Mimpi Basah

346 13 2
                                    

"Kalau mantan sering muncul di mimpi, kita harus mandi wajib gak?"

Adhitama Elvan Fahreza

«««***»»»

"YUKII KENAPA GAK BANGUNIN GUE WOY!!!"

"Abis keliatannya lo asik banget El sama mimpi lo. Sampe desah-desah segala lagi. Makanya gue ga tega bangunin elu. Tapi adek lo udah bangun duluan tuh dari tadi." Yukki menunjuk adek El yang sudah terbangun.

Pagi ini keributan muncul di kediaman keluarga Fahreza. Teriakan El yang mengomel karena tak dibangunkan. Yukki yang menaruh pakaian dalam sembarangan. Seakan semua masalah di pagi ini telah diskenariokan.

"YUKIII!!! KENAPA LEMARI GUE ISINYA DALEMAN LO SEMUAAAA!!!"

Nahkan bener, El masih ngomel-ngomel. Udah kita tinggalin aja dulu mereka. Biar mereka menyelesaikan masalah ini tanpa ada gangguan dari siapapun.

****

Di sekolah

"Mampus dah gue telat masuk pelajarannya Bu Kenangan! Jangan sampe gue dihukum ngapalin semua nama pahlawan di Indonesia nih. Etdah ya kali sampe nih mulut keluar busa juga belum kelar."

El mengetuk pintu kelasnya. Semua pandangan langsung tertuju pada El. Tatapan mereka sepertinya tatapan kegembiraan karena sebentar lagi El akan kena hukuman.

"Adhitama Elvan Fahreza! Kenapa kamu telat masuk pelajaran saya?"

"Emm gimana ya Bu Kenangan... tadi malem saya mimpi inndaahh banget. Sampe-sampe alaram jam yang udah saya stel ga tega bangunin saya."

"Halah kebanyakan alesan kamu kaya koruptor! Sudah sekarang kamu...."

"Maaf bu saya terlambat." Omongan Bu Kenangan terpotong oleh Vania yang ikut terlambat.

Vania masuk kelas dengan kepala menunduk. Wajahnya merah padam karena banyak pasang mata yang melihatnya. Apalagi dia telat bersamaan dengan El.

Dasar mantan yang kompak.

"Aerlyn Bellvania Citrakirana, kenapa kamu juga ikutan telat?"

"Tadi malam saya mimpi buruk bu, El ada di mimpi saya! Terus dia nyegah saya buat bangun. Jadi saya telat bu hehehe." terang Vania sambil cengengesan tanpa dosa.

"Kalian ini! Jangan-jangan kalian saling memimpikan? Sudah mandi wajib belum?" Pertanyaan Bu Kenangan sontak membuat semua murid melotot keheranan.

Tawa pecah mengisi ruangan kelas yang sempat tegang tadi.

Bu Kenangan mencoba menenangkan kembali suasana kelas dengan memukulkan penggaris kayu ke papan tulis. Sontak semua terdiam seribu bahasa.

Pandangan Bu Kenangan beralih ke El dan Vania. Dengan penggaris kayu yang masih dipegangnya, Bu Kenangan memberikan isyarat agar El dan Vania keluar.

Vania berbalik badan meninggalkan kelas. Dengan sangat terpaksa ia melangkahkan kakinya keluar.

Namun tidak dengan El. Hatinya malah sedang dilanda musim cherry. Jelas dia senang. Keluar berarti tak ikut pelajaran bukan?

«««***»»

Vania menempelkan punggungnya ke dinding. Kedua tangannya dilipat ke depan dada. Sesekali ia meniup poni rambutnya. Tak ada semangat hidup itu yang terlihat dari  ekspresi Vania.

BUKAN MANTAN BIASA [END] PROSES REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang