Bab 4 Gadis Yang Lancang

2.7K 39 4
                                    

VIOLET

Part 4

GADIS YANG LANCANG

Oleh : Triana Kumalasari

Violet menatap anak laki-laki yang ditaksirnya berusia sekitar tiga belas tahun itu melintas. Wajahnya mirip Bik Sum. Entah mengapa, perasaan Violet tiba-tiba terasa tidak enak.

"Anak itu siapa, Za?" tanya Violet.

"Yang mana, Mbak?"

"Yang barusan lewat bawa beras. Yang kamu panggil 'Din'."

"Dia Udin, Mbak."

Sekarang perasaan Violet benar-benar tidak enak.

"Udin anaknya Bik Sum?"

"Iya," jawab Reza. "Anak Bik Sum dan Pak Parto."

Violet mulai panik.
Kalau anak ini Udin, lalu yang tadi itu ... siapa?

Violet memutar kembali memorinya beberapa saat yang lalu. Meneliti kembali tampilan teman barunya tadi.

Udin yang tadi berkulit cokelat terang, sedangkan Udin yang ini berkulit cokelat gelap menjurus hitam, sama dengan Bik Sum dan Pak Parto.

Udin yang tadi berhidung mancung dengan bibir yang tipis. Matanya agak sipit dan berwarna gelap.

Kalau dipikir lagi, wajahnya yang bersih tidak ada mirip-miripnya dengan Bik Sum maupun Pak Parto.

Astaga!

"Reza, anak cowok yang tadi bicara denganmu di pintu gerbang, itu siapa?"

"Di pintu gerbang? Itu Mas Yudha," jawab Reza.

Fix. Violet ingin menghilang.
Tiba-tiba ingin melarikan diri lagi ke Tangerang.

Otaknya refleks melakukan flashback. Mengingat-ingat apa saja yang tadi ia katakan kepada Yudha.

🌸🌸🌸

Minggu pagi di bulan Juni.

Saat musim libur sekolah seperti ini, hari Minggu mungkin tak lagi berarti. Namun, tetap saja, ada sebuah keistimewaan tersendiri di hari Minggu. Apakah itu?

"Pasar Minggu!" usul Rena. "Hari ini kita jalan pagi ke pasar minggu saja, yuk!"

"Ayuk!" sambut Violet. Ia menengok dari balik buku cerita detektif milik Rena yang sedang dibacanya. Violet, Rena dan Rosa sedang bersantai di ruang tengah. Violet dan Rena membaca buku, sedangkan Rosa bermain piano.

"Di Tangerang, aku juga suka pergi ke pasar minggu bersama Anwar dan Alifa. Murah-murah deh harganya daripada di Mall."

"Anwar dan Alifa itu siapa, Mbak?" tanya Rena, sambil menggigit roti kering.

"Keponakan Bude Wati. Rumah mereka berada di dekat rumah Bude, jadi sering main bareng aku."

Denting piano berhenti. Rosa menoleh. "Aku nggak ikut. Bu Indri---guru les piano---menyuruhku mempelajari lagu baru. Besok mau dia tes."

"Oke, Mbak," jawab Rena pada Rosa. Ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja kaca. "Aku WA Mas Yudha dan Reza dulu kalau begitu. Nanya mereka mau ikut apa enggak."

Eeh?

Violet meletakkan buku yang sedang ia baca. "Eh, Ren, emang Mas Yudha diajak juga?" tanya Violet, berusaha tampak biasa.

"Iya, dong, Mbak Vi. Kami kan selalu jalan bareng."

Ting!
Ponsel Rena berbunyi.

"Mereka ke sini sekarang," lapor Rena semringah.

VIOLET (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang