The Moon, The Stars, and The Illusion (Satsuki Aoi x Reader x Uduki Arata)

172 6 1
                                    

(F/N) : First Name / Your Name

Highly recommended song: Tsuki to, Hoshi to, Maboroshi to (Satsuki Aoi and Uduki Arata)


***

"Dimana aku" batin gadis itu kebingungan.

Ya, (F/N) tidak ingat apa yang terjadi sebelumnya. Yang dia ketahui hanyalah saat ini dia menemukan dirinya terbangun tepat di atas lantai marmer yang dingin. Dia tidak tahu sejak kapan dirinya berbaring di sana, dia bahkan tidak ingat mengapa dan dimana dia bisa tertidur di sana.

(F/N) mendongakkan kepalanya, kemudian berputar melihat sekelilingnya. Ia menyadari dirinya berada di sebuah taman, lengkap dengan bunga-bunga indah berwarna biru dan oranye serta air mancur. Di atasnya langit bertabur bintang bagai lukisan yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata akan keindahan pemandangan yang tersaji di hadapannya. Dia kemudian berdiri sembari menepuk-nepuk pipinya. Gadis itu hampir tersungkur saat kakinya menginjak sebuah kain putih yang terjuntai di lantai marmer itu.

Dan ia menyadari bahwa kain putih itu adalah tak lain ialah gaun yang ia kenakan sendiri.

Gaun putih pengantin dengan kelap kelip menyelimuti seluruh permukaannya.

"Ayolah, ingat (f/N), ingat baik-baik!" pikirnya sambil menyeringitkan dahinya.

(F/N) mengerahkan segala tenaganya untuk mengingat-ingat kenapa ia bisa berada dalam kondisi itu. Tanpa menyadari, jauh di belakangnya, ada langkah dari dua orang lain di sana.

Dua orang itu menepuk pundaknya, satu di kanan, satu di kiri. Seketika gadis itu tersentak kaget kemudian membalikkan badannya. Ia menemukan dua sosok yang tidak asing lagi baginya. Tidak hanya tidak asing, gadis itu mengenal mereka dengan baik.

"Aoi-kun?! Arata?!" teriaknya.

Anehnya, tak sedikitpun suara terdengar dari mulut gadis itu. Gadis itu mulai panik sekarang. Pertama, dia tidak tahu dimana dia sekarang. Kedua, ada dua member dari Six Gravity yang selama ini dia idolakan, tepat di depan matanya. Ketiga, dia tidak bisa bersuara.

Di tengah-tengah kebingungan, ia menyadari dua cowok di hadapannya mulai membungkukkan badannya, bagai pangeran yang menjemput Cinderella untuk berdansa. Ia merasa apabila dia benar-benar tahu kondisi yang terjadi padanya saat itu, ia akan pingsan. Namun, anehnya dia tidak.

Arata dan Aoi membungkuk dan mengulurkan kedua tangan mereka pada gadis itu. Melihat gadis itu kebingungan, keduanya tertawa pelan, kemudian Aoi memberi isyarat pada Arata untuk mendahuluinya. Tanpa ragu, Arata maju selangkah mendekati gadis yang masih megap-megap bak ikan di akuarium, kembali membungkuk dan mengulurkan tangannya.

Gadis itu mengulurkan tangannya dengan ragu, meletakkannya tepat di atas tangan Arata. Dan dengan begitulah keduanya mulai berdansa. Arata dengan wajahnya yang datar, mengiring gadis itu menuju suatu lingkaran bagai podium dansa. Ia pun memegang pinggang gadis itu dengan tangan satunya, membuat gadis itu memerah dan menundukkan kepalanya. Arata tersenyum simpul melihat reaksi gadis di hadapannya, meski sorot matanya masih tampak datar. Dan hal itu membuat gadis itu semakin tergagap-gagap.

Tanpa ada iringan musik maupun nyanyian, gadis itu berdansa dengan Arata. Gaunnya yang terjuntai di lantai kini menari-nari mengikuti setiap gerakannya. Arata masih tersenyum memandanginya. Cowok itu sesekali membelai rambut yang tergantung di dekat telinga gadis itu, membuat gadis itu tersentak kaget kemudian memerah hingga ke telinga. Jantungnya berdegup sangat kencang, dan Arata bisa merasakan itu.

Arata mengakhiri dansanya dengan sebuah putaran dari (F/N) dan ia melepaskan genggaman tangannya. Ia kemudian berlutut di hadapan gadis itu, menyentuhkan bibirnya ke jari manis gadis itu, seolah-olah ada cincin tak kasat mata disana. (F/N) kembali tersipu dan tegang akan apa yang Arata yang lakukan disana.

Dari belakang Arata, Aoi maju menghadap gadis itu. Senyuman cerah dan aura ketenangan yang terpancar dari wajahnya membuat jantung (F/N) kembali berdegup kencang. Pangeran bermata biru itu kini mendapat gilirannya untuk menjemput putrinya dan berdansa bersama. Ia membungkukkan badannya dan mengulurkan tangan, mengisyaratkan ajakan untuk memulai tarian bersama gadis di hadapannya. Gadis itu masih tampak grogi, saat ia membalas ajakan Aoi.

Dan lagi, tanpa iringan musik ataupun nyanyian. Dan dansa kedua ini juga dilakukan tanpa sepatah kata dari keduanya, sama seperti yang dia lakukan dengan Arata sebelumnya. Aoi menggerakkan badannya dengan anggun, bagai pangeran tampan yang berdansa dengan Ariel. Sulit bagi gadis itu untuk fokus pada gerakan dansa, karena yang ada di pikirannya hanyalah kedekatan badan keduanya dan suara degup jantungnya yang sangat kencang. Aoi memegang pinggang gadis itu dengan tangan satunya, maka bisa dikatakan bahwa ia juga memeluk gadis itu. (F/N) menyadari hal itu, dan ia ingin pingsan saat itu juga, namun anehnya matanya tetap terbuka lebar-lebar.

Aoi tidak sedikitpun melepaskan pandangannya dari gadis itu. Sesekali ia akan memutar badan gadis itu, namun tidak sekalipun ia mengalihkan sorot matanya ke sekelilingnya. Pipinya tampak semburat kemerahan, akan tetapi ia masih tersenyum elegan. Dan itulah yang membuat (F/N) semakin tersipu malu. Aoi mengusap pipi gadis itu pelan, kemudian tersenyum lebar saat gadis itu tersentak kaget. Pipinya hampir sama merahnya dengan gadis di depannya. Hanya saja, Aoi tidak sekalipun melepaskan pandangannya dari sosok dihadapannya.

Ia mengakhiri dansa dengan gadis itu dengan gerakan yang hampir sama juga seperti Arata sebelumnya. Dan di saat yang sama, ia mengecupkan bibirnya ke jari manis gadis itu. (F/N) benar-benar lemas sekarang, tak kuat menahan debaran keras nan kencang yang ia rasakan. Ia berdiri kaku di hadapan Aoi, dengan kepala tertunduk malu.

Arata menyusul Aoi, berdiri tepat di sampingnya. Saat itu juga, keduanya membuka mulutnya dan mengucapkan,

"Itsumo koko kara mimamotteru yo,"

Seketika ia diserang rasa kantuk yang hebat. Dan dalam hitungan detik, ia terlelap.

***

Sayup-sayup (F/N) mendengar suara alarm berdering. Ia membuka matanya pelan-pelan. Ia terhenyak kaget menyadari jam beker di sampingnya menunjukkan angka tujuh pagi.

"Oh tidak, aku terlambat!"

Dengan begitu gadis itu menghempaskan badannya dari kasur, membasuh muka, bersiap-siap untuk memulai harinya. Ia menggantungkan tas di pundaknya dan berpamitan pada poster-poster di dinding kamarnya, kemudian meninggalkan isi kamar itu untuk seharian.

Tanpa menyadari, dua boneka kelinci berwarna biru dan oranye tersenyum dan berkedip padanya.

***

"Ohayou, Arata,"

Arata membalas dengan anggukan dan lambaian tangan sambil menguap. Ia mengambil susu stroberi dari kulkas kemudian duduk di sofa, bersebelahan dengan Aoi. Keduanya duduk dalam diam, dengan televisi yang menyala di depan mereka.

"Hey Aoi, semalam aku bermimpi indah, tapi aneh. Aku berdansa dengan seorang gadis. Aku tidak ingat persis siapa dan bagaimana wajahnya, tapi aku merasa aku merindukannya sekarang," ucap Arata. Ekspresinya datar, sama seperti biasanya, namun Aoi tahu bahwa Arata serius akan hal itu.

"Eh? Arata juga? Semalam aku juga memimpikan hal yang sama," jawab Aoi.

Kedua bergantian pandangan satu sama lain, hingga akhirnya tersenyum bersama.

"Mungkin ini bukanlah sekedar mimpi ataupun ilusi,"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 19, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tsukiuta x Reader SituationsWhere stories live. Discover now