Chapter 1

29 7 0
                                    

June, 2018

Tetesan hujan diluar membuat hati seseorang terkadang menghangat. Hujan selalu menjadi penghantar dikala ingatan hampir terlupakan. Begitupun dengan seseorang yang duduk disudut café dengan hati yang mengahangat menatap hujan yang jatuh kebumi. Ia terus menyesap teh ditengah dinginnya cuaca sore itu, tampak sangat bahagia karena senyumnya terus terlihat saat itu serta cincin yang bertaut di jari manisnya. Kemudian Wulan menatap sepasang anak SMA tengah berlarian ditengah hujan, prianya berusaha menutupi kepala wanita itu agar hujan tak mengenainya. Keduanya tampak berseri-seri dan tertawa bahagia. Rasanya itu tak asing bagi wanita yang sedang menyesap teh tersebut.

"Udah lama ya, dit," gumam Wulan dengan perasaan yang menghangat.

"Apa kamu menunggu lama, Wulan?" tanya seorang pria bernama Aji Widyatama dengan postur tegap tampak kaku namun senyumnya hangat.

"Tidak apa mas, diluar masih hujan." Wulan tersenyum memahami keadaan saat itu.

Keduannya tampak serasi. Wajah keduanya tampak berseri-seri membicarakan mengenai hari yang ditunggu keduanya, hari-hari penuh kebahagiaan dan sukacita.

"Semoga allah meridhoi niat mas untuk mempersunting kamu ya, de."

"Aaamin," ucap wulan tersenyum malu.

"Mas merasa beruntung saat ini, semoga Wulan gak nyesel nikah sama mas ya."

"Engga mas, makasih sudah mau membuktikan cinta mas sama Wulan dengan mempersunting Wulan."

Sore itu memang hujan, namun cuaca dingin akan kalah dengan kebahagiaan yang terpancar dari keduanya. Mungkin Tuhan akan mempertemukan kita pada orang yang salah kemudian benar untuk menyadarkan bahwa kasih sayangNya tak pernah habis. Bahwa perasaan ini diciptakan dengan sempurna dan dengan ruang yang tak terhingga.

"Mas tunggu di mobil, Wulan mau beli makanan dulu di supermarket. Sebentar aja ko," ucap Wulan setelah hujan mulai reda dan keluar Café.

"Oh ya sudah hati-hati. Mas tunggu di mobil."

Ketika sedang memilih makanan yang akan dibelinya Wulan merasa seseorang tengah memerhatikannya. Ia memberanikan diri untuk menghadapi pria tersebut.

"Maaf mas, kenapa ya?."

"Wulan kan?," Tanya pria dengan kacamata bertengger nyaman di hidungnya serta kumis dan janggut yang lebat.

"Ah lupa ya. Radit, lan," lanjut pria tersebut membuat wajah Wulan mendadak pucat. Tanpa sadar Wulan menutupi cincin yang bertaut di jari manisnya.

"Ah iya. Duluan ya," balas Wulan yang kemudian bergegas pergi setelah membayar belanjaannya.

Di sisi lain Radit tampak berseri-seri dan bahagia hingga terus menatap Wulan hingga kepergiaannya, "Semoga kita bisa ketemu lagi ya, lan." 

HAPPY WEDDING FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang