Pencuri Salam

85 2 1
                                    

Jungkook merasa bingung dengan apa yang di alaminya pagi ini di kantor. Apa hanya perasaannya merasa sedikit canggung setelah tidak masuk kerja selama seminggu. Tapi, ia teringat perkataan Jimin.

"Apakah sekarang kita harus berahasia-rahasiaan?" Tanyanya pada Jungkook

"Rahasia apa?" Tanya Jungkook dengan ekspresi bingung

"Ya!lihatlah anak ini. Aktingnya bagus sekali. Bisa bernilai 100 plus dengan wajah polosnya." Tambah Tae Hyung.

Tae Hyung adalah Sunbae Jungkook di kantor. Mereka sangat dekat di bandingkan dengan rekan-rekan lain di kantor. Jungkook tak percaya bagaimana bisa Tae Hyung berucap begitu. Ia semakin bingung.

"Sudahlah! mungkin Jungkook butuh waktu untuk menceritakan masalahnya pada kita. Bukankah tidak semua masalah bisa kita bagi dengan orang lain." Kata Jin menasehati. Sebagai Big Boss di kantor. Jin memang terkenal dengan wibawanya.

"Tapi ...," kalimat Tae Hyung terputus. Saat Ho seok menyentuh pundaknya isyarat menyuruh berhenti.
Nam Joon yang duduk di pojok ruangan bergegas keluar. Sambil menenteng butiran-butiran tasbihnya. Nam Joon memang terkenal dengan ketaatannya. Maklum ia anak kiay di Masjid Itaewon. Masjid terbesar di korea. Bila para rekan kerjanya berdebat ia tidak pernah ikut campur. Ia tak lebih hanya menasihati semampunya. Melihat Nam Joon keluar. Yang lain pun ikut keluar.

Tinggal Jungkook seorang mematung di ruangan itu. Ia menarik napas dengan berat sambil meresapi apa yang di katakan rekan-rekannya tadi dan mengingat apa yang ia lakukan pagi ini. Hingga membuat masalah di kantor. Rahasia kata kunci dari kalimat yang terlontar dari mulut Jimin. Rahasia apa tanya Jungkook pada dirinya sendiri. Ia bingung tidak pernah ada rahasia dalam hidupnya. Ia selalu terbuka dengan rekan kerjanya terutama Tae Hyung.
Bahkan Tae Hyung tau dimana Jungkook menyimpan uang dan barang berharganya. Jungkook memang terkenal jujur.

Di luar Tae Hyung masih sangat kesal. Bagaimana tidak ini masalah mengenai Jungkook. Orang yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri. Ia mulai berpikir apakah Jungkook sekarang menganggapnya orang yang tidak bisa di percaya hingga Jungkook tidak mau berbagi rasa dengannya lagi. Atau Jungkook sudah merasa asing terhadapanya karena tidak berjumpa selama seminggu. Ribuan pertanyaan membom bardir pikiran Tae Hyung.

Jimin yang melihat keresahan yang tergores di wajah Tae Hyung mendekatinya.

"Jungkook akan cerita. Kita tunggu saja." Kata Jimin

"Aku tidak habis pikir bagaimana Jungkook bisa tidak menceritakan masalahnya padaku. Selama ini ia selalu mengingatku meski ia dalam lingkaran kebahagiaan sekali pun." Kata Tae Hyung sedikit depresi

"Jangan berprasangka buruk dulu padanya. Kita tidak tahu apa yang sedang di pikirkan dan dirasakan Jungkook." Sang anak kiay menasihati

"Astarfirullah." Ucap Ho Seok sambil mengusap dadanya. Ia hampir masuk ke dalam lorong dosa jika tidak di ingatkan calon imam masjid Itaewon. Hanya karena prasangkanya terhadap Jungkook.
Semuanya diam meresapi kalimat penuh makna itu.

"Mengapa kita tidak kerumah Jungkook saja buka bersama nanti. Kita bisa langsung mengetahui masalah Jungkook dan mungkin selama ini Jungkook malu jika harus membicarakannya pada kita. Dengan kedatangan kita ia tidak bisa mengelak. Istilah kerennya tertangkap tangan." Usul Yoongi yang sedari tadi memilih diam.

"Ide bagus." Kata Ho Seok

"Tumben kau pintar." Timpal Jin. Biasanya Yoongi hanya membuat masalah saja bila ditanya usulannya ketika rapat.

"Mengapa aku tidak kepikiran sampai kesana?" Kata Tae Hyung mempertegas keabsahan usul Yoongi.
Yoongi merasa bangga sekarang. Ia tersenyum smirk. Setidaknya ia bisa berpikir jernih kala puasa. Mungkin ia pintar ketika lapar.

"Baiklah aku akan bicara padanya." Kata Jin selaku Big Boss

Jam kerja berakhir. Nam Joon, Ho Seok, Jimin dan Tae Hyung sudah meninggalkan kantor lebih awal. Katanya mau istirahat karena nanti sore mau bersih-bersih masjid.
Suasana di kantor sangat sepi. Hanya tersisa beberapa orang lagi.

Jungkook sibuk dengan tumpukan buku laporan di atas mejanya. Pekerjaannya menumpuk karena ia ambil cuti pulang kampung ke Busan untuk menyambut ramadan bersama keluarganya. Maklum anak Eomma satu ini tidak pernah melewatkan 1 Ramadan tanpa keluarga.
Jin mengetuk pintu bawahannya itu. Jungkook menoleh ke arah pintu.

"Kantor mengadakan buka bersama. Dan kami sepakat mengadakannya di rumahmu." Kata Jin
Jungkook sedikit terkejut, bagaimana bisa ia menjadi tuan rumah. Sedangkan pekerjaan di depannya segunung begini.

"Mengapa di rumah saya?" Tanya Jungkook

"Apa kamu tidak bersedia?" Jin balik bertanya. Jin mulai merasa aneh. Jungkook selama ini senang bila ada orang yang ingin berkunjung ke rumahnya sekarang bahkan menunjukan wajah yang tidak senang. Apa benar yang di katakan Tae Hyung pikir Jin dalam hati.

"Tidak....bukan begitu... saya bersedia boss..." kata Jungkook menyanggupi. Meski menggantung perasaannya.

"Baiklah kalau begitu. Kami akan datang nanti sore." Kata Jin sambil melangkah keluar. Jin berbalik. "Takjilnya kamu beli di warung ramadan di tepi jalan menuju masjid saja. Disana murah dan enak. Dan takjil untuk saya jangan lupa kolak pisang." Katanya sambil tersenyum
Jungkook tersenyum terpaksa.

Hampir jam lima sore. Tae Hyung dkk baru selesai membersihkan masjid. Mereka memutuskan untuk langsung ke rumah kontrakan Jungkook. Kebetulan Jungkook ngontrak di daerah Itaewon. Katanya biar dekat masjid. Padahal kenyataannya ia paling jarang salat berjamaah.

"Sebenarnya bagaimana kronologisnya hingga kamu menyimpulkan bahwa Jungkook cuti kemarin untuk menikah?" Jimin si kepo mulai mengintrogasi Tae Hyung. Maklum ia baru keluar wamil bulan lalu

"Aku kerumah Jungkook kemarin karena ingin mengantarkan berkas yang harus ia kerjakan. Saat aku mengucapkan salam. Salamku di jawab oleh suara wanita. Siapa lagi kalau bukan istrinya?" Jelas Tae Hyung

"Bagaimana jika kamu salah dengar?" Kata Ho Seok

"Tidak mungkin salah dengar. Aku tau betul itu bukan suara Jungkook. Lagian gelagat Jungkook ketika membukakan pintu pun berbeda. Ia tampak kaget melihat kedatanganku. Bahkan ia tidak menyuruhku masuk kerumahnya. Ia hanya mengambil berkas di tanganku dan bergegas masuk kedalam dan menutup pintu rumahnya. Apa lagi kalau ia tidak ingin aku melihat istrinya."

"Benar juga. Kemarin sebelum Jungkook cuti. Aku melihatnya menjawab telpon ibunya yang bicara tentang calon. Entah calon apa. Aku tidak jelas mendengarnya. Yang pasti sekarang adalah calon istri."tambah Yoongi
Semuanya mengangguk. Hanyut dalam pikiran masing-masing.

"Assalamualaikum!" Tae Hyung dkk serempak

"Waalaikum salam" suara wanita dari dalam menjawab
Mereka saling pandang.

"Waalaikum salam" jawab Jungkook sambil membuka pintu.

"Silakan masuk."
Mereka masuk berebutan hingga baju Ho Seok tersangkut pada sebuah paku di dekat pintu. Tak ayal bajunya sobek. Tapi ia tak peduli. Di kepalanya hanya berpikir tentang fakta sesungguhnya. Melihat langsung siapa istri Jungkook.

Jungkook bingung mengapa para rekannya bersikap seperti itu.
Ia melanjutkan pekerjaannya menata meja makan untuk berbuka. Sedangkan Tae Hyung dkk berpatroli seperti detektif yang sedang melakukan penyelidikan. Namun setelah mereka jelajahi setiap pojok rumah Jungkook yang hanya 6×8m itu mereka tidak menemukan apapun.

"ASSALAMMUALAIKUM!" Suara Jin terdengar dari luar.

"Waalaikum salam" jawab suara wanita dari rumah sebelah.

"Suara siapa itu?" Tanya Nam Joon

"Tetangga baru. Baru pindah kemarin. Orang pakistan. Dia memang sering mencuri salam." Jawab Jungkook
Mereka saling pandang. Baru sadar bahwa suara yang di duga istri Jungkook itu adalah suara tetangga Jungkook yang mengira salam itu berasal dari depan rumahnya.

"Mengapa kalian tidak menjawab salamku?" Tanya Jin "Mana istri Jungkook?"

Mereka tertawa setelah mengetahui kesalahan mereka.

Ternyata calon yang di bicarakan Jungkook dengan ibunya lewat telpon adalah  ayah Jungkook yang mencalonkan diri menjadi kepala Desa dan penyebab Jungkook tidak mempersilakan Tae Hyung masuk karena ia sedang sakit perut dan terburu-buru ke toilet.

The end

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerpen BTS(Berkah Tali Sulaturahmi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang