How He Live

5 1 0
                                    

"Dorongan kuat untuk menghindari sesuatu atau seseorang"

.

.

.

.

.

Sang lelaki terkekeh.

Ia terkekeh mendengar perkataannya.

Lucu pikirnya.Sangat lucu bahkan.Bagaimana seseoramg itu dapat mengatakan bahwa ia beruntung.

"Kau memang beruntung.Bisa tergolong sempurna tanpa celah sekecil apapun.Tanpa cacat dan mulus bagai porselin.Sangat beruntung menurutku."

Ia tertawa terbahak-bahak.Ia tidak dapat menahan lagi rasa geli menggelitik di perutnya.Betapa lucunya sosok itu.

Ia terus tertawa tanpa menyadari tatapan tajam dan kesal dari sosok itu.

Ia memutuskan untuk mengontrol diri dan berhenti tertawa.

"Kaulah celah ku.Kaulah cacat ku.Tanpamu akulah sempurna.Tanpamu akulah porselin.Tanpamu aku memang beruntung,"

"Namun kau ada.Kau lahir dan bernafas hingga kini.Karenamulah aku tidak beruntung."

Sosok itu menatap dengan sayu bola mata sang lelaki.Ia balik menatap sosok itu sembari tersenyum kecil.Setelah berkata-kata seperti itu, terjadilah keheningan diantara keduanya.Berusaha mengumbar perasaan masing-masing.Berusaha menghibur, namun di saat bersamaan juga menghancurkan.

Ia berjalan mendekat ke sosok pemilik mata sayu tersebut.Rambut hitam kelamnya ia elus dengan lembut dan penuh perhatian.Menarik sosoknya ke dalam pelukan hangat.Masih mengelus rambut hitam kelam milik sosok tersebut.

Kemudian ia menarik dagu sosok tersebut dengan tangannya.Kedua pasang mata itu kembali bertatap saling menyelami.

Ia memperkecil jarak di antara keduanya.Menyatukan bibir keduanya.Menutup kedua mata dan membiarkan ketenangan yang membina.

Ia mengecup bibir sosok itu.Lama dan lembut.Hangat dan nyaman.Tidak menuntut sama sekali.Dapat dirasakan ketulusan yang menguar.

Setelah puas mengecup ranum merah itu, ia menjauhkan wajahnya.Menatap sang sosok yang sudah tersipu malu.

"Namun tanpamu aku bukanlah aku."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Thomas menjatuhkan dirinya ke atas kasurnya yang empuk.Merilekskan badannya yang terasa kaku setelah seharian dikelilingi oleh hama-hama.Ditambah lagi sosok yang ia nantikan tiap harinya tidak terlihat sama sekali.

Otot-otot tubuhnya yang sudah mulai rileks mengurangi kelelahannya.

"Apa ia tidak masuk hari ini?Tidak biasanya dia seperti ini.Bahkan ia tidak memberi kabar kepada siapapun.Ia absen dan tidak meminta izin,"

"Apa jangan-jangan ia sakit?Atau sesuatu terjadi padanya?Bagaimana ini?"

Segala kemungkinan telah memenuhi pikirannya.Membuat ia menerawang apa yang terjadi pada miliknya itu.

You're My AbienceWhere stories live. Discover now