Bab 8, Remember

3.5K 247 11
                                    


Sasuke mengendarai mobilnya dengan cepat, hujan yang mengguyur dengan deras menyulitkan pandangannya. Sasuke mengerem mobilnya ketika lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk stir mobil dengan gelisah, teringat ketika Neji menelphonenya dan mengatakan Naruto sedang berada di café. Ia jadi tak mengerti kenapa Naruto bisa berada di sana padahal Sasuke sendiri sudah menunggu jemputan dari Naruto. Betapa khawatirnya Sasuke ketika Neji mengatakan Naruto menangis dengan baju basah kuyub terkena hujan dan datang ke café sendirian apalagi Naruto saat ini sedang demam. Sasuke pun melajukan mobilnya kembali ketika lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau sambil berharap Naruto baik-baik saja disana.

"Bagaimana?" tanya Utakata khawatir.

Sai menggeleng lemah. "Hujan terlalu deras, dokter tidak bisa datang kemari"

"Ya, bahkan nanti akan ada badai.." Nagato menujuk kearah tv yang menanyangkan berita cuaca menggunakan dagunya.

"Sementara kita bermalam disini dulu sambil merawat Naruto" ucap Konan, yang lain mengangguk menyetujui.

Gaara mengelus-ngelus pelan kepala Naruto memberikan sedikit kenyamanan bagi Naruto yang tertidur dengan wajah pucat dan kelopak matanya yang tertutup bergerak gelisah seakan sedang bermimpi buruk. "Sebenarnya apa yang terjadi padamu sekarang Naru..."

.

.

Aku tidak tahu sedang berada dimana saat ini, namun tempat ini terlihat tidak asing. Dan lagi yang membuatku heran, apa yang terjadi pada tubuhku? Kenapa tangan dan kakiku menjadi pendek? Apa yang terjadi sebenarnya? Apa aku kembali menjadi anak-anak? Lalu, hei! sejak kapan rambutku jadi panjang sebahu begini? Dan diikat pula?! Aku tak berubah menjadi perempuan kan? Setahuku, tadi berada di café AM lalu pandanganku menjadi memburam dan menjadi gelap sampai berada disini. Ugh~ astaga, ini pasti mimpi kan? Katakan jika ini memang mimpi! Iya, ini pasti mimpi. Aku ingat pernah ke tempat ini ketika bayang-bayang sosok anak kecil datang berkunjung di memory otakku akhir-akhir ini. Aku pun mengedarkan pandangan disekelilingku...

Aku berada disebuah taman luas dengan pemandangan putih salju melayang jatuh dari langit, ringan dan lembut bagai serpihan ilusi tanpa beban menumpuk memenuhi tanah, membekukan air danau menjadi sebuah es, angin dingin berhembus membelai wajahku memberikan ketenangan serta keheningan yang semakin membisu bahkan tidak ada daun maupun kelopak bunga yang mampu bertahan. Pendar lampu kecil-kecil berwarna-warni tampak beradu jadi satu, bertautan erat berlomba memancarkan cahaya mengelilingi setiap pohon di taman. Boneka salju pun ikut meramaikan keadaan taman yang sepi, dengan kedua mata terbuat dari batu, wortel sebagai hidung dan ranting sebagai tangan, bahkan ada beberapa orang dengan baik hatinya memberikan syal pada sang boneka salju yang jelas-jelas tak merasakan dinginnya salju, bibir yang mengelum sebuah senyum dari sang boneka salju seolah sedang menertawakan kesendirianku sekarang.

 Boneka salju pun ikut meramaikan keadaan taman yang sepi, dengan kedua mata terbuat dari batu, wortel sebagai hidung dan ranting sebagai tangan, bahkan ada beberapa orang dengan baik hatinya memberikan syal pada sang boneka salju yang jelas-jelas...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cafe Prince (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang