11

9.1K 1.4K 291
                                    

Quot of the day

Bahagia itu sederhana


Windy menatap bocah lelaki yang tengah bertelungkup di meja makan sambil menatapnya. Hati Windy langsung mencelos menyaksikan tatapan Wiku yang terlihat sayu.

Bagi Windy yang umurnya hampir kepala 4 tapi masih belum punya buntut itu, tingkah memelas Wiku membuat hatinya terasa sesak. Kata incess Syahrini berasa sususatu bingits. Ups nggak bolehpake jargon incess sembarangan ding ya? Ya udah versi Windy sendiri aja deh, berasa susudua banget.

Windy membalikkan badan dan mulai mengolah bahan - bahan masakan. Sesekali pikirannya melalang buana membayangkan andai kehidupan rumah tangganya berjalan normal, mungkin saat ini ia juga sedang sibuk memasak sambil kelimpungan menghadapi anaknya yang mulai memiliki rasa ingin tahu.

Barangkali saat ini Windy sedang memasak sambil direcoki anaknya yang sibuk bertanya ini - itu. Mengapa nggak boleh ini - itu, dan harus begini - begitu yang mengetes kepandaian, kesabaran, dan kebijakan sang ibu.

Buru - buru Windy menghapus pikirannya supaya tidak membuatnya menye - menye. Windy sudah berjanji untuk tidak akan menyesali nasibnya.

Windy meniriskan telur rebus dan membawanya ke meja.

"Wiku ingin merasakan memasak sama mama kan? Biasanya kalau ada anak yang menunggui mama di dapur, mama akan meminta anaknya untuk membantu. Tapi karena Wiku sedang sakit jadi Wiku cukup menonton saja. Oke!"

Sambil menunggu daging ayam menjadi lebih empuk dan matang, Windy mengupas telur rebus.

Wiku memperhatikan Windy. Meskipun kepala anak itu sedang pusing, semua aktivitas Windy tidak ada yang terlewat dari perhatian Wiku.

"Nah akhirnya selesai juga. Coba Wiku cicip masakan tante sudah enak atau belum."

Windy mengambil sedikit kuah. Setelah memastikan kuah tersebut tidak terlalu panas. Windy menyuapkan ke mulut Wiku.

"Kurang asin tante."

Windy memang selalu memasukkan garam terlalu sedikit. Soalnya ia merasa sebal dengan olok - olok temannya saat belum menikah dulu. Windy khawatir diledek teman - temannya sudah pingin kawin. Huweee.....

Kalau sekarang Windy males diledekin lagi pengen diajak indehoy. Huwe kuadrat cyn.

Windy menambahkan garam dengan super hati - hati. Pokoknya jangan sampai nanti pak Wisnu ikut - ikutan meledeknya ketika makan opor ayam buatan Windy.

Setelah dirasa cukup, Windy kembali mengulurkan satu sendok kuah opor ke arah Wiku.

Mata Wiku terpejam menikmati opor buatan Windy.

"Gimana?"

"Udah pas tante."

Windy tersenyum lega.

"Wiku mau makan sekarang? Tante suapin ya. Terus Wiku minum obat dan bobo. Oke!"

കകകകകകക


"Jangan lupa baca doa dulu, nak."

Windy mengingatkan Wiku. Bocah itupun dengan patuh membaca doa sebelum makan yang dulu diajarkan oleh papanya.

Windy dengan sabar menyuapi Wiku yang menunjukkan kemanjaannya dengan memilih - milih lauk. Ya sudah dimaklumi aja deh, namanya juga anak lagi sakit. Yang penting si anak mau makan dan cepat sembuh dari sakit.

"Daging ayamnya dong tante!"

"Oke."

"Aku nggak mau putih telur, aku maunya kuning telur."

An Annoying Windy Diary's (End) 🌷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang