MASIH setengah jam lagi sebelum kelas di mulai. Lee Taeyong bergegas menuju kereta setelah megetahui keretanya sudah sampai di stasiun. Jemarinya bergerak tak nyaman karena fakta menyebalkan sebagai asisten dosen membuatnya harus datang lebih awal dari teman-temannya. Taeyong mendengus kecil. Sepanjang langkahnya ia terus melirik jam tangannya berharap waktu melambat karena ia tidak ingin terlambat. Hari ini dosennya tidak bisa mengajar karena suatu urusan membuat Taeyong dimintai tolong untuk memberikan ulangan pada teman-temannya.
Fakta itu semakin membuatnya mendengus bahkan setelah ia duduk. Kaki panjangnya tertekuk kurang nyaman. Astaga memang ada apa dengan hari ini? Kereta terasa penuh sekali. Taeyong membuka resleting jaketnya.
Sepuluh menit, waktu yang cukup singkat untuk sampai di kampusnya. Keluar dari kereta Taeyong cepat-cepat melangkah keluar stasiun. Menaiki tangga menuju permukaan, Taeyong kembali melirik jam tangannya. Masih ada cukup waktu, pikirnya.
Perut Taeyong berbunyi setelah dia melangkah keluar stasiun. Sial, dia bahkan belum memakan sarapan yang dibuatnya.
Memutuskan untuk mengabaikannya, Taeyong memilih untuk segera menyeberang jalan demi menuju kampus yang sudah berdiri tegap di depannya. Taeyong mendesah kecil setelah sampai di depan kampusnya. Masih membawa beberapa soal ujian, dan tasnya sendiri (yang sudah cukup besar mengingat prodi Desain Interior yang diambilnya) Taeyong melanjutkan langkahnya. Ia hampir sampai ke kelasnya, Taeyong mendesah lega.
Namun sepertinya hari ini tidak berjalan sepeti apa yang dia harapkan...
Mata Taeyong menangkap sesosok pemuda asing dengan kaos putih dan celana jeans hitam serta celemek merah menempel pada pinggangnya –dia memiliki pinggang yang bagus, Taeyong menggelengkan kepala. Pemuda itu membawa nampan dengan gelas dan berjalan dengan... Taeyong mengamati sepatu pemuda yang masih jauh di depannya itu. Sepatu roda.
Menggelengkan kepala, Taeyong kembali berjalan sambil berpikir kenapa dia tiba-tiba berhenti tadi. Mengusir pemikiran yang bukan-bukan, Taeyong melirik jam yang sudah menunjuk pukul 09.17 sambil mendesah kecil. Taeyong melihat tanda kuning di depannya, rupanya lantai baru di pel jam segini. Ada apa dengan orang-orang hari ini? Apa semua bangun siang pagi ini?
Pemikirannya buyar seketika saat kakinya terhenti tiba-tiba. Matanya melebar melihat pemuda asing tadi semakin mendekat ke arahnya. Kakinya sedikit woobly dan tergelincir tepat di depan Taeyong.
Sesaat kemudian Taeyong merasakan panas di permukaan kulitnya. Taeyong menatap horor kemeja putihnya yang sudah ternoda. Aroma kopi Americano memenuhi indra penciumannya.
"Maafkan aku!" seruan itu membuat Taeyong yang entah kenapa malah terpaku ditempat, langsung menatap ke sumber suara.
Pemuda itu masih berusaha berdiri sambil menambil nampannya. Taeyong sadar dan alisnya langsung bertaut. Segala sumpah serapah ingin ia ucapkan saat itu juga.
"Sialan, kalau mau---"
"M-Maaf." Pemuda itu lantas menunduk dengan nampan di tangannya. Taeyong sedikit terkejut.
Pemuda itu bergerak tidak nyaman setelah menegakkan kembali tubuhnya. Jemarinya bertaut dan alisnya melengkung tanda takut. Taeyong masih mengernyit, bibirnya terbuka untuk mengatakan sesuatu.
"Ya... apa kau tidak lihat ada tanda 'AWAS LICIN' di situ?" tunjuknya pada tanda kuning yang berdiri tak jauh dari mereka. Pemuda itu berkedip menggerakkan bulu matanya yang panjang. Taeyong menggeleng kecil.
"Kau lihat apa yang sudah kau perbuat?" tunjuknya pada kemejanya, "...Aku ada ulangan hari ini dan lihat yang kau perbuat." Lanjutnya. Nadanya dingin membuat pemuda di depannya mengerucutkan bibir sambil menggaruk tengkuknya.
YOU ARE READING
Mr. Sweet Tooth
RomanceLee Taeyong, 21 tahun, tidak suka hal yang manis tetapi bertemu dengan Nakamoto Yuta, 21 tahun yang memberikan gula-gula dalam hidupnya. NCT Fanfiction with Taeyong and Yuta as a main pair! WARNING: Boys Love Fluff! Romance and Drama inside.