Bag. 33

4K 156 10
                                    

Akhirnya setelah 2 minggu penuh dengan huru-hara dan rasa deg-degan, akad nikah yang akan mempersatukanku dengan Kak Julian akan segera dimulai. Dengan rasa deg-degan yang gak karuan sejak dini hari aku menunggu seruan kata 'sah' di belakang bunda dan Mas Kiki di atas panggung. Ayah sudah menjabat tangan Kak Julian diatas mimbar disaksikan oleh bapak penghulu dan puluhan saksi di bawah panggung ini.

"Saya terima nikah dan kawinnya Arin Fadiyah binti Muhammad Panji dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.." ucap Kak Julian dalam sekali coba yang membuatku sedikit terharu.

"Bagaimana saksi? Sah? Sah?" tanya penghulu kearah saksi dan semua kompak berteriak 'sah'

"Alhamdulillah.." ucap penghulu yang dilanjutkan dengan doa dan rangkaian acara lainnya.

Selesai doa aku langsung disandingkan di samping Kak Julian dan sesi foto selanjutnya dimulai. Mulai dari aku mencium tangan Kak Julian yang dilanjutkan dengan dia mencium keningku dengan kaku. Hal itu sedikit menerbitkan senyum geli diwajahku. Lalu dilanjutkan dengan penandatanganan buku nikah dan serangkaian lainnya. Sesi foto dilanjutkan dengan foto keluarga denganku masih menggunakan kebaya akad.

"Kamu cantik hari ini.." bisik Kak Julian disela-sela sesi foto

"Arinn... jangan manyun dong.. senyum.." ledek Kak Rei yang bertugas menjadi fotografer hari ini.

"Bawelll.." dumelku dan kembali memperbaiki ekspresi wajah.

Acara berlanjut ke resepsi. Setelah berganti baju dan make up untuk acara resepsi, aku berjalan memasuki lobi bersama Kak Julian. Kami jalan berdampingan dengan tempo yang sangat lambat, ingin rasanya aku berlari agar cepat sampai dan duduk disana. Masalah utama yang mulai kurasakan adalah kaki yang mulai pegel dengan heels setinggi 6 cm ini. Mba Ika memaksaku untuk menggunakannya agar tak kalah tinggi dengan Kak Julian yang menjulang tinggi tersebut.

Akhirnya setelah berjalan selama 5 menit aku sampai di pelaminan yang dihias sangat mewah. Untuk beberapa jam kedepan aku hanya akan duduk dan menyalami tamu-tamu yang datang. Selain menyalami tamu aku harus terus memasang wajah penuh senyum yang membuat gigi dan bibirku kering.

"Kamu haus? Mau kakak mintakan air minum?" tanya Kak Julian berbisik ketika antrian mulai sepi

"Boleh deh kak.." jawabku balas berbisik dan Kak Julian langsung meminta adiknya mengambilkan air minum untuk kami berdua.

Setelah minum moodku kembali ceria, dan acara terus berlanjut. Sedikit demi sedikit tamu yang salaman mulai berkurang namun tamu yang datang semakin banyak. Aku tidak pernah sampai berpikiran bahwa tamu yang datang akan sebanyak ini. Beberapa aku mengenal wajahnya seperti temanku dari SD hingga kuliah dan beberapa lagi aku mengenalnya sebagai teman kantorku dan temannya Mas Kiki. Sisanya aku bahkan tidak mengenal mereka. Ketika mereka naik keatas panggunglah baru aku tahu siapa mereka. Mereka adalah kolega dan teman-teman Kak Julian selama dia bersekolah di Australia dulu.

"Ngeliatin bulenya biasa aja kalii.." dumel Kak Julian ketika aku melihat teman-teman bule Kak Julian yang ganteng-ganteng.

"Yaa.. abisnya mereka ganteng-ganteng sih.. jadi salah fokus kan.." ucapku dengan wajah yang penuh senyum.

"Ehmm.. suaminya di sampingnya aja masih berani ngelirik cowok lain... apalagi kalau udah jauh.. mau berapa cowok yang nyamperin tuhh.." dumelnya kembali namun aku hanya menanggapinya dengan kekehan pelan. Aku tahu dia kesal dengan ku tapi entah kenapa aku menikmati sikap kesalnya tersebut. Menurutku dia sangat lucu dan menggemaskan dengan sikap kesalnya itu.

"Maaf deh kak.. gak lagi-lagi dehh.." ucapku tapi masih dengan senyum yang terkembang.

"Selanjutnya ada persembahan lagu dari saudara Riko, Fino, dan Qori sebagai perwakilan dari teman kantor mempelai perempuan.." tiba-tiba terdengar sebuah pengumuman yang membuatku terkejut.

Arin's Love Story (END)Where stories live. Discover now