kamu hanya sebatas bayangan diingatanku

12 1 0
                                    

"Bryan apa yang kamu lakukan. Lepas!" Kedua tangan triva mencengkram tangan bryan yang melingkar diperutnya.
Bryan tetap diam dan tetap memeluk trivia.
Bugh..
Tubuh bryan tersungkur,
"Dia bilang lepaskan! Apa loe tuli?"
Fery menarik paksa tangan trivia menuju mobilnya. Sedangkan triva hanya berjalan seiring langkah fery. Langkahnya gontai seperti nyawanya terlepas dari tubuh beberapa detik yang lalu.
***
"Kita udah sampai, sebaiknya kamu tidur, istirahat. Jangan coba-coba ke gunung sendirian lagi. Ingat itu! Kalau ada apa-apa segera hubungi aku, aku sudah taruh nomerku di hpmu." Jelas fery ke trivia. Namun trivia tetap mematung, ia memalingkan muka ke arah lain sedari tadi terus menatap kosong disepanjang jalan. Bahkan suara fery pun sama sekali tidak masuk di otaknya. Diam, ia selalu saja diam seperti batu.
Ia baru melihat fery saat ia membuka pintu mobil dan menggendongnya. Fery mengendongnya hingga sampai ke kamarnya.
"Mbok tolong jaga trivia ya, jangan sampe dia kabur lagi. Kalo ada apa-apa hubungi saya mbok. Ini nomernya" fery melangkah keluar meninggalkan trivia yang masih membisu.

Aku harus bagaimana,
Bagaimana pun juga di mata orang lain aku orang ke tiga.
Seorang perempuan yang dengan jahat menghancurkan hati perempuan lain.
Apa aku hanya sebatas menyukai bryan atau aku memang mencintainya?
Aku semakin takut jika hatiku hanya sebatas menyukai, namun membuat hancur kehidupan orang lain.
Bagaimanapun jika aku menjadi Tania, aku akan bersikap sama.
Bahkan mungkin lebih buruk.
Aku akan menganggapmu hanya mimpi bryan.
Aku tak bisa melukai hati siapapun.
Jika dengan kita tidak bersama membuat semua orang bahagia.
Akan ku lakukan apapun, walau aku tau. Mungkin ini adalah cinta untukmu, mungkin aku hanya mencoba munafik.
Walau setiap kakiku melangkah hatiku hancur. Walau setiap aku bernafas seperti tidak ada udara yang masuk kedalam paru paruku.
Atau saat aku melihatmu mataku pedih seperti ditaburi garam.

Trivia memejamkan kedua matanya.
Berbaring dengan tanggan terlentang ditengah tempat tidur. Dari pelupuk matanya keluar butiran butiran penyesalan mengapa ia harus ada disituasi yang begitu peliknya. Setiap nafasnya terasa berat, walalu udara malam itu begitu segarnya, tapi tidak ada yang masuk kedalam paru-parunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mata Ketiga CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang