Prolog

60 7 2
                                    

Desember, 2019

Untuk kamu, yang sempat hadir....

Aku menghargai kehidupanmu dan kau. Entah kau masih peduli dengan hidupku atau tidak. Mungkin kamu akan bertanya, kenapa aku menulis ini semuanya?. Jika kau mengira karena aku ingin mencuri perhatianmu, tentu tidak. Lalu, jika kau mengira aku ingin mendramatisir keadaan, itupun tidak.

Aku menulis ini semua hanya karena rindu. Tak pernahkah kau merasakannya juga. Aku harap kau sempat merindukanku walau hanya semalam. Setidaknya kau mengingat bagaimana aku tertawa lalu menangis. Setidaknya kau mengingat bagaimana susahnya berusaha dan mudahnya menyerah. Cintaku hanya cinta monyet. Cinta yang tumbuh dibawah atap sekolah. Cinta yang terus tumbuh hanya karena memandang dari jauh. Cinta yang terus tumbuh ketika kita bertukar senyum dan sapa. Cinta yang terus tumbuh karena pipiku merona setiap kali aku mendengarkan suaramu. Aku masih bisa merasakan walau hanya sedikit mengingatnya. Aku masih ingat betapa lucunya pertama kaliku melihatmu. Kita terlihat canggung, lalu tersenyum sesudahnya.

Aku masih ingat betapa indahnya hujan kala itu. Kau terus melajukan motor dengan cepat agar aku tidak lama terkena hujan. Aku hanya bisa bersembunyi sembari mengeratkan peganganku di balik punggungmu. Kau tidak tau berapa kali aku tersenyum saat itu.

Aku tidak peduli apakah aku cinta pertamamu atau bukan. Yang ku tau, aku merasakannya. Kau juga bukan cinta pertamaku. Tapi percayalah, kau membuatku mengenal banyak hal untuk pertama kalinya. Kau orang pertama yang membuatku merasa berharga dan dihargai. Kau membuatku merasakan bahwa aku patut diperjuangkan, bukan hanya menunggu, menanti dan meminta.

Untuk kamu, yang sempat hadir.....

Maafkan aku, sempat membuatmu muak dengan sikapku yang kekanak-kanakan. Yang sering mengeluh, sering berdrama dengan segala masalah. Dan kau yang selalu mengingatkanku. Dan lagi aku terlambat menyadarinya. Aku tau aku salah, tapi siapa yang peduli saat itu. Yang ku tau cinta itu menyakitkan ketika kau pergi. Bodoh? Iya. Kadang akupun hanya tertawa mengingatnya. Perjalanan kita amat sangat lucu ternyata.

Aku ingat kita memulainya dengan cara yang salah. Entah aku ataupun kamu. Tapi aku tak ingin menyalahkan siapapun, karena untuk masalah perasaaan semua orang akan merasa benar. Meskipun penuh kebohongan dan ketidakpedulian. Perjalanan kadang membuat aku terbang lalu terjatuh. Dan terimakasih, kau telah menjadi perjalananku. Hidup kadang terasa manis seperti gulali dan pahit seperti ampas kopi yang tak sengaja aku sesap. Dan kau telah menjadi keduanya disaat bersamaan. Sekali lagi, terimaksih untuk pernah hadir lalu pergi. Dan sempat memulai lalu mengakhiri.

Aku mengingat semua yang kita lalui, hal konyol yang ternyata lucu untuk mengingatnya lagi serta menyadari betapa menyakitkannya diriku saat berada disisimu tapi kau tak pernah mengeluh itu semua hingga kau mungkin lelah untuk tetap disisiku. Setelah ku menulis ini, aku lepaskan kerinduanku. Percayalah, saat ini aku sedang tersenyum bahagia. Untuk kamu yang sempat hadir, ku akan terus mengingatmu. Terimakasih untuk semua yang kau berikan dan kenangan manis yang pernah kita lalui.

"Aku harap kita bahagia, setelah masa lalu yang manis juga pahit." Ucap seorang pria usai membaca surat yang hampir usang dimakan jaman, dia bernama Raditya Permana berumur sekitar 26 tahun dengan kacamata yang bergelayut manja di hidung mancungnya seolah menjaga mata coklatnya yang amat terang dengan rahang yang kaku membuatnya tampak dingin.

Ditempat lain, seorang wanita menerawang jauh melalui jendela kamarnya. "Maafkan atas pilihanku yang mungkin terlihat bodoh,tapi aku harus benar benar memilih satu diantara dua yang paling baik dan benar-benar ku yakin akan mendampingiku hingga tua," ucap seorang wanita yang bernamaWulan Wijaya berprofesi sebagai perawat dengan rambut sepertiga dari pinggangnya sembari menggegam kalung pemberian Aji.    

HAPPY WEDDING FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang