WHO'S DIVA

11 0 0
                                    

     Hari cerah dengan langit tanpa hiasannya, Mino hanya duduk termenung di pinggir sungai jauh dari keramaian dan pusat kota menikmati liburannya, hanya gemersik air yang menemani paginya. Lambat laun terdengar dari kejauhan suara perempuan yang bernyanyi dengan riang dan suara terdengar semakin dekat, Mino pun bergegas mencari sumber nyanyian itu beberapa langkah Mino beranjak dari tepi sungai ia melihat perempuan dengan sweater longgar dan rok sampai lutut, bernyanyi sambil memetik apel. Mino terus memperhatikan perempuan itu dari balik pohon hingga tak sadar ada seorang laki-laki dibelakangnya.

"kamu ingin jadi penguntit ya," sambil menepuk bahu Mino.

Mino ditarik keluar dari tempat persembunyiannya.

"Diva!' Teriak laki-laki yang menarik Mino.

"Ada apa, Kak?" Diva melangkah mendekati kakaknya.

"Ooh ... jadi nama perempuan itu Diva dan yang dibelakang ini kakaknya," batin Mino

"Ini ada laki-laki yang memperhatikan kamu dari tadi, takutnya dia punya niat jahat sama kamu," ungkap kakak Diva sambil memegang bahu Mino.

"Maaf, tapi aku tidak punya tujuan seperti itu," Mino langsung memotong.

"Kakak! Jangan berprasangka seperti itu, ngomong-ngomong nama kamu siapa? Kami belum pernah melihat kamu disekitar sini," sapa Diva.

"Namaku Mino, aku dari pusat kota timur," balas Mino.

"Ada perlu apa kamu kesini?" Tanya Diva.

"Aku hanya ingin mencari suasana yang tenang jadi aku rasa disini adalah tempatnya," ungkap Mino sambil melihat pemandangan disekitarnya.

"Yasudah , Diva. Kamu ajak Mino berkeliling desa ini, pekerjaan kamu biar kakak yang menyelesaikannya," Kakak Diva melangkah meninggalkan mereka berdua.

"Terima kasih, Kak," Diva melambaikan tangannya.

Diva mengajak Mino berjalan menuju bukit untuk melihat pemandangan desanya. Setiap bertemu orang-orang Diva selalu menyapa, seolah-seolah mereka semua berkeluarga.

"Nama kamu Diva kan?" Tanya Mino sambil menyusul langkah Diva.

"Eh, aku sampai lupa memperkenalkan diri. Namaku Diva, aku dibesarkan di desa ini dan aku tinggal bersama kakakku namanya Dafa," balas Diva sambil menjabat tangan Mino.

"Kalian hanya tinggal berdua ya? Dimana orangtua kalian?" lanjut Mino.

Diva terdiam sesaat sambil menundukkan kepalanya  kemudian menjawab "Mereka sudah bahagia disana," berkata dengan nada yakin sambil menatap langit.

"Maaf, Div. Aku tidak bermasud." balas Mino.

"Tidak apa-apa, lagi pula mereka tidak mau melihat anaknya selalu menangis," Diva melanjutkan langkah sambil mengusap matanya.

Sesampainya diatas bukit mereka duduk bersandar di bawah pohon yang rindang, suasana agak canggung saat itu. Diva merasa tidak enak dan memberanikan diri memulai percakapan.

"Maaf ya Mino, tadi aku curhat," ucap Diva.

"Santai aja, lagian aku terlalu banyak tanya," balas Mino.

"Mino, sekolah disana gimana rasanya?" Lanjut Diva.

"Disana? Maksudnya dipusat kota ya?" Mino memastikan pertanyaan Diva.

Diva pernah berharap bisa bersekolah di pusat kota timur tetapi sejak kematian kedua orangtuanya dia malupakan harapan itu.

"kalau kamu mau? aku bisa bantu mungkin," lanjut Mino.

"Serius? Aku bisa sekolah disana juga?" Diva langsung berdiri dari sandarannya.

"Ya, aku punya teman, namanya Rian, anak orang kaya. Siapa tau dia mau membantu kamu." Menyusul Diva yang sudah berdiri.

"Kamu yakin? Teman kamu mau membantu aku? Apa untungnya?" Diva masih marasa ragu.

"Yakin, sekarang kita pulang kerumah kamu, kemudian siapkan barang-barang kamu dan kita berangkat ke pusat kota." Mino berusaha menyakinkan Diva.

Mereka pun pulang kerumah Diva untuk menyiapkan barang dan meminta izin dari Dafa.

"Apa? kamu mau sekolah di pusat kota?" Dafa belum percaya atas keputusan adiknya.

"Iya, Kak. Aku mau sekolah di pusat kota, Kakak tidak usah khawatir aku akan baik-baik aja," balas Diva menyakinkan kakaknya,

Dafa meminta Diva untuk keluar karena dia ingin berbicara dengan Mino.

"Itu kehendaknya sendiri," dengan cepat Mino memulai pembicaraan.

"Bukan itu masalahnya, aku tidak punya biaya untuknya," lanjut Dafa.

Setelah berbicang lama, Dafa dan Mino menghampiri Diva.

"Hati-hati ya disana, kakak sesekali akan menengokmu," Dafa langsung memeluk Diva.

"Iya, Kak. Terima kasih Kak," Diva membalas pelukan kakaknya sambil menangis.

Dafa mengantar Mino dan Diva sampai ke depan desa.

"Mino, tolong jaga Diva," pinta Dafa.

Mino hanya menggangukkan kepala dan mereka berdua pergi ke arah kota sambil melambaikan tangan.


The FIGHTERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang