Malam itu Jimin habis mendesah nikmat di bawah dominasi dan kehangatan Suga. Suga tidak berbohong tentang dia yang mengetahui isi hati dan pikiran Jimin. Tanpa perlu Jimin merengek ini itu, Suga tau dimana Jimin ingin disentuh sebanyak-banyaknya, dimana pria mungil itu ingin dikecup sedalam mungkin. Seberapa dalam Suga harus melesakkan miliknya, seberapa lama permainan mereka harus dilakukan.
Suga bahkan sangat paham bagaimana Jimin ingin terus diberikan pelukan ketika Suga mulai memasukin Jimin.
Jimin bahkan nyaris gila ketika Suga bahkan mengetahui bahwa tulang selangka Jimin adalah titik sensitif Jimin yang lain selain dadanya.
Sudah kukatakan bukan, Suga memahami Jimin luar dan dalam.Pagi itu Jimin terbangun dengan perasaan penuh. Hatinya seolah membuncah, apalagi ketika membuka mata hal pertama yang dilihatnya adalah dada telanjang Suga yang terlihat begitu pucat. Ditambah lagi dengan keadaan dirinya dan lelaki itu berpelukan sangat erat.
Diam-diam Jimin ingin membalikkan badannya. Wajahnya bisa-bisa meledak saking panasnya. Namun belum sempat itu terjadi, lelaki pucat dan dingin itu makin mengeratkan pelukannya di pinggang Jimin dan dengan cepat memberikan kecupan di tengkuknya."Kupikir dari permainanku semalam kau akan mengucapkan terimakasih dan ribuan ungkapan cinta. Tidak kusangka kau malah ingin melarikan diri dariku." kata Suga berpura-pura kesal namun tetap memejamkan matanya.
"Bu...bukan begitu Tuan gelap.." cicit Jimin.
"Hahahaha Tuan gelap? Panggilan sayang macam apa itu?" Suga tertawa keras lalu merenggangkan pelukannya pada Jimin. Matanya kemudian mencari-cari mata Jimin karena lelaki itu sibuk berusaha menundukkan kepalanya.
"Baiklah, karena panggilan itu darimu. Aku terima. Jadi, apakah aku akan dapat hadiah apapun dari permainanku semalam, sayang?"
Jimin bukanlah anak yang kelewat naif untuk tidak paham maksud ucapan Suga. Namun, ia bingung harus bagaimana merespon pria pucat itu saat ini.
Mengetahui hal itu, dengan cepat Suga mengungkapkan keinginannya."Cium aku, Jim. Semalaman aku sudah sangat menuruti keinginanmu. Yaaah walau memang kau tidak mengungkapkannya. Tapi bukankah itu artinya aku pria pengertian?"
Mendengar hal itu, Jimin tidak bisa tidak merona.
"Baiklah, tu..tutup matamu Tuan gelap" kata Jimin masih enggan menatap Suga"Oh God, semalaman aku sudah melihat setiap jengkal tubuhnya. Bahkan semua bagian tubuhnya tidak ada yang terlewat dari sapuan bibirku. Dan sekarang hanya untuk ciuman ini aku diminta menutup mata?" kata Suga dengan nada bicara yang terlalu dibuat-buat.
"Yasudah kalau tidak mau" kata Jimin sambil memalingkan mukanya.
"Hmmm baiklah-baiklah, Jim. Jja, lakukan. Aku sudah menutup mataku"
Jimin sedikit melirik ke arah Suga untuk memastikan pria itu benar-benar sudah menutup matanya.
Setelah yakin, perlahan Jimin mendekatkan wajahnya ke arah Suga. Jantungnya sudah tidak bisa diajak bertoleransi. Dan kemudian secepat kilat Jimin menempelkan bibirnya pada Suga kemudian langsung cepat-cepat membalikkan badannya. Dia malu. Sungguh.Melihat hal itu, Suga tertawa kecil dalam hatinya. Pria ini begitu polos, batinnya.
Hei! Gara-gara siapa Jimin jadi begitu polos dan tidak berpengalaman kalau bukan karena si pucat yang menyingkirkan orang-orang yang mau mendekati Jimin ini.
Merasa keinginannya belum terpenuhi, Suga kemudian membalikkan tubuh Jimin ke arahnya dan mengungkung Jimin di antara tangannya.
"I'll show you the difference between peck and kiss, Jimin. That one was a peck and this, what kissing is like"
Setelah mengatakannya Suga langsung melumat bibir Jimin lembut. Lagi-lagi tak berbohong soal ingin menunjukkan perbedaan kecupan dan ciuman. Suga melakukannya dengan baik. Lidah yang memasuki mulut Jimin, kemudian menyesap secara bergantian bibir pria mungil itu atas dan bawah. Membuat Jimin tidak bisa untuk menjaga tangannya tetap diam. Perlahan tanggannya merambat ke tengkuk Suga dan menuju rambutnya.
Beberapa menit mereka habiskan dengan saling menyesap satu sama lain. Well, Jimin pelajar yang baik. Tak butuh waktu lama baginya untuk mengikuti permainan Suga.
Dan ketika Jimin mulai kehabisan nafas, dengan agak berat hati Suga melepaskan tautan mereka.
Bibirnya kemudian mengecup dahi Jimin dan merebahkan tubuhnya kembali di samping pria itu. Tangannya bergerak otomatis mencapai pinggang Jimin dan memeluknya posesif.Entah karena apa, sejak ciuman itu ketakutan Jimin pada Suga agak berkurang. Yang ada saat ini di dalam hatinya yaitu Jimin ingin mengenal Suga lebih dalam.
"Hmm Suga?" Jimin mulai membuka suaranya.
"Jadi, darimana aku harus mulai menceritakan diriku, sayang?"
Lagi-lagi Jimin dibuat kaget dengan kenyataan bahwa ada seseorang yang bisa membaca pikirannya. Baiklah, sepertinya Jimin harus mulai terbiasa dengan itu.
Namun sebenarnya Jimin juga tidak tau darimana ia harus mulai bertanya tentang si pucat.
Melihat hal itu Suga terkekeh"Oke, karena kau terlihat bingung, Jim. Aku akan langsung saja. Hmmm bisa dibilang, aku ini adalah roh. Kami tinggal di sudut maupun tempat gelap. Dan kurasa aku sudah menceritakan padamu bahwa sebenarnya tempat gelap bukanlah satu-satunya tempat kami tinggal. Hanya saja tempat terang banyak menguras energi kami dan di tempat gelaplah kami mendapatkan energi. Walau kami roh, tapi apabila kami ingin, kami bisa terlihat di mata orang lain." Suga mengeratkan pelukannya pada Jimin. Sebenarnya hal itu adalah salah satu bentuk kekhawatiran Suga kalau-kalau Jimin tak bisa menerimanya dan berakhir kabur.
Melihat Jimin yang juga makin menyamankan posisinya di dada Suga membuat Suga mendesah lega dan melanjutkan ceritanya.
"Tapi sebenarnya ada hal yang tidak boleh kami lakukan, Jim. Tidak boleh ada orang lain selain orang-orang yang memang kami inginkan, untuk mengetahui keberadaan kami. Itu karena masih sangat banyak orang yang belum bisa menerima kehadiran kami, apabila mereka mengetahui kami ada di sekitar mereka, mereka akan memangkas habis tempat-tempat gelap. Memasang cahaya menyilaukan dimana-mana. Memastikan hampir tidak ada tempat untuk kami bisa mengisi energi."
"Jadi, sudah banyak orang-orang yang mengetahui keberadaan kalian? Mengapa aku belum pernah mendengarnya?" tanya Jimin penasaran.
"Ahli pembaca roh. Merekalah yang bisa mengetahui keberadaan kami, sumber energi kami dan cara memusnahkan kami. Orang awam sebenarnya belum banyak yang mengetahui tentang kami. Sama sepertimu, Jim"
"Dan sebenarnya aku sendiri pun masih takut Jim. Aku takut kau tidak bisa menerimaku. Aku takut kau akan sangat membenciku karena telah menjauhkanmu dari orang-orang yang tertarik padamu" suara Suga mulai megecil saat mengatakannya. Dia tidak berbohong. Dia sungguh takut.
Mendengar itu, Jimin melonggarkan pelukannya dan menangkup pipi Suga. Sedetik kemudian Jimin mengecup bibir Suga dalam.
Kali ini Suga yang dibuat terkejut dengan tindakan Jimin."Asalkan kau bersedia menggantikan semua cinta itu untukku. Dan berjanji untuk mengisi waktuku dengan kehadiranmu, aku pikir aku bisa memaafkanmu, Suga" Jimin tersenyum manis setelah mengatakannya.
Suga tidak bisa untuk tidak berbahagia saat ini. Tanpa menunggu apapun, Suga langsung mendekap Jimin makin erat. Membuat kepala Jimin tersembunyi di dada telanjangnya.
"Hmm Suga? Apa kau selalu sedingin ini?" tanya Jimin sambil mendongakkan kepalanya untuk melihat Suga.
"Kulit kami bertolak belakang dengan manusia. Kami akan terasa sangat dingin bila energi kami terisi penuh. Dan sebaliknya, akan semakin hangat bila kami kehilangan energi kami.
Dan kau tau Jimin, kegiatan yang kita lakukan semalam di dalam kamarmu yang gelap ini, sudah sangat mengisi penuh energiku"Suga mengatakannya dengan nada biasa, namun entah mengapa hal itu terdengar seperti nyanyian erotis di telinga Jimin.
Tbc..
Haiii, ini pertama kalinya gue cuap2 di ff ini ya.. Di part sebelum2nya kaya cuma nulis, set, selesai trus kabur.
Tadinya bikin akun tuh emang cuma pengin baca aja. Eh lama2 hasrat nulis yang udah dikubur bertahun2 nongol lagi. Akhirnya ya gue nulis deh.
Engga, ga minta buat di vote atau komen. Ini beneran cuma buat buku nyalurin isi kepala gue aja eheheh.
Karena menurut gue, kalau emang ceritanya ngena, tanpa diminta pasti reader otomatis pencet bintang dan otomatis komen kok.. Gue juga gitu soalnya.So, please enjoy it guys, yg penting ada yang baca gue udah seneng bgt..
KAMU SEDANG MEMBACA
I Find Love In The Dark
FantasyPark Jimin seorang namja dengan wajah yang bisa dibilang lumayan. Kecerdasannya? Lumayan, buktinya dia bisa lulus dengan predikat cumlaude. Kepribadiannya? Lumayan, buktinya dia punya beberapa sahabat yang menyayanginya. Namun mengapa ia sering mera...