Never Ever

910 74 28
                                    

.

Ketika hujan turun dan bumi telah basah. Cuaca berganti dingin dan disaat itulah hati ini rapuh.

Bersama dengan turunnya titik-titik air yang jatuh, air mata itu ikut jatuh. Hati yang semula kuat menahan beban, kini telah rapuh terkikis oleh banyak luka.

Satu dari seribu orang di Seoul, mungkin hanya dia yang merasakan kesulitan. Sulit mendapat cinta yang baik. Sulit mendapat kepercayaan orang lain. Bahkan ia sulit untuk mendekati dan didekati.

Jeon Wonwoo, lelaki 19 tahun yang baru memasuki jenjang perkuliahan. Pledis University adalah tempat dimana ia akan menjadi salah satu mahasiswa disana. Tidak ada yang spesial selain tahapan-tahapan penuh hina dan kebencian.

Ia mahasiswa baru, namun entah mengapa ia merasa bahwa ia telah sangat jauh dikenal. Mengabaikan adalah hal satu-satunya yang dapat ia lakukan untuk memendam emosi hatinya. Menahan segala sesak dalam wajah datar dan dinginnya.

Ia bahkan bertanya-tanya, apa yang salah pada dirinya. Mengapa ia seperti orang yang wajib untuk dihindari. Ia ingin tau semua itu, namun ia menahannya. Membiarkan hingga ia mati sekalipun.

"Jeon Wonwoo!"

Panggilan itu sukses membuat langkah kakinya berhenti. Ia tak ingin menoleh atau menggerakkan tubuh untuk berbalik. Ia menahan rasa takut yang tiba-tiba menghampirinya,  entah untuk alasan apa.

'Puk'

Sontak tubuhnya menegang bersamaan dengan tepukan singkat pada bahunya. Ia memberanikan diri untuk memutarkan kepala, hanya untuk melihat siapa yang tengah memanggilnya.

"Kau Jeon Wonwoo kan? " Tanya sosok lelaki dengan tinggi yang hampir sama rata dengannya, walau hanya beda satu centi lebih tinggi dia dibanding Wonwoo.

Wonwoo tak ingin membuka suara, ia hanya bisa memberi jawaban dengan sebuah anggukan. Memberikan wajah datar tanpa ekspresi untuk menyembunyikan kegugupannya.

"Perkenalkan, Aku Moon Junhui, pembimbing mu selama kau kuliah disini." Ujarnya memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangannya.

Senyum sosok bernama Junhui itu membuat Wonwoo bertanya-tanya, apakah sosok yang didepannya ini memiliki niat baik atau tidak. Ia juga merasa ragu untuk membalas uluran tangan itu.

Ia hanya membalas dengan senyuman tipis serta membungkukkan badannya, memberi salam hormat. Tanpa mengeluarkan suara dan juga membalas uluran tangannya.

Junhui menatap uluran tangannya yang tak kunjung mendapat balasan. Ia mengangguk mengerti dan memakluminya. Ia juga  banyak mengetahui tentang adik tingkatnya ini.

"Ayo ikut. Aku akan membawamu ke ruang kelas Jurusan kita." Ajak Junhui sembari merangkul akrab pada Wonwoo.

Wonwoo tak tau apakah ia harus senang atau sedih. Ia masih menyiapkan hati jika saja situasi seperti hanya untuk sementara.

"Wonwoo-ya, aish, kenapa kau selalu saja melamun? " Tanya Junhui yang melihat adik tingkatnya itu kembali melamun. Ia tau sejak awal adik tingkatnya ini selalu saja melamun dengan tatapan kosong. Ia menjadi sangat penasaran pada sosok lelaki manis ini yang sudah mengambil seluruh atensinya.

"M-Mianhae," Gumam Wonwoo dengan suara lirih dan halus.

Junhui memekik tertahan mendengar suara lembut Wonwoo. Untuk pertama kalinya lelaki manis itu mengeluarkan suaranya. Ia dibuat terpesona hanya sekedar mendengar suara lembut itu.

"Tidak apa, mari masuk. Aku akan memperkenalkannya dengan beberapa rekan mahasiswa mu yang lain. " Ujar Junhui dengan senyum malaikatnya lalu ia menarik tangan halus Wonwoo. Ia menahan napasnya saat merasakan kulit telapak tangannya yang bersentuhan dengan lengan halus Wonwoo. Ia tak yakin bahwa faktanya adik tingkatnya ini bergender sama dengan dirinya, yaitu laki-laki. Semua yang ada pada dirinya lebih mendominasi pada fisik perempuan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 23, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

1 Minute 1 Second 《Meanie Oneshoot》Where stories live. Discover now