Kencan-duan

83 3 1
                                    

Sudah kali ke 9 aku berganti pakaian. Dan sepertinya aku tidak akan bosan.

Seminggu yang lalu aku menganggap segala hal yang berhubungan dengan kencan adalah omong kosong. Maksudku, coba deh kamu pikirkan baik-baik... kenapa satu dinner bisa mengubah segalanya?

Mengubah segalanya jadi kandas sih iya, kalo kamu mergokin gebetanmu ngupil sebelum mulai makan.

Tapi setelah aku diajak kencan, aku harus menjilat ludahku sendiri. Dan itu lebih menjijikkan daripada ngupil sebelum makan. Percaya deh.

Kean adalah that lucky guy yang bisa ngajak aku kencan. Aku juga nggak tahu kenapa aku bilang "iya" ke Kean. Yang aku inget cuma Kean dateng, senyum, ngomong nggak tahu apa lalu aku jatuh ke rumput sambil senyum-senyum sendiri. Setelah itu aku punya kencan sabtu malam.

Setelah itu kakiku berasa seperti mie yang terlalu lama direbus.

Tapi otakku untungnya masih waras dan hatiku juga masih tegas mengatakan bahwa aku nggak suka sama Kean. Mungkin itu cuma sudden anticipation karena aku belum pernha diajak kencan sebelumnya.

"Nica ayooo! Nanti Kean keburu tumbuh jenggot tuh nungguin kamu di luar." seru Aiga dari ambang pintu kamarku.

"Siapa yang ngizinin kamu masuk kamar aku?" tanyaku cepat.

"Mama."

"Eugh mama melanggar kontrak!" geramku sambil menyisir rambutku kuat-kuat.

"Aaaah apapun, kalo kamu nggak keluar 2 menit lagi aku yang bakal kencan sama Kean ngegantiin kamu." ucap Aiga final. Si cantik sempurna Aiga, kakakku.

Akhirnya aku keluar dari kamar dengan rok hijau dengan ujung renda putih dan atasan bermotif bunga-bunga floral. Karena aku tidak pandai dalam mengatur rambutku, aku mengikatnya dalam satu buntut kuda namun menyisakan helaian rambut di sekelilung tengkukku.

"Si mbak, dikira mau piknik." komentar Aiga dengan tawa kecil sambil menyeruput beras kencurnya.

"Yeeh daripada eloo, tampang doang anak muda minumnya beras kencur!" balasku sambil memasukkan beberapa pembalut ke dalam tasku.

"Sejak kapan lo dapet? Biasanya kita barengan." kalau ada kontes Ratu Komen, Aiga pasti menang.

"Enggak, gue bawa aja takut pipis di celana." jawabku santai tepat sebelum menutup pintu depan dan memasuki teras.

Kean berdiri di luar bersandar pada

Kean malam ini dalam balutan kaus hitam dengan tulisan putih mentereng "Apa lo liat-liat?!" di bagian depannya.

Tunggu, kita mau kencan kan ya?

"Eh hei Nic!" sapanya, mengeluarkan tangannya dari saku celananya.

"Iya hey Ke." sapaku balik, memainkan ujung atasanku.

"Mau piknik?" tanya Kean dengan tawa kecil yang kelihatan keren.

"Eeeh enggak sih, cuma eeh... gitu lah suka aja sama baju yang ini hehe-"

"NICA! hape lo ketinggal...... Hai Kean!" pintu menjeblak terbuka di belakangku, menampakkan Aiga dengan celana setengah pahanya dan kaus "I LOVE NY"-nya yang kebesaran.

"Bisa nggak sih lo biarin gue nyelesein ketawa gue?" gerutuku sedikit maksa.

"Nggak apa-apa lagi Nic, lagipula yang kamu ketawain juga sebenernya nggak lucu." jawab Kean tenang dengan pandangan masih terpaku pada paha Aiga. Yang diam-diam membuatku bersyukur rokku mencapai lutut.

"Maklumin adek gue ya, emang suk agaring gak jelas." tanggap Aiga tanpa memedulikan perasaanku.

"Nggak apa-apa. Eh, kok lo gak pernah ngasih tau gue kalo lo punya kakak yang cantik banget?" tanya Kean padaku walaupun masih menatap Aiga.

"Nanya gue? Iya paha kakak gue emang cantik banget gila wuiih.." jawabku males.

Kean langsung menggelengkan kepalanya dan menatapku dengan tatapan bingung.

"Eh ngomong-ngomong, gue Aiga." Aiga menjulurkan tangannya pada Kean.

"Oh, Kean." Kean menyambut uluran tangan Aiga dan tidak melepasnya.

"Seneng bisa kenalan sama lo." ujar Aiga pelan.

"Gue juga, lo... lo mau nggak kencan sama gue malem ini gantiin Nica?" tanya Kean dengan nada bicara seperti.... terhipnotis.

Aku agak kaget dan bengong gitu, harapan terkahirku adalah Aiga yang masih punya perasaan.

"Eh, boleh.. hehe." jawab Aiga sambil menunduk, pura-pura malu.

"Gila, Kean. kencanin tuh pahanya." aku masuk kembali ke rumah setelah melihat sekilas Aiga memutar bola matanya.

Samar-samar aku mendengar deru mobil menjauh.

Seharusnya aku nangis, yakan? Tapi aku sedih aja enggak. Aku laper, dan siapa peduli soal Kean dan mata pahanya? Bah! Mendingan aku kencan sama telur rebus malam ini.

Setelah makan telur rebus pakai garam dan roti keju aku memutuskan untuk mesuk ke dalam piyama flanelku dan bergelung dalam selimut.

#

"NICA!!"

Aku memutar bola mataku dan memberhentikan langkahku.

"Aku tidak kencan semalam Karin." jawabku paa adanya, meneriakkannya di koridor yang terbilang ramai. Murid-murid berhenti untuk menatapku selama sedetik, tapi kemudian memutuskan untuk tidak peduli.

"Ada apa? Apa yang terjadi? Lo nggak salah kan? Lo sedih gak? Jangaan patah hati ya? Ceritain kronologinya dong!" Karin langsung menyerangku seperti senapan berantai.

"Kean ketemu kakak gue terus kayak love at the first sight ke pahanya." jawabku tenang sambil mulai berjalan beriringan dengan Karin.

"Paha siapa?" tanya Karin menggaruk sisi kanan kepalanya.

"Paha pohon palem!" sindirku keras.

"Emang pohon palem punya paha?" Karin semakin rusuk menggaruk kepalanya sambil menatapku bingung beneran.

"Oh punyaaa... cuma lo gak bisa liat ajaa." jawabku main-main.

"Kok Kean bisa lihat?" mukanya seperti habis gagal mengerjakan rubiks 8x8.

"KARIN LEMOT! Ya paha kakak gue lah!" pekikku setengah tertawa setengah gemes beneran.

"OOOOH! Lo bilang kek dari tadiii.... eh tapi, terus apa urusannya sama pohon palem?" tanyanya masih dengan ekspresi bingung.

"Haaaaah.... Lotion kakak gue ada ekstrak minyak palemnya." jawabku asal.

"Oh ya? Gue minta dong!" Karin langsung berubah antusias.

"Entar gue beliin di gerobak bubur depan sekolah ye." jawabku sambil berjalan pergi meninggalkan Karin yang mulai berubah bingung lagi.

"Tukang bubur jualan lotion?" gumam Karin lebih pada diri sendiri.

"AH! Buburnya pake ekstrak minyak palem juga kali!" ekspresinya berubah cerah, seperti habis menyelesaikan teka-teki terumit di dunia.

#

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kencan-duanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang