Chapter 2

989 122 43
                                    

Lukas berdiri di depan pintu setelah adiknya berangkat sekolah. Sebelum benar-benar melakukan niatan, Lukas menengok ke belakang, jam menunjukkan pukul tujuh. Bila ia tak salah ingat, tetangga yang ia guyur dengan seember air kemarin melewat pada jam setengah delapan.

"Setengah jam lagi," gumam Lukas. Ia berniat untuk memohon maaf. Kejahatan yang dikatakan Emil kemarin ialah; pelecehan. Meminta mengenakan pakaian pria pada wanita. Seharusnya itu kegiatan France Bonnefoy—dia part-time banci di alun-alun. Dan lagi, wanita kemarin tetangganya.

Akhirnya Lukas menghadap ke depan, oh si wanita kemarin melintas pada jam tujuh, tepat setelah Emil berlalu.

"Tunggu!" Lukas refleks berlari menjauh dari teras.

[Name] yang sadar akan Lukas yang berlari ke arahnya, lantas berlari dahulu untuk kabur.

Tepat saat memasuki halaman, Lukas tergelincir rumput-rumput basah—dia menyiram lagi seperti kemarin—Lukas tergelincir dan jatuh dengan wajah terlebih dahulu.

[Name] menyadari Lukas yang terjatuh, dia berhenti berlari, menengok cemas pada pemuda yang kini mencium rumput. Tapi, ketika Lukas mengangkat wajahnya, [Name] bergegas pergi.

"Dia ... kasihan padaku?" Lukas terkejut—tapi wajahnya biasa saja.

•∆•

[Name] dapat bernapas lega, akhirnya tugas yang panjang lebar itu telah tuntas dan selesai. Nilai urusan belakang, yang penting tugas tepat waktu serta ia kerjakan sungguh-sungguh selama tiga hari.

Ketika [Name] hampir memasuki pekarangan rumahnya, serta melintasi rumah tetangga barunya, saat itulah [Name] terlonjak kaget mendapati Lukas yang masih di rumput mencium tanah. Kalau tak salah sekarang jam satu siang, selama enam jam kah orang itu diam di sana?!

Tapi, tunggu dulu! [Name] berdiri menghadap Lukas, baju yang dipakai Lukas berbeda dari waktu pagi tadi.

Waktu pagi, Lukas memakai baju belang—merah putih. Tapi, sekarang dia pakai kemeja merah dan celana hitam. Dilihat dari mana pun juga, Lukas baru pulang kerja, menunggu [Name] pulang, agar [Name] khawatir, Lukas melakukan posisi tadi pagi tapi bodohnya baju kerjanya masih melekat.

[Name] agaknya kesal, dia lupakan mengenai pelecehan kemarin. Dia terlanjur peka, maka dia pun menghampiri Lukas dengan rasa iba.

Tak apa, tetangga, kau berjuang keras, mari aku notis. [Name] mengangguk saat diri sudah benar-benar berada di samping Lukas.

[Name] berjongkok agar suara yang akan dihasilkannya sampai ke telinga pemuda itu, namun belum berucap, [Name] dikagetkan oleh Lukas yang menangkap tangannya kemudian terbangun.

Wajah [Name] memerah saat bertatapan mata dengan Lukas. Ingin kabur tapi mata dingin Lukas seperti menguncinya.

"Kali ini aku akan meminta maaf dengan benar." Begitu ucap Lukas. Ia berdiri masih memegang tangan [Name], menuntun gadis itu ke arah rumahnya.

Degup jantung [Name] semakin berisik saat Lukas membawanya masuk ke rumah.

"Ma-maaf! Ka-kalau soal kemarin, sungguh tak perlu dipikirkan. A-aku benar-benar memaafkanmu, jadi biarkan aku pulaaaang!" rengek [Name] saat Lukas hendak membawanya lebih dalam di dalam rumah besar itu. 

Lukas menengok, [Name] ternyata memegang gagang pintu membuat ia agak sulit menarik [Name].

"Tidak. Biarkan aku meminta maaf dengan benar, ayo ikut." Suara datar Lukas serta wajah dinginnya membuat siapa saja akan salah mengira ... Lukas seperti punya niatan tersembunyi

"Tidak! Aku mohon! Aku mohon! Aku masih ingin hidup!" [Name] semakin erat memegang gagang pintu.

"Ayo ikut!" Lukas mulai menarik-narik [Name].

Emil yang sedang turun dari lantai dua menatap keduanya datar. Jika dilihat dari posisi Emil, mereka berdua tadi seperti berteriak, Biarkan mamah pulang! Mamah tak mau serumah dengan ayah! Lalu, Ayah janji takkan selingkuh lagi, jadi jangan pergi! Dan sesuatu seperti permasalahan rumah tangga lainnya. Emil setelah cukup lama menyaksikan, kembali lagi ke lantai dua saat kakaknya berhasil menarik [Name] ke dapur.

•∆•

[Name] tertunduk malu. Ia pikir akan dibawa ke mana dan akan diapakan oleh tetangga baru, tapi Lukas hanya membawanya ke meja makan, menghidangkan kue, minuman serta memberika pakaian dalam bingkisan.

"Aku meminta maaf soal kemarin." Lukas segera memulai percakapan.

"A-aku juga minta maaf soal tadi ...." [Name] berbisik.

"Hm? Kenapa?" Lukas tak mendengar.
"Te-terima kasih kue dan bajunya, ya!" [Name] gerogi dan setengah berteriak.

"Sama-sama. Apa kau memaafkanku?"

[Name] mengangguk.

Lukas tersenyum. Senyuman yang sekilas sekali, seperti bocah pendiam yang baru mendapatkan nilai A+ di kelas. Gara-gara itu, [Name] ikut tersenyum. 

•∆•

"Tetangga baru cukup aneh, tapi sepertinya baik." -[Name]

"Ah, aku lupa menanyakan namanya." -Lukas

...

Bersambung...

A/n:

Aku masih kepikiran si Allistor, nih kebetulan punya;

Aku masih kepikiran si Allistor, nih kebetulan punya;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Allistor maksa adeknya (si Arthur) buat pake rok 😂

Tetangga Baru (Lukas Bondevik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang