28. Bijak?

11.2K 445 6
                                    

AUTHOR POV

Melodi sedang menyantap makan siang di cafetaria kantornya bersama rekan satu divisi Pengembangan. Dia bercengkrama hangat sambil sesekali menyuapkan nasi padang ke dalam mulut dan mengunyahnya pelan.

Mengakhiri makan siang dengan segelas Americano yang belum habis setengahnya, dia beranjak dari kursi berjalan kembali ke tempat kerjanya.

Di sisi lain, kaki dengan higheels merah itu melangkah anggun, senyum terpendar dari bibir yang sengaja dipoles lisptik merah muda. Dia mempercepat langkahnya tatkala iris birunya menangkap sosok yang ingin ditemui. Dia menyalip satu langkah di depan Melodi, membuatnya berjengit kaget.

“Hai,”

“Bella?” bibir Melodi bergumam kecil.

“Kamu ada waktu sebentar, aku ingin bicara,” tanyanya dingin.

“Hm.. sekitar 10 menit, cukupkah?”

Melodi melirik jam tangan. Bella mengangguk. Keduanya memasuki coffee shop diluar gedung kantor Melodi.

“Mau pesan?” basa-basi Bella sambil mengangkat tangannya memanggil pelayan.

Melodi mengangkat gelas Americano-nya, Bella tertawa kecil. Melodi tidak bercanda, wanita di depannya ini sangat cantik dan manis kalau tertawa. Tapi, nasib baik seolah pergi darinya, membuat raut wajah cantik itu sedingin es.

“Kenapa waktu itu kamu menolongku Melodi?” tanya Bella setelah menyesap Latte-nya.

Melodi mengernyit sambil menaikkan satu alisnya. Dia membaca ekspresi Bella, dan tidak ada raut kelicikan, hanya Bella yang polos. Dia tidak merasa itu pertanyaan jebakan dan menjawabnya singkat.

“Ya, karena mau.”

Bella menyalakan pemantik dan membakar ujung rokok yang sudah terapit diantara bibirnya. Melodi menarik napas, heran dengan kebiasaan buruk wanita di depannya.

“Tapi pasti ada alasan, kamu menceritakan keterlibatanku pada Rayhan?” tanyanya sambil mencondongkan wajah ke arah Melodi.

Melodi menahan napas karena tidak ingin menghirup asap rokok.

“Aku benci penghianatan tapi aku bukan pendendam. Aku memaafkan tapi aku tidak lupa. Aku bertahan bukan karena aku tidak tegas, tapi jujur aku ingin melindungimu dari Reina. Sungguh,” jawab Melodi bijak.

Bahkan dia mengatupkan bibirnya tidak percaya bibirnya yang suka ceplas-ceplos bisa berujar bijaksana.

“Bisa kau matikan rokokmu Bella, itu tidak sehat,” lanjutnya menatap Bella dengan kasihan.

“Apa pedulimu tentang kesehatanku Melodi. Aku sudah terlanjur kotor, tubuh ini kotor,” nada dingin mengerubuti Melodi seketika.

Bella memutar ujung rokok itu di asbak.

“Lagipula apa fungsi asbak ini kalau bukan tempat merokok?”

lanjutnya mengacungkan asbak berbentuk setengah lingkaran. Melodi memicingkan mata, sejak kapan ada asbak disana?

“Sekarang katakan, apa tujuanmu mengajakku kemari?” tanya Melodi sambil menyandarkan tubuh ke sandaran kursi.

“Kenapa kamu mau dan tetap sudi bertahan dengan Rayhan? Aku tahu dia sering menyiksamu,”

“Kamu tahu? Rasa pahit merupakan bagian yang penting dari keseluruhan rasa kopi. Rasa pahit dalam jumlah tertentu dapat menyempurnakan dan menyeimbangkan elemen rasa lainnya. Begitu pun dengan cinta. Rasa sakitlah yang menjadi bagia paling penting dari keseluruhan rasa yang dihadirkan oleh cinta. Dan tanpa rasa sakit, cinta tidak akan senikmat cinta,” ujarku menggoyangkan gelas Americano yang tinggal seperempat.

“Selama itu kamu bertahan Melodi? Aku tidak akan kuat,”

“Feni, kakak iparku pernah menanyakan hal serupa. Bukan aku tak peduli namun begitulah rahasia hati. Kesabaran akan menjernihkan air yang keruh sebagaimana kegaduhan membuat air yang berkecipak,”

Melodi mengakhiri dengan senyum. Dia melirik jam tangan dan sudah saatnya dia kembali bekerja.

“Aku rasa aku tidak akan salah membiarkanmu bersama Rayhan di sisa hidupnya. Aku serahkan dia padamu Mel, jaga dia, aku hanya wanita kotor yang tidak tahu malu mengharapkannya.”

Melodi beranjak dari duduknya, dia merengkuh pundak Bella dan mengusap-usap punggungnya.

“Lebih baik aku mencintai dan terluka daripada bersembunyi dalam hidup yang hampa tanpa cinta. Memang cinta tak menjamin kebahagiaan tapi tidak ada kebahagiaan tanpa cinta.”

Melodi mengusap air mata yang meleleh di sepanajng pipi Bella,

“Aku tahu suatu saat kamu akan menemukan laki-laki yang sempurna untuku. Aku akan kembali bekerja. Hati-hatilah,” ucapnya diakhiri lambaian tangan meninggalkan coffee shop itu.

Jam kerjanya akan mulai satu menit dari sekarang, dan dia harus naik ke lantai lima gedung kantornya. Fighting Melodi..!!

---TBC

SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang