Chapter 2

26 7 0
                                    

June, 2018

Pagi ini, Wulan tampak sangat sibuk mengurus pasien yang terus berdatangan ke rumah sakit daerah tempat Ia bekerja, di rumah sakit ini pula Ia bertemu dengan tunangannya.

Tepat 1 tahun lalu Aji dirawat karena kecelakaan. Ketidakmampuan Aji dan rasa empati Wulan membuat Aji jatuh hati. Namun tak semudah itu membuat Wulan percaya atas perasaan Aji. Ia terus-menerus merasakan penolakan dari Wulan, Ia terus berusaha hingga ketika itu wulan ngatakan bahwa ia akan menerima Aji sebagai calon suaminya jika Aji membuktikan bahwa ia pantas menjadi suaminya, salah satunya dengan mengaji.

Dengan cepat Aji menyetujui permintaan Wulan tanpa berpikir bahwa Ia masih terbata-bata dalam mengaji. Berbulan-bulan Aji mulai belajar mengaji untuk menjemput cintanya tanpa pernah mengunjungi wulan lagi. Sejak saat itu Wulan berpikir Aji mundur dari tantangannya dan meremehkan Aji.

Tepat 9 bulan Aji kemudian mendatangi rumah sakit untuk menemui Wulan namun Wulan tidak sedang dinas hingga Ia meminta temannya untuk memberikan alamat rumah Wulan.

Reni : "Lan, tadi ada cowo ganteng yang datang. Bilang kalau dia kenal kamu dan minta alamat rumah kamu." SMS reni pada Wulan.

Wulan : "Siapa, Ren?."

Reni : "gak taulah."

Sempat teringat pada pria 9 bulan yang lalu, Wulan dengan ragu memberikan alamat rumahnya.

Aji : "Assalamualaikum, de ini aji yang pernah ketemu 9 bulan yang lalu. Kalau ade tidak keberatan, saya mau datang kerumah ade dengan niatan baik."

"Ade? Emang gue ade dia apa," gerutu Wulan.

"Eh Astagfirullah, khilaf gue." Sembari tepuk jidat.

June, 2018

Aji : "Udah pulang de?. Kalau udah, tunggu ditempat biasa aja ya de."

Wulan : "Iya, mas."

Café sedang penuh saat ini membuat Wulan sulit mencari kursi kosong. Tanpa sengaja, kedua matanya menemukan sosok radit yang sibuk dengan laptopnya. Mendadak jantungnya berdebar juga merasa sakit. Dengan cepat Wulan meninggal Café tersebut dan mencari Café lain untuk menenangkan hatinya, tak lupa juga Ia memberi tahu Aji.

"Radit," ucap Wulan pelan, Ia merasa syok melihatnya saat itu.

"Kenapa sekarang wajahmu lebih rapih dari sebelumnya. Apa aku harus mengundangnya nanti?," gumam Wulan sembari mengusap cincin pertunangannya dengan ragu dan tanpa sadar meneteskan air mata.

"Kamu nangis? Kenapa?," tanya Aji bingung.

"Ah engga mas, aku cuman gak nyangka aja kita sudah sejauh ini. Hanya terharu," ucap wulan menutupi perasaanya yang tak karuan.

"Oh, kirain kenapa. Berangkat sekarang ?" tanya Aji lembut. Wulan menatap lama Aji yang tersenyum padanya.

Mas, bagaimana aku mengungkap rasa syukur karena mengenalmu. Maafkan aku dan hati ini yang masih rapuh ketika melihat radit di hadapanku.

"Wulan? wulan? kok melamun."

"Eh, engga. Maaf mas, yuk."

Wulan kemudian bangkit dari duduknya dan mengikuti langkah Aji ke mobil. Ketika Aji sudah sampai di mobil, wulan kembali bertemu dengan Radit.

"Wulan!," Teriak Radit.

Mendengar itu, Wulan menoleh panik.

"Mau kemana ?."

"Ah...emmm.. Radit." Wulan merasa terpojokan saat itu.

"Kenapa de?," Tanya Aji yang sudah berada di mobil sembari menatap Radit. Begitupun, sebaliknya Radit menatap bingung pada pria yang berada di dalam mobil itu. 
*Masih Pemula, mohon sarannya ya hehehe :). Jangan lupa vote dan comment

HAPPY WEDDING FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang