30. Akuisisi

12K 493 8
                                    

AUTHOR POV

Tereshia Hemitome adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Putri kandung Reina yang dulu masih tergolong remaja dan hilang entah kemana.

Setibanya dia di Indonesia dia sudah tumbuh menjadi wanita dewasa yang siap menerusi dendam atas kematian kakak dan ibunya.

Inilah kenapa Rayhan tidak mau terlihat sangat mencintai dan terlihat sangat menggantungkan hidupnya pada orang lain, apalagi wanita.

Seperti kondisi Melodi sekarang. Istrinya tak tau apa-apa tapi selalu dia yang terkena imbas atas profesinya ini. Rayhan menjambak rambutnya keras.

“Apa aku harus membunuhnya Mam?” bisiknya bengis.

“Tugasmu sudah selesai Rayhan,” kali ini yang menjawab adalah Jenderal Gi.

“Serahkan kasus ini ke pihak yang berwenang Rayhan, jangan tergesa, jati dirimu bisa terbaca. Mungkin ini hanya kedok mereka untuk membongkar statusmu,” lanjutnya.

“Tidak, mereka masih sama, satu aliran darah dengan dendam yang turun temurun, aku harus menghabisinya. Beri aku perintah, jenderal, ku mohon,” gumam Rayhan dengan frustasi.

Terdengar helaan napas disana.

“Tidak Rayhan, kau bisa membahayakan dirimu. Semua tugasmu sudah selesai tepat ketika berkas itu diterima kejaksaan,” ucapnya tegas.

Rayhan yang menyerah memijit pangkal hidungnya sendiri menahan tangis. Hendra menepuk pundaknya. Lelaki itu mendongak menatap sosok berjas putih di depannya.

"Dimana Melodi kak?"

Langkah kaki keduanya memasuki ruang perawatan yang di dalamnya terbaring wanita yang menjadi pelabuhan hati seorang Rayhan Nurpati.

Hendra berbincang sebentar dengan rekan seprofesinya, Hendra manggut-manggut sambil menggaruk dagunya. Dia berjalan ke arah Rayhan yang sudah menggenggam erat tangan Melodi.

“Dia baik Rayhan, janinnya juga baik,” ucap Hendra membuat Rayhan berbalik emnatapnya tajam seolah mata itu mengatakan ‘jangan bercanda kamu kak’.

“Pertama, selamat kamu akan jadi papa. Umurnya baru tiga minggu. Jagoanmu kuat juga, mengingat usia segitu sangat rentan.”

Rayhan tersenyum mengecup perut rata istrinya.

“Kedua, Melodi diperkirakan akan bangun sebentar lagi, dia hanya mengalami lecet di siku dan betisnya. Dia mungkin pingsan karena kelelahan,” lanjutnya sambil mengutak-atik monitor di sebelah ranjang Melodi.

“Hapus kerutan di dahimu dan air mata di pipi kirimu Rayhan. Kau terlihat memalukan.”

Lanjutnya sambil terkekeh dan dihadiahi tinjuan di lengan oleh Rayhan.

“Terimakasih kak,” gumamnya sambil mengusap pipinya malu.

Hendra tertawa lalu menarik sebelah lengan Rayhan hingga berdiri dan langsung memeluknya erat. Hendra terharu, adik kecilnya yang dulu hanya menangis karena permen sekarang sudah tumbuh dewasa yang bisa menangis karena wanita.

“Apa mama masih berkutat dengan komputer-komputernya? Kurasa kita punya adik bungsu Rayhan. Uh aku cemburu, mama lebih sayang dengan komputer daripada kita,” ujar Hendra sambil menghapus air mata buayanya.

Hendra terlihat konyol, tapi justru hal itulah yang bisa menerbitkan kekehan kecil Rayhan.

***

Rayhan berjalan tergesa ke rumah mamanya yang membutuhkan bantuan darinya langsung. Melodi? Dia bersama Bella yang sepertinya naksir dengan dokter yang bertugas merawat Melodi. Rayhan mempercayakan ke Bella tentu karena Hendra juga bertugas di rumah sakit itu.

“Kau butuh waktu 20 menit ke rumah mama, eoh? Lambat,” dengus kirana bersedekap menatap sebal anaknya.

“Dan mama harus ingat kalau mama kemarin mengambil mesin terbang dari mobilku,” jawabnya berjalan menatap super komputer milik mamanya.

“Mama mau membeli seluruh saham perusahaan Tereshia? Bukankah itu berlebihan dan biayanya tidak murah Mam..” gumamnya.

“Ssst.. aku tidak akan bermurah hati seperti itu. Nah, sekarang letakkan jarimu di mesin ini agar aku bisa mengontrol penuh perusahaanmu di pasar saham,” perintahnya dan Rayhan menurut saja.

Berjam-jam Rayhan mengamati mamanya yang sedang berkutat dengan angka.

Dengan sedikit intrik dan muslihatnya, Kirana berhasil mengakuisisi perusahaan Helminton, juga beberapa triliun dollar hutang di perusahaan yang sekarang milik Tereshia.

“Kita tak perlu mengotori tangan kita dengan darah wanita itu Rayhan,” nasehat mamanya lalu meneguk segelas penuh air mineral. Dia juga mengusap bulir keringat di pelipisnya.

“Memiskinkan?” gumam Rayhan pelan.

“Betul. Dengan begitu dia tidak punya kekuasaan. Dia bisa saja menyuap siapapun agar bebas dari tuduhan telah menabrak Melodi, tapi, tanpa uang, dia bahkan tidak bisa berkelit dari cengkraman borgol besi,” jelas wanita setengah baya itu dingin.

“Nah, sekarang ayo temui Melodi, ku dengar aku akan dapat cucu darimu, eoh? Baru tiga minggu ya? Coba ceritakan, kapan kau membuatnya?” celetuk wanita tua kelebihan hormon pubertas itu.

Rayhan menatap geli mamanya. Dia mengapit tangan itu menuntunnya ke dalam mobil.

----TBC

SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang