3.indigo boy

432 16 2
                                    

15 january 2015.

Ya namanya adalah Azka Bintang Auzagi.

Ia adalah teman sebangkuku. Menurutku ia mudah bergaul, ia berteman dengan siapa saja, dia juga pintar menarik perhatian orang lain.
Postur tubuhnya atletis dengan kulit yang putih ia juga memiliki senyum nya sangat menawan.

Tak sulit baginya untuk mendapatkan seorang pacar di SMA ini.
Alice, sering bercerita tentangnya.
Mulai dari sekelas lagi dengannya,hingga cerita tentang Azka Yang merupakan seorang anak populer di sini,selain itu ia adalah mantan ketua OSIS tahun lalu , Dan yang lebih mengejutkan nya lagi ia tinggal di dekat rumahku.

Beberapa hari belakangan , aku yang duduk disampingnya seringkali melihat wajahnya pucat ia juga tampak tegang dan berkeringat dingin. Saat ku tanya dia berkata tak apa apa.

Pernah sewaktu pulang sekolah aku mengikutinya hingga ke belakang labor fisika yang berada di ujung koridor lantai 2.
Dia berjalan dengan tergesa gesa, sehingga aku mengikutinya setengah berlari. Ia tempak berkeringat dan wajahnya pucat.

Saat telah sampai di belakang labor fisika, aku mendengar dia berbicara sendiri.
Untuk orang yang baru melihat akan beranggapan bahwa orang itu gila, berbicara sendirian.
Tapi lain halnya denganku aku telah terbiasa, kakak sepupuku, melisa adalah seorang indigo, ia terbiasa melihat hal hal yang tidak dapat aku lihat ataupun orang lain.

Kubacakan beberapa lantunan ayat yang kupelajari dari kak melisa.
Tak lama kemudian ia tampak lebih tenang,
Kuhentikan bacaanku saat ia mulai mendekatiku.
Ia berjalan kemari sedangkan aku mulai panik,  jika ia bertanya sedang apa aku disini apa yang harus ku jawab?

"Lo, ngapain disini?" tanyanya padaku.

"Gak ada kok, cuma keliling lantai 2 aja," kilahku.

Suasana canggung menyelimuti keadaan kami, walau sudah lama tetap saja kecanggungan terus berada di antara kami. Tak tahan dengan kecanggunan kami, ku putuskan untuk bertanya lebih dulu.

"Hmm, boleh minta nomer hp lo?" Dan ya, aku menyesal mengapa harus aku duluan yang membuka pembicaraan. Aku menunduk malu untuk melihat matanya. Tak lama ia memberikan hpnya padaku.

"Nih, nomor lo aja ntar gue misscall." ucapnya. Tanganku meraih hpnya, segera mengetikkan nomorku dan mengbalikan padanya.

"Yaudah gue pulang dulu," kataku pada akhirnya. Tanpa menunggu kata darinya aku melangkah menjauhi dirinya.

🍁🍁🍁

Pagi di hari minggu , aku berlari pagi di dekat perumahanku menuju sebuah taman yang tak terlalu jauh. Sambil mendengarkan lagu dari earphone, kulangkahkan kakiku menuju taman.

Saat di taman aku bertemu Azka yang tampak seperti habis lari pagi ia duduk di salah satu bangku.

"Hai," sapaku saat menghampirinya.

"Hai juga" jawabnya. Sepertinya mood nya sangat baik.

"Azka,  aku mau tanya boleh?"

"Boleh, mau tanya apa?"

Aku sedikit menghela nafas, kukecilkan suara ku
dan berkata "Kamu indigo ya?" Ia tampak tegang, sedikit berpikir lalu menjawab
"iya, aku indigo."

Aku diam begitu pula dia.
"Aneh ya?" katanya.

"Enggak kok," jawabku seadanya.

"Kamu gak takut? "tanyanya lagi

"Enggak tuh ngapain coba?" ucapku padanya.
Ia tersenyum, aku pun juga.

"Tapi dari tadi yang dibelakangmu matanya merah lo," ucapnya padaku tiba-tiba.

"Gak usah bohong!" seruku sambil tertawa.

Next?

The horror schoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang