Perasaan Yang Tertahan.

45.3K 567 3
                                    

Kenyataannya ketika Jules berharap esok hari akan lebih baik tidak kesampaian. Keadaan tambah runyam.

Jules sendiri bingung ada apa dengannya. Tidak biasa-biasanya dia seperti ini. Kali ini dia seperti merasa terancam dan terintimidasi karena keberadaannya Emily.

"Jules bangun. Aku pergi duluan ya, soalnya senin nih banyak pekerjaan." seru Nate dengan lembut.

"Hm... hati-hati." Balas Jules yang masih baring malas di kasurnya.

"Ngga mau cium aku dulu gitu." Rayu Nate yang meminta perhatian pada Jules.

"Ngga kamu pergi aja." Balas Jules, tapi Nate langsung mencium puncak kepala Jules. Lalu dia berangkat kerja.

Hari ini dia banyak pemotretan untuk mengisi majalah-majalah ternama dan beberapa media sosial lainnya. Perusahaan Nate memang sudah banyak photographer hanya saja dia juga suka langsung turun tangan sendiri. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

Nate menghabiskan waktunya di kantor hingga malam, lalu ada model baru sepertinya memberikan kode kepada Nate, dia menggodanya. Tentu saja Nate si pecinta wanita langsung mengerti dan membawa wanita itu ke satu ruangan istirahat untuk para karyawannya.

"Nate."

"Kau tahu namaku."

"Kau tak ingat aku, aku Cindy, dulu kita satu kelas di kampus."

"Oh..kau.. ya ya aku ingat."Padahal Nate hanya menerka-nerka saja.

"Lalu bisa kita melanjutkan ini."Seru Nate sambil kembali membelai setiap inci dari gadis yang bernama Cindy itu.

Mereka bercumbu mesra di dalam ruangan itu. Dan siapa tebak yang sedang melihati mereka.

Jules...ya---Jules yang sedari tadi melihat Nate mulai dari dia yang menarik wanita itu. Dan sampai ke detik sekarang, yang di mana Nate masih terus dan terus memompa miliknya.

Jules mungkin sudah ratusan kali melihat Nate seperti ini. Tapi semenjak kedatangan Emily dan segala drama yang terjadi Jules sekarang mudah emosi dan dia juga benci melihat Nate melakukannya.

Tok....tok..tok...

Jules mengetuk pintu itu beberapa kali. Tapi Nate tidak juga terusik. Lalu Jules memutuskan untuk membuka pintu itu dan masuk.

Sontak itu membuat Cindy berteriak. Bagaimana kalau itu paparazi yang akan mengabadikan moment nakal itu dan menyebarkannya ke media. Padahal karier nya lagi tinggi.

"Siapa kamu."Tanya Cindy sambil mulai memakai bajunya.

"Si..siapa dia Nate." Nate hanya bisa menghela napas panjang dan mengambil bajunya.

"Apakah dia paparazi?"

"Percayalah Cindy, dia lebih mengerikan dibandingkan paparazi, kalau sudah selesai kau bisa keluar."Seru Nate pada Cindy yang tampak kesal dan ketakutan.

"Serius Jules...kau serius...ini kali kedua kau mengangguku." Seru Nate sambil membenarkan pakaiannya.

"Aku hanya ingin makan denganmu."

"Tapi kan aku-----" Nate tidak menyelesaikan omongannya, dan dia hanya menghembuskan nafasnya, Nate membatin lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Sudah kalau tidak mau, maaf mengganggu silahkan teruskan."Lalu Jules berjalan mau keluar ruangan itu.

"Teruskan kau bilang ? sama siapa ? Sama tembok.?" Lalu mereka tertawa berdua, dan akhirnya Nate dan Jules pergi untuk makan siang direstaurant dekat kantor Nate.

"Kau kenapa akhir-akhir ini hah ? Tidak seperti biasanya?" Tanya Nate.

"Aku kenapa? Tidak ada, biasa saja."

"Kau cemburu?" Lalu Jules langsung melotot ke arah Nate dengan tatapan tajam.

"Kalau tidak juga tidak apa-apa jangan melihatku seperti itu, sangat menyeramkan." Nate langsung mengalihkan matanya.

"Ya aku cemburu." Balas Jules setelah beberapa menit kemudian.

Nate sampai mengeluarkan minumannya dari mulutnya.

"Hahah kau ini ada-ada saja, jangan bercanda."

"Hahah memangnya tidak boleh bercanda."Jules panik kenapa dia bisa bicara seperti itu. Seolah dia perlahan berubah menjadi Jules yang over dan posesif. Dia tidak mau. Dia juga masih takut dengan yang akan terjadi. Begini lebih aman, begini lebih aman. Jules mengulang dan mengulang perkataan itu berkali-kali seperti mantra.

Dan Nate juga sibuk dengan pikirannya sendiri.

Ketika rasa khawatir menutup kebenaran melupakan perasaan dan membuat semuanya menjadi tertutupi. Hingga semua tidak akan sadar,yakinlah bahwa penyesalan selalu Datang terlambat.

Ketika mereka pulang Emily duduk di ruang tamu, dengan perasaan yang kesal karena ditinggal sendirian. Bukan ini yang dia rencanakan.

"Kalian meninggalakan aku terlalu lama."

"Kamu itu sudah besar seharusnya bisa jaga diri, lagian juga cari perlindungan tu di kantor polisi, ini kok di rumah mantan."Seru Jules sambil melewati Emily.

"Hey tunggu kau wanita jalang."Bentak Emily pada Jules yang sedang melewatinya.

"Apa kau bilang.?" Jules berhenti dan membentak Emily.

"Wanita jalang ! kenapa. Apa lagi panggilan yang cocok untuk orang yang tinggal di rumah pacar orang lain, dan bercinta dengan pacar orang lain, apa lagi kalau bukan wanita jalang."

Plakkkkkk.

"Nate." Emily terkejut karena tamparan itu datang dari Nate yang tampak emosi.

"Kau bahkan lebih rendah dari binatang Em, kau pikir aku menganggapmu pacarku, jangan harap. Kalau bukan sikapmu yang seperti anak-anak dan bilang dengan reporter kalau kau adalah pacarku. Aku mungkin tidak pernah mau mengakuinya. Kau hanyalah salah satu perempuan yang mengisi koleksi ranjangku tidak lebih. Dan kau jangan berani-beraninya menghina Jules, dia bahkan lebih berharga dari hidupku. Keluar dari rumahku, persetan jika kau diperkosa atau bahkan mati sekalipun. KELUAR BITCH." Teriaknya.

"Brengsek kau Nate." Emily langsung pergi meninggalkan mereka. Lihat saja aku akan melakukan apa saja untuk membuatmu bertekuk lutut di bawahku Nate. Dan kau Jules tunggu pembalasanku wanita jalang.

TBC

Mohon dukungannya

Please vote untuk menghargai

Saran dan kritik untuk jadi lebih baik

Dan comment untuk lebih rame.

Salam hangat MS.

Salam hangat MS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PIS (Partner In Sex) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang