Menyerah ...

9 1 0
                                    

Rinai hujan bertubi-tubi jatuh ke tanah dengan derasnya. Awan hitam berarak menaungi langit sore itu. Beberapa orang memilih melanjutkan perjalanan dengan berlari secepat kilat mengejar taksi dan beberapa memilih berteduh di halte tepat di depan Mangosix Cafe.

Begitu pula Seul Gi. Dia memilih menunggu hujan berhenti menjejaki bumi daripada berlarian di tengah hujan. Seul Gi menyandarkan tubuhnya pada dinding halte. Dengan wajah yang terlihat tidak bernyawa, ia membuka tasnya dan mencari sesuatu di dalamnya. Ponsel. Ia menatap kosong layar ponsel yang kini digenggam oleh kedua tangannya dengan erat. Tertulis 'Appa Calling' di layar ponselnya itu, membuat Seul Gi semakin menghela napas panjang. Ia sangat yakin kalau saat ini ayahnya sedang cemas memikirkan putrinya yang sejak pagi belum menghubunginya.

Seul Gi mengatur napasnya. Ia menatap lagi pada layar ponselnya yang terus bergetar.

Klik.

"Seul Gi-yaaaa... Neo eodiseooo???" Suara ayah begitu memekik, terdengar begitu cemas. Mendengar suara ayah di ujung sana bukan membuatnya merasa tenang, tapi sebaliknya. Seul Gi semakin tercekat, dadanya sesak. Bulir-bulir air mata tak mampu lagi tertahan dan akhirnya cair di ujung matanya yang bulat bersinar.

"Appaa.." Tangisannya membuncah. Hanya itu saja yang keluar dari mulutnya. Berulang kali Ia hanya mampu memangil ayahnya dalam tangisan.

Impian SeulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang