bab 2

1.1K 16 1
                                    

     "Maaf, saya terlambat. Dia yang jadi persembahan saya kali ini," Ucap Raka sambil mendorong tubuhku. Refleks aku maju kedepan, tapi sedetik kemudian, sebelum pria asing itu menyentuh seinci pun tubuhku, aku langsung mundur beberapa langkah.

Persembahan? Ini gila! Raka gila!

     "Raka, Apa-apaan ini!" Teriakku keras, menuntut penjelasan. Raka tidak berani menatapku. Dia terus menundukkan kepalanya dihadapan pria angkuh bermata tajam itu. Aku sangat kebingungan sekaligus ingin melempar Raka dengan salah satu vas mahal di rumah ini.

     Tiba-tiba, pria yang dipanggil Raka dengan sebutan "tuan" Itu berdiri dari kursi kebesarannya. Sebagai antisipasi, aku mundur beberapa langkah hingga akhirnya aku terbentur tubuh keras di belakangku.

     Pelan-pelan aku menoleh dan langsung terperanjat begitu menyadari siapa yang ada tepat de belakangku.

     Eh?! Tadi... Tadi dia disana. Kenapa sekarang berada di belakangku?!

     "Menarik. Seorang gadis," Kata pria itu dengan dingin. Hidungnya berada dalam posisi begitu dekat dengan leherku, mengendus bau apa pun yang menguar dari tubuhku. Aku menahan nafas, jijik dengan sikapnya.

     Kemudian, dia berjalan lambat hingga berdiri tepat di depanku. Aku mendongakkan kepala karena tubuhnya yang teralu tinggi bagiku. Tak disangka, mata kami mengunci satu sama lain. Dari jarak sedekat ini, aku mulai menebak nebak, mungkin umur pria ini tidak jauh dariku, dilihat dari wajahnya yang masih muda. Tapi sayangnya, tatapan matanya teralu mengintimidasi.

     "Raka, aku mau pulang!" Ucapku lantang sambil mundur teratur. Aku tak tahan berlama-lama beradu pandang dengan pria asing ini. Apalagi bibirnya tadi tiba-tiba saja menyeringai kejam.

     Langkah mundur ku kembali terhenti karena pria bertatapan dingin itu menahan pergelangan tanganku. Aku tersekat. Tenaganya kuat sekali.

     "Siapa kau? Jangan sentuh aku!" Aku menepis tangannya kasar dan sikapku tadi berhasil membuatnya terkejut.

     "Tumbalnya kali ini sangat susah diatur," Ucap pria itu sambil memandangku lekat-lekat, sedangkan aku terkesiap. Mataku melebar saat mendengar penuturannya. Tumbal? Yang benar saja!

"Raka, jelaskan padaku sekarang!"

     Raka masih enggan menatapku. "Maafkan aku, tika," Ucapnya lirih.

     Aku sangat panik mendengarnya. Aku... Aku tidak percaya ini. Maaf Raka tidak ada artinya. Aku tidak Terima jika harus mengorbankan semua organ tubuhku untuk dijual, apalagi dijadikan tumbal! Tidak!

"Aku tidak mau!!!" Aku segera berlari memburu pintu aula.

     "Tahan dia!" Perintah pria itu kepada dua orang bodyguard bertubuh kekar.

     Dengan sigap, mereka melaksanakan perintah sang tuan. Mereka memegang lenganku dengan amat kuat.

     Sinyal bahaya di kepalaku berbunyi nyaring. Aku mencari celah, mengumpulkan segenap tenaga, dan yang terpenting, menyingkirkan sebentar kekuatanku. Kurela nafas dengan yakin, kupegang kedua tangan mereka, lalu m mebanting tubuh kekar mereka ke depan.

     Rasa bangga mampir sejenak begitu kulihat dua orang kekar itu bisa tumbang olehku. Tidak sia-sia aku belajar pencak silat ketika SMP dulu. Lihat, Raka dan pria itu saja sangat terkejut akan kemampuanku!

     "TUTUP PINTUNYA!" pria gila itu berteriak, memberi perintah untuk seluruh pelayannya yang berada di sekitarku. Sontak seluruh wanita berpakaian sama itu menutup pintu dan membuat barikade di depannya.

     "Jangan menghalangi aku!" Teriaku kepada seluruh pelayan bodoh itu.

     Aku sudah siap menerjang mereka semua yang telah membentangkan tangan bersamaan, tapi tiba-tiba...

BUG!

     Seseorang memukul punggungku. Aku tidak tahu dengan apa, tapi yang jelas, pukulan ringan itu cukup membuatku pusing dan tumbang.









Heheee pendek kan ceritanya.

Tapi menurut kalian teralu pendek atau panjang?

mine: novel by atikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang