Bagian Tiga: Obat, Ibu

13 0 0
                                    

Pandanganku tertuju pada ibu yang berdiri didepan pintu kamarnya, dengan lemahnya dia berdiri dengan raut kelelahan. Perlahan kudekati dirinya, memberitahu bahwa semuanya baik-baik saja. Tasha yang disebelahku langsung mengambil remote televisi dan langsung mematikannya.

"Tidak apa-apa bu, tidak ada apa-apa kok, kami hanya bertengkar karena televisi" ujarku sambil menuntun ibu untuk duduk dibangku dekat meja makan.

Aku sedikit tidak berani untuk memberitahu ibu bahwa sedang terjadi "Zombie Outbreak", jika kuberitahu aku yakin ibu tak akan percaya, dan aku juga tak akan memberitahunya karena kondisinya yang sedang tidak sehat. Aku takut kabar itu akan membuat ibu makin sakit, apalagi ia tahu kalau ayah sedang diluar rumah, pasti dia akan sangat panik.

Kutatap Tasha sambil memberi kode "jangan beri tau ibu" dengan tanganku, dengan sedikit kesal ia membalas "kenapa", langsung saja kudekati dirinya dan menjelaskannya.

"Ibu sedang sakit, jangan coba-coba memberitahunya, mungkin itu akan memperburuk keadaan" ujarku sambil berbisik.

"Tapi cepat atau lambat ia akan tau" balasnya.

"Iya gue tau, tapi jangan sekarang" kataku memohon.

Seiring kami berdebat, tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu depan. Ternyata itu Rocky dengan membawa ransel besar dibelakangnya.

"G, cepat buka pintunya, diluar mengerikan sekali" teriak Rocky sambil menggedor pintu.

Aku yang sangat ketakutan langsung cepat membuka pintu, aku takut ibu menyadari semua ini.

"Ky, anggap semuanya baik-baik saja okay?, ibu gue masih sakit. Jangan membuat ia makin sakit karena mendengar hal ini" kataku sambil menutup pintu.

Setelah Rocky mendengar yang aku katakan, ia langsung meletakan ransel besarnya diruang tamu agar ibuku tidak melihatnya, ia memberitahuku ditasnya terdapat makanan dan baju bersih untuk persediaan sementara. Ia juga memberitahuku bahwa jalan utama kota kami sangat sepi, semua pintu tertutup rapat, toko-toko terkunci, ia hanya melihat beberapa warga yang masih diluar. Katanya banyak juga yang bersiap-siap untuk pergi keluar kota.

Rocky pun mengeluarkan beberapa makanan yang bisa kami makan dan langsung menuju dapur. Disana ia menyapa ibu dan Tasha. Dia memberitahu ibuku bahwa ia akan menginap dirumah beberapa hari karena orang tuanya yang sedang tidak dirumah, dan melihat ibuku yang sedang sakit, Rocky berinisiatif untuk memasakan kami makanan. Katanya ia bisa membuat makanan, meskipun hanya sebatas 'Bisa'.

Disela makan itu, aku menatap ibu dengan kesedihan. Rupanya ibu masih terlihat kelelahan. Mungkin, sakitnya yang aneh ini masih terus berlanjut. Selepas makan aku berpikir untuk memberikan ibu obat. Lantas aku langsung pergi kekamarnya dan melihat obat yang diletakan dimeja kecil disamping kasur.

"Tashaa!!!" teriakku.

Sial, ternyata obat ibu hanya tersisa satu butir. Dalam keadaan darurat seperti ini kenapa ada saja cobaan.. Tasha yang masuk kekamar merasa kebingungan.

"Kemarin obat ibu sisa berapa?" ujarku. "Obat ibu tinggal satu"

"Serius ka?" tanyanya sambil melihat obat yang ku pegang.

"Buat apa gue boong dek?" jawabku sambil menunjukan obat ditanganku.

Aku kesal, kenapa habis, kenapa. Ini bukan waktu yang tepat, tapi aku harus berpikir jernih, aku harus memikirkan semua ini agar semua berjalan baik-baik saja. Dengan membawa obat ibu, aku keluar dari kamar dan memberikan ibu obat itu.

Rocky yang sangat terbawa suasana sejak ku bilang "anggap semuanya baik-baik saja okay" tak sengaja menghidupkan televisi kembali, dan ya.. televisi itu sedang menayangkan berita yang menjelaskan apa yang terjadi. Dan ya, ibu akhirnya tau apa yang terjadi, dan ya aku sudah memikirkannya, pasti ibu akan panik. Hal pertama yang ibu ucapkan padaku adalah, Ayah.

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang