32. SC

12.6K 466 2
                                    

AUTHOR POV

Suasana hari Minggu yang harusnya sepi karena penghuninya selalu berlari pagi atau ke salon tiap pagi. Tapi tidak untuk Minggu pagi kali ini. Seluruh penghuni rumah terlibat dalam kepanikan. Kecuali Bi Lisa yang sudah terbiasa menghadapi wanita yang akan melahirkan.

Ya, melodi sedang mengaduh kesakitan di kamarnya sejak bangun tidur. Rayhan menjadi bahan amukan tangan-tangan lentik itu. Rambut Rayhan sudah tidak teratur dan seluruh mukanya berubah merah padam menahan sakit.

Ibu mertuanya sedang menunggui cucu baru di rumah Hendra sejak tiga bulan yang lalu.

Pak Umar menyalakan mesin mobil, Ina dan Desi bersiap dengan perlengkapan bayi dan ibu melahirkan yang sudah di beli jauh-jauh hari.

Bi Lisa menuntun jalan Melodi menuju mobil yang disiapkan, sesekali menghalau cengkeraman di kepala Rayhan.

"Ngga papa kamu jambakin aku kaya apapun Melodi.. biar.. biar aku juga merasakan penderutaanmu.. ayo jambak lagi..!!"

"AAAGHH....!!!"

Bi Lisa  yang bertugas mengunci rumah, ikut masuk ke mobil, dan duduk di sebelah Melodi. Mobil itu sudah melaju ke rumah sakit. Bi Lisa menatap miris Rayhan yang hanya memakai celana piyama dan kaos hitam polos.

Rambutnya masih ada dalam genggaman kuat Melodi yang sedari tadi meringis kesakitan.

“Akh..!!!” teriak Melodi mengetatkan pitingan kakinya di tubuh Rayhan yang sudah remuk redam.

“Ray..Han.. AKH!!!” teriaknya lagi, kali ini kaos hitam Rayhan menjadi sasaran gigi-gigi Melodi.

Ina dan Desi yang duduk di belakang menatap ngeri majikannya. Untuk mengalihkan perhatian keduanya, Bi Lisa memerintahkan untuk memberitahu Kirana dan Hendra. Mereka mengangguk semangat dan menekan tuts di ponsel masing-masing.

Amukan menjadi-jadi itu telah raib dari tubuh Rayhan karena Melodi sudah dibawa ke ruang bersalin. Hendra yang masih memakai pakaian hijau khas kamar operasi mendekati Rayhan yang terlihat acak-acakan.

“Ku dengar Melodi akan melahirkan?” tanyanya, dan Rayhan hanya mengangguk sebagai balasan.

“Dia di ruang operasi dan akan melakukan sectio caesaria, sepertinya akan memakan waktu lama” lanjut Hendra menatap miris adiknya yang sudah tidak berwujud lelaki tampan.

Andai ada wartawan, pasti akan menjadi tending topic karena style Rayhan saat ini. Kaos hitam compang camping, celana piyama, dan rambut yang terlihat seperti singa. Hendra sangsi, adiknya adalah seorang designer terkenal jika melihat kondisinya.

“Ayo ke ruanganku, mandilah dan berganti baju, kau terlihat konyol,” ajaknya menyeret Rayhan ke ruang kerjanya di lantai dua rumah sakit.

Rayhan tidak menolak karena memang dia ingin memberi kesan yang baik di depan anaknya yang baru lahir.

Terlebih kalau mamanya mengajak segerombol wartawan, akan bahaya jika tetap keukeh mempeertahankan gayanya barusan.

Rayhan berganti dengan setelan casual milik Hendra yang kekecilan di badannya. Membuat otot-otot di tubuhnya menonjol dan tubuhnya yang proporsional tercetak jelas.

Dia keluar menuju ruang tunggu operasi dan mendapati mamanya sudah ada disana. Kirana lantas memeluk anaknya dengan bangga, Rayhan bahkan belum tahu kondisi anak dan istrinya, hingga ruangan itu terbuka menampilkan dokter yang menangani istrinya.

“Bagaimana dok?”

“Semuanya berjalan lancar, bayinya laki-laki dan ibunya akan di bawa ke ruang perawatan,” ucap dokter itu diakhiri senyum.

Disana, Rayhan melihat sosok wanita yang tengah berbaring di ruang termahal rumah sakit ini. Di sebelahnya ada box bayi yang sudah dihias sedemikian rupa oleh asistennya menjadi sangat maskulin.

Rayhan tersenyum hangat menghampiri Melodi yang sudah sadar dari obat bius. Dia memeluknya erat sambil sesekali mengecup puncak kepala Melodi.

“Terimakasih Melodi,” bisiknya.

Feni berdiri sambil menggendong bayinya, menatap haru dua manusia yang sedang diliputi kebahagiaan itu. Disebelahnya Hendra sudah siap dengan kamera di tangannya. Kirana sedang menggendong cucunya berkeliling ruangan pun kembali berkumpul dekat ranjang Melodi.

“Ayo berfoto,” ajaknya meminta salah seorang perawat mengambil foto mereka bersama.

‘CKREK’

Kilatan blitz menyapa keluarga kecil itu sesaat. Andai aura itu berwarna dan jelas dilihat mata, mungkin ruangan itu sudah tertutup rona merah muda yang kental akan cinta dan kasih sayang yang meletup-letup.

Melodi dalam senyumnya merapalkan banyak syukur karena tidak menyangka jalan hidupnya akan sedrama ini, tidak menyangka pula akan memiliki puncak sebahagia ini.

Yang dia lakukan saat sedang di titik terendah hidupnya, hanyalah tabah dan sabar. Sesekali curhat ke orang sekitar, dan tetap tegas dengan gejolak luar yang begitu kencang.

Melodi seperti batu karang, makin tinggi dia tidak makin melambai tapi makin keras menebas segala macam ombak yang menderu hidupnya.

Tangannya merengkuh Rayhan erat, seolah tiada lagi hari esok. Rayhan yang mendapati gerakan kecil di pinggangnya hanya tersenyum kecil dengan tatapan yang mampu mencairkan batu es saking hangatnya.

----TBC

SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang