33. END

19.6K 600 20
                                    

“RE..VAN..!! Pakai baju dulu baru main sama oma..!!” pekik Melodi dengan napas yang terdengar ngos-ngosan karena mengejar anak laki-laki tunggalnya karena tidak mau pakai baju.

Melodi memanyunkan bibir tatkala Revan sudah berpindah posisi di pundak papanya.

Rayhan yang baru saja pulang kerja menatap mengejek pada Melodi karena Revan memilih dirinya. Dia berjalan mendekat ke anak tangga paling bawah, tempat Melodi terduduk saat ini.

Rayhan menurunkan Revan dari pundaknya dan memakaikan baju yang tadi di genggaman Melodi dengan mulus tanpa penolakan. Bocah laki-laki berumur tiga tahun itu menatap Rayhan dengan mata berbinar syarat pujian.

“Lihat, tatapannya persis seperti kamu lima tahun yang lalu,” bisiknya sambil menarik lengan Melodi agar berdiri.

Rayhan menuntun Melodi masuk ke kamar dan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Melodi. Membauinya hingga puas kemudian berpindah ke bibir.

'CUP'

Rayhan meraba bibir yang tadi manyun itu, menyesapnya dalam, dan melumatnya halus. Melodi meremas kemeja Rayhan yang kini tidak terkancing lagi.

“Emh.. mandilah,”

Melodi mendorong tubuh Rayhan ke kamar mandi. Dia masih harus menyiapkan makan malam.

“Oh ayolah, kita masih punya waktu hingga petang,” Rayhan mengungkapkan penolakan.

Uh, apa bisa Melodi menolak tawaran semenarik ini? Lihat, pulang kerja dalam wujud awut-awutan saja bisa membuat jantung Melodi seperti jantung kuda yang sedang pacuan, apalagi kalau sudah rapi.

Melodi mengangguk dan Rayhan langsung melancarkan aksinya mencumbu bibir merah muda yang tidak pernah membosankan.

Cumbuan itu terus turun hingga mencapai pusat tubuh istrinya. Tangannya menggapai tombol shower, sedetik kemudian air membasahi keduanya.

Saling mencium, menjejaki tubuh masing-masing, dan meluapkan rasa cinta bebarengan dengan pemenuhan kebutuhan biologis. Mereka menghabiskan waktu sepanjang sore di kamar mandi bernuansa monokrom klasik itu diiringi desah dan kecipak air.

"Akh... Eungh.."

Suara mereka bersaut-sautan indah.

"Oooh.. emh.."

Ketika keduanya baru saja mencapai klimaks, menyerukan nama masing-masing, tiba-tiba ada sebuah suara mengiterupsi.

“Mama?” panggil suara kecil itu.

“Pakai bathrobe di sampingmu Melodi,” bisik Rayhan di telinga Melodi.

Dia kehabisan tenaga, dan beruntung mereka beraksi dibalik bath up, sehingga cukup untuk sekedar menjaga mata polos putranya yang sekarang sedang menyesap lolipop di pintu kamar mandi.

“Sayang, Revan. Kamu sudah minum susu kan? Lolipopnya mama minta ya?” tegurnya sambil membopong Revan duduk di sofa kamar mereka.

Mengambil satu buku cerita lalu duduk memangku putranya yang sangat antusias dengan gambar-gambar.

Revan tertidur dalam pelukan mamanya ketika Rayhan datang.

Rayhan berbisik mengode Melodi untuk bergantian mengurus Revan dan menyuruhnya memakai baju. Melodi setuju, karena dia sudah merasa kedinginan sekarang.

Melodi mengambil gaun pendek selutut, kemudian memakainya.
Rayhan yang sudah berhasil menidurkan Revan di kasur, berdiri menghampiri Melodi.

“I Love You Melodi,” ucapnya sambil memeluk Melodi dari belakang.

Rayhan mengambil alih pengering rambut di tangan Melodi dan mengeringkan rambut sepundak Melodi dengan telaten.

“I Love You too,” balas Melodi tersenyum kecil melihat pantulan dirinya dan Rayhan pada cermin di depannya.

“Jika ada kata lain yang dapat mewakili lebih daripada ‘I love you’ aku pasti akan mengucapkannya. Kamu berarti bagiku lebih daripada itu,”

“A..apa.. Rayhan, kamukah yang mengatakan itu? Mweh.. itu terdengar lebay,”

“Jangan tanya kenapa kata-kataku berunsur norak, orang jatuh cinta biasanya memang bermental dangdut,”

Oh lihatlah, bahkan Melodi dulu tidak berani membayangkan tindakan kecil nan manis dari Rayhan seperti ini. Mendengar bibirnya berucap Ijab Qabul saja, Melodi sudah bersujud syukur karena dipertemukan di pelaminan bersama orang yang dia jatuhkan  hatinya tepat saat pertama kali melihat foto Rayhan.

Dulu Melodi bukannya pasrah atau bertindak apatis. Dia hanya membiarkan waktu yang menjawab. Dan ini semua tentang kesabaran hati. Kesabaran akan menjernihkan air yang keruh sebagaimana kegaduhan membuat air yang berkecipak.

Dan itulah cinta. Dia seperti penyakit yang tidak didiagnosa, diam tanpa anamnesa. Tanpa perkusi dan aukultasi, karena masalahnya hanya tentang otak dan hati. Cukup rasakan dan nikmati, maka kamu akan mengerti indahnya mencintai dan dicintai.

Bagi Melodi, Rayhan tidak hanya mengenalkannya pada apa yang disebut cinta, juga bagaimana sakitnya cinta, dan perihnya perjuangan mencapai cinta yang terbalaskan.

Satu lagi, Melodi juga belajar bagaimana bertanggung jawab pada dirinya sendiri, dan keluarga kecilnya terlebih setelah kehadiran Revan diantara mereka.

----------FIN----------

SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang