Jantung Dara sepertinya akan meledak jika dia tidak segera lari dan masuk ke kelasnya, bagaimana tidak dia baru saja bertemu dengan Gema yang entah kenapa semakin hari semakin parah aja gantengnya, apalagi tadi dia mengenakan kaos olahraga yang entah kenapa jadi terlihat seperti baju sekelas baju yang dipake sama Jojo alias Jonathan Christie bukan Joshua Suherman. Yang dilelang sampe harga ratusan juta, coy itu cuma kaos loh.
"Kenapa Lo Ra?" Heran Karin yang melihat Dara ngos-ngosan sambil memegangi dadanya.
"Gue abis ngeliat penampakan."
"Hah!? Serius?" Seru Karin ditambah beberapa anak yang berada dikelas itu, tak tertinggal langkah mereka yang langsung mendekat ke tempat Dara, dan dalam hitungan beberapa detik tempatnya sudah terkerubung oleh beberapa anak.
"Iya penampakan, asli anjir gue deg-degan." Ucap Dara, yang langsung menarik tangan Karin dan meletakkan tepat didepan dadanya, yang berdebar kencang.
"Aslian liat apa Lo Ra?" Tanya Fahmi salah satu teman kelasnya yang ke-kepoannya setara dengan perempuannya.
"Kalian jangan sampe liat, kalian nggak akan kuat. Biar aku saja."
"Hah!? Apaan!?" Serempak semua anak yang mengerubungi tempatnya teriak.
"Heheheh, abis liat kak Gema olahraga badannya keringetan terus rambutnya terombang-ambing manjah gulanah diterpa angin."
Wush...
Sunyi melanda, hening menerpa dan suara jangkrik pun berdendang, rasanya semua teman-teman sekelas Dara ingin memakan Dara bulat bulat, dengan tatapan penuh kejengkelan yang teramat sangat dalam, mereka serentak berteriak.
"Pak-yu, Ra. Ari sia teh teu dimana--teu dimana Gema, Gema we terus." Ucap Fahmi yang memang sudah terlalu sering mendengar jeritan, teriakan dan segala kehisterisan Dara kalo sedang membicarakan Gema.
Hampir seluruh siswa dikelasnya tau kalo Dara itu memang sebegitu histerisnya kalo ngomongin Gema.
💮💮💮
"Woy, langsung ke perpus aja, Bu Ani nanti nyusul kesana katanya!" Teriak Farhan mengintrupsikan anak-anak IPA 3 agar menuju ke perpustakan.
Dengan sangat malas, Dara dan yang lainnya keluar dari kelas menuju perpustakaan yang jaraknya terasa sangat jauh, bagaimana tidak sekarang itu cuacanya benar-benar mendukung untuk tiduran dikelas aja, bukannya malah keluar kelas, apalagi pelajaran Bahasa Indonesia itu bikin ngantuk, ya walaupun diperpustakaan tempatnya lebih adem dan pas banget buat bobo-bobo cantik, tapi tetap saja mereka tidak bisa begitu, selain karena kebaikan Bu Ani yang rasanya tidak pantas untuk mendapatkan perlakuan seperti itu juga karena ada pengawas perpustakaan yang nyebelinnya pake banget, omongan mulutnya ituloh masyaAlloh pengen banget dislepet.
"Gimana kalo Kita balapan lari ke perpustakaan?" Tawar Jeyon, Salah satu teman Dara yang jail dan ke-enggak jelasannya sebelas-duabelas dengannya. Seperti api disiram minyak tanah, gerombolan Dara Yang tak lain tak bukan adalah anak-anak seperti, Karin, Metta, Bella, Luna, Annisa, Dan terakhir Shinta, mereka tuh tipe-tipe anak perusuh kelas, bahkan kata Aji teman sekelas mereka tingkat kerusuhan yang dibuat oleh gadis-gadis itu sudah diketahui secara menyeluruh oleh setiap orang di sekolah, ya bagaimana tidak mereka bergerombol sebegitu banyak delapan coy, delapan yang kalau istirahat ngabring semua.
Tanpa aba-aba mereka berlarian secepat mengejar bias, melewati koridor kelas sepuluh, menuruni tangga, karena memang kelas sepuluh itu tempatnya dilantai paling atas, dan lapangan utama dengan ramai, perpustakaan itu tempatnya diujung sekolah terpisahkan dari ruangan yang lain, dekat dengan mushola Dan Taman, tepat berada di tiga jalur pertemuan jajaran laboratorium, koperasi Dan aula sekolah. Tempat strategis selain uks untuk mojok, Karena tempatnya terpencil diujung dekat mushola, daerah hampir tidak terekspos, apalagi dibelakang perpustakaannya, itu lebih strategis.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idol My Love My Obsession (M'ILO)
Ficțiune adolescențiTerobsesi itu menyakitkan dari pada cinta tak terbalas