TPC BAB |2|

253 32 0
                                    


Playlist : austin mahone - Torture

Klik bintangnya 👇👇

Happy reading!!!

****

Sirkuit balapan liar sudah terisi dua mobil mewah beserta pengemudinya yang siap beradu kecepatan. Setelah tembakan angin terdengar kedua mobil itupun melaju saling menaikkan laju kecepatannya.

Saling menyalip di setiap tikungan yang ada sampai pada akhirnya mobil Lamborghini biru lah yang memenangkan balapan liar malam itu.

Si pemilik mobil Lamborghini itu keluar dengan lagak sombong sedangkan si pemilik Lamborghini kuning yang telah kalah itu membanting pintu mobilnya dengan kesal.

"Kau kalah Vic, jadi malam ini mobil itu menjadi milikku sesuai perjanjian kita" kata Froy. Victor mendengus karna ke kalahannya jadi sesuai kesepakatan awal, mobil viktor menjadi milik froy.

Froy menerima kunci mobil milik victor yang di berikan padanya.

"Ingat froy, aku akan mengambil kembali mobilku"

"Tapi jika kau bisa mengalahkanku di arena" sahut froy dengan nada mengejek.

Victor kembali mendengus saat froy memamerkan kunci mobilnya kepada teman-teman yang ada di sana sebagai penonton.

Kepergian froy dari sana menjadi hal paling memalukan bagi victor, bagaimana bisa dirinya kalah dengan froy dan membiarkan mobil kesayangannya itu di ambil dengan lawannya.

"Butuh tumpangan? Kurasa tidak" Tanya froy sekaligus dia yang menjawabnya sendiri sebelum victor menjawab, froy mengendarai mobil victor sembali tersenyum miring mengejek.

Dengan kekesalan dalam diri, victor meninggalkan arena.
***

Pagi ini terasa lebih dingin dari kemarin mungkin salju akan segera turun dan steve memilih menaiki mobilnya sendiri ketimbang di antar supir pribadi.

Sebelum keluar dari dalam mobil steve menghela nafas panjang jujur dirinya sangat lelah setelah semalam dirinya harus pergi ke Italia dan pulang pagi tadi jadi dirinya tidak cukup tidur semalam.

Keluarnya steve dari dalam mobil langsung di sambut oleh Olivia hal itu membuat steve sedikit terkejut.

"Aku hanya ingin mengembalikan jas milikmu dan terima kasih karna telah membantuku"

Steve menerima apa yang Olivia sodorkan "Seharusnya kau tidak perlu mengembalikannya di sekolah jika dirumah kau bisa memberikannya langsung padaku"

Setelah itu steve meninggalkan Olivia yang masih berdiri di belakangnya.

"Ku kira kau sudah tak mengharapkanku datang lagi kerumahmu!" seru Olivia yang membuat steve menghentikan langkahnya untuk menoleh.

"Aku tidak pernah melarang siapapun untuk datang kecuali dia memiliki niat buruk dengan keluargaku" balas steve, Olivia mengembangkan senyumnya, jadi selama ini hanya dirinya yang beranggapan jika steve sudah tak menganggapnya.

"Jadi apa kita masih berteman?"

Steve menaikkan sebelah alis.

"Sejak kapan kita mengakhirinya?" Tanya steve balik, Olivia semakin mengembangkan senyum lebar ketika mendapat jawaban dari steve.

Olivia kembali bertanya "Apa kita bisa seperti dulu lagi?"

"Entahlah tapi mungkin, karna aku tidak mempermasalahkan hal itu jika kau mau" steve menawarkan telapak tangannya. Olivia datang untuk menjabat tangan steve sebagai tanda hubungan pertemanan yang akan di mulai kembali.

Mereka berjalan melewati koridor panjang sebelum akhirnya berpisah di lorong yang berbeda, steve yang memiliki fasilitas lebih dari yang lain di sekolah itu terutama lift khusus, kali ini steve menggunakannya bersama Olivia.

Olivia duduk di kursinya di susul suara Karen salah satu teman kelas yang dekat dengannya.

"Aku tidak tau kenapa, tapi para gadis di luar sedang membicarakanmu" katanya sembari duduk di kursinya yang terletak di sebelah Olivia.

Olivia yakin jika para gadis itu menceritakan dirinya yang berjalan bersama si pangeran mereka bahkan sampai satu lift yang sangat jarang di masuki oleh siswa selain keluarga adam's.

"Kau tadi melakukan sesuatu yang tidak ku ketahui atau suatu hal hingga mereka membicarakanmu?" Karen kembali berucap dengan nada Tanya.

"Mungkin saja mereka membicarakan soal kejadian kemarin saat steve membantuku di kantin, kau ingat kan"

Karen mengangguk.

"Ah ya soal kemarin. Kenapa steve tau saat kau di buli si ratu kejam itu terlebih dia sampai rela melepaskan jas untuk menutupi seragammu yang kotor?"

Olivia memiringkan cara duduknya menghadap Karen kemudian memincingkan mata "Jadi kau rela jika aku di buli?"

Karen segera menggerakkan tangan membantah tuduhan Olivia.

"Tidak bukan begitu. Maksudku jarang sekali steve sampai turun tangan sendiri untuk membela seseorang di sekolah ini selain teman dekatnya. Eh Tunggu!" sekarang giliran Karen yang memincingkan mata ke arah Olivia sekan mencari sesuatu apa yang sedang Olivia sembunyikan.

Olivia menunggu apa yang akan Karen katakan selanjutnya.

"Jangan-jangan kau~"

Brakk!

Perkataan Karen terhenti saat kedatangan sonya bersama geng nya menggebrak meja di depan Olivia dan Karen membuat kedua gadis itu terkejut.

"Aku perlu bicara dengan kau, dasar gadis miskin" maki sonya tepat di depan wajah Olivia. Beberapa gadis lain mulai berdatangan seperti semut yang tertarik dengan gula.

Olivia memang anak pengusaha kecil tapi bukan berarti dirinya bisa di rendahkan seperti ini di depan semua orang, di depan sonya Olivia kembali menggebrak meja tak kalah kuat dengan yang sonya katakan tadi.

"Lalu apa masalahnya denganmu! Apa kau marah karna pangeranmu kemarin lebih memilihku ketimbang dirimu jadi hari ini kau kembali ingin membuliku. Sayangnya kau salah karna aku bukanlah gadis yang suka di rendahkan olehmu" ucap Olivia dengan nada naik beberapa oktaf.

Sonya memutar bola matanya malas "Baguslah jika kau mengerti tapi aku tidak suka melihatmu dekat dengan steve" kedua tangan sonya mencengkeram lengan Olivia yang kemudian di tepis kuat oleh Olivia sendiri.

"Ingat ini baik-baik wahai sonya. Kau bukan siapa-siapa steve jadi kau tidak berhak mengatur siapa yang boleh dekat dengan steve termasuk aku atau orang lain" Olivia menekan kalimatnya di depan wajah sonya, sonya terdiam karna terkejut dengan mangsanya yang berani melawan.

Tapi sonya tidak peduli karna tekad yang ada dalam dirinya untuk memiliki steve lebih penting dari pada hal lain termasuk gadis di depannya ini yang berani menantangnya.

Tangan sonya terayun untuk menampar wajah Olivia namun dengan cepat Olivia menahan, sebelah tangan sonya kembali terayun namun kali ini seorang guru yang menahannya.

"Ms.Russel anda bisa kena hukuman jika melakukan kekerasan di sekolah ini"

Sonya melepaskan kedua tangannya yang di tahan dengan kasar, tidak peduli dengan apa yang di katakan guru itu sonya langsung melenggang pergi begitu saja.

"Dan kau Ms.carlton, jangan terpengaruh dengannya tau kau juga akan kena masalah"

Olivia mengangguk paham tapi jika dirinya di rendahkan seperti tadi dia tidak akan tinggal diam.

**

Vote and Comment

The Prince Charming (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang