnya seseorang yang dia tunggu telah tiba di depannya.

" hanya semangkuk ramen kan?" Jihoon memandang seseorang yang telah membuatnya menunggu dengan sabar, yap Jihoon si sabar. Kaos putih polos, ripped jeans dan topi hitam. Jihoon melirik saku belakang seseorang itu, kempes.

" kau tidak membawa dompet?" pertanyaan Jihoon dijawab dengan gelengan kuat lawan bicaranya. Jihoon seketika berdecak sebal sekaligus menghela napas pelan.

" aku bertanya untuk kedua kalinya, hanya semangkuk ramen kan? Tega sekali jika itu masuk daftar hutangku padamu. Lagian kau yang mengajakku kan?" dalih dalih menjawab pertanyaan Jihoon, dia terus mengomel membuat Jihoon mengepalkan tangan ke udara, tidak berniat memukulnya sih hanya membuat takut saja.

'hish, menyebalkan' Jihoon merutuki dirinya sendiri kenapa memilih teman makan malam dengannya.

Reality

"bodohnya, aku lupa jika hari ini hari senin, kedai ujung jalan sudah tutup pukul 09.00 tadi." Jihoon menoleh kearah jam dinding di toko swalayan itu. Sudah pukul 10.30, dan kedua lelaki itu sedang menikmati ramen cup yang baru saja Jihoon seduh untuk mereka.

Jihoon menjeda sruputan kuah ramen cupnya untuk memulai pembicaraannya dengan lelaki yang menemaninya.

"Hosh- ah ani, Soonyoung. Bisa kah kita menghentikan skipship. Sejujurnya aku membenci hal itu." Ucap Jihoon memandang lekat kepada lelaki di samping kirinya.

Soonyoung menghentikan acara makan ramennya dan menatap Jihoon, terhitung 25 detik tanpa pembicaraan, Soonyoung angkat bicara.

" skinship? Yang mana?" dengan polosnya Soonyoung mengatakan itu.

" kuah ramen ini masih panas, kalau di siramkan ke muka mu sepertinya aku besok akan masuk penjara dengan headline Composer SEVENTEEN menyakiti hamster SEVENTEEN bodoh!" Jihoon meracau tidak jelas. Soonyoung melanjutkan sruputan ramennya.

" kau bertanya yang mana? Setiap fansign kau selalu memaksaku melakukan ini itu, love sign denganmu, kau yang memelukku, meletakkan tanganmu di pundakku. Kapan kau akan berhenti?" 

Jihoon sedikit meninggikan suaranya menjelaskan segala unek-uneknya ada Soonyoung yang sedang fokus menikmati ramen. 

Dia mengambil ramen itu dari tangan Soonyoung, sontak Soonyoung kaget dan menelan sisan ramen yang masih bertengger di sumpitnya. Menjilati sumpit itu hingga tidak bersisa kuah ramen.

"sudah selesai cerpennya tuan Lee Jihoon?" Soonyoung menjawab dengan santai.

" penyesalan selalu datang terlambat, harusnya aku menyadari semuanya sebelumnya." Jihoon sudah pasrah dengan kelakukan Soonyoung.

"aku akan berhenti melakukan skinship denganmu saat kau menikahi pacarmu dan akhirnya kau punya satu anak yang tampan sekaligus manis yang sama sepertimu. Lee Jihoon Junior." Ujar Soonyoung yang di hadiahi pukulan kepala oleh Jihoon.

Jihoon hendak melayangkan kontra kepada Soonyoung namun dering ponsel Jihoon merebut atensi mereka berdua.

"aku pikir itu Jeonghan hyung, meminta untuk dibelikan ramen cup juga." Ucap Soonyoung.

Jihoon merogoh saku depannya, membaca nama penelepon di layar ponselnya.

K is calling

Accept Reject

Jihoon melirik Soonyoung yang sama sama sedang memandangi ponselnya.

"angkat saja, anggap aku tidak ada." Setelah mengatakan itu, Soonyoung kembali fokus pada ramennya yang tadi sempat dia tinggalkan.

Jihoon menggeser tanda accept di ponselnya dan menempelkan beda persegi panjang itu di telinga kananya.


" halo, sayang- "

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

semoga otak saya tidak macet untuk kali ini. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 22, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Reality | SOONHOONWhere stories live. Discover now