Sang Supir langsung membawa Kereta Kuda Winardi menuju tempat yang dimaksud. dalam perjalanan Winardi dibuat berpikir keras akan obrolannya bersama Pak Menteri. Dalam benaknya "kenapa seorang veteran perang yang waktu itu aku temui di Bar berkata bahwa ada invansi ke Naga Emas di wilayah Timur tetapi Pak Menteri mengatakan bahwa itu hanyalah kasus hilangnya sumber air"
Supir pribadi Winardi tidak mengatakan apa-apa karena dia sudah tahu bahwa itu adalah ranah yang berbeda dari tingkatannya. Ia hanya bertugas mengantarkan sang Jenderal ke tempat yang memang ingin dituju. Di perjalanan, Winardi disuguhkan oleh suasana damai dan tenteram. Memang seperti itulah Ibukota di pagi hari. tetapi suguhan tersebut tidak membuat Winardi hilang lamunannya akan hal yang sedari tadi ia pikirkan. tak' lama berselang, Kereta Kuda Winardi menepi di sebuah gedung yang terlihat sederhana, tidak terlalu mewah dan juga tidak terlihat terbengkalai, seperti bangunan yang pemiliknya memiliki sifat malas dalam hal kebersihan. Mungkin seperti itulah Ibukota, tidak ada yang sempurna.
"sudah sampai tuan" ucap Supir Pribadi Winardi.
"ahh iya, terima kasih tidak akan lama kok" balas Winardi dengan sedikit senyuman.
Winardi pun langsung turun dari kendaraannya dan berjalan menuju pintu depan gedung tersebut. gedung tersebut kira-kira memiliki lebar sepuluh meter dan tinggi sekitar dua puluh sampai tiga puluh meter. memang terbilang kecil untuk ukuran bangunan sekelas 'gedung'.
'TOK TOK'
"ada apa?" ucap salah seorang yang mengenakan jas hitam sedikit kucel
"aku ingin bertemu bos"
"....." tanpa sepatah kata pun orang tersebut mempersilahkan Winardi masuk.
'DUG' terdengar pintu ditutup dari belakang dan suasana di dalam gedung pun sedikit gelap. Winardi pun juga langsung memasuki bagian yang lebih dalam di gedung tersebut sampai akhirnya kira-kira lima sampai sepuluh langkah Winardi berjalan, ia dihadapi dengan ruangan-ruangan seperti ruangan perkantoran yang dihiasi dengan penerangan yang minim dan bau yang sedikit tidak sedap tetapi hal tersebut tidak menarik perhatian Winardi dan sepertinya memang Winardi sudah biasa datang ke tempat ini. Dengan wajah datar pun Winardi berjalan tanpa menghiraukan hal-hal yang ada di samping kanan dan kirinya.
Sampai ia dihadapkan pada sebuah ruangan yang memang ada di depannya dan tidak ada lagi jalan kecuali ruangan tersebut. Pintu kayu yang sedikit tidak terawat dan pencahayaan di atas pintu itu membentuk segitiga yang cahayanya hanya sampai tengah-tengah pintu menambah kejelekkan pintu tersebut.
'TOK TOK'
sesesorang langsung membukakan pintu tersebut dan setelah melihat Winardi, ia pun langsung
"Pergi kau!" itulah ucapan yang diterima Winardi.
"ayolah" mohon Winardi dengan posisi kaki menahan bagian bawah pintu agar tidak tertutup.
"......." dengan wajah yang sedikit kesal, pria itu pun akhirnya membukakan pintu untuk Winardi dan tidak ada isyarat untuk mempersilahkan Winardi masuk.
"aku masuk yahh" ucap Winardi yang merasa tidak dipersilahkan masuk.
"jadi.. ada apa kau datang kemari Jenderal?" ucap pria yang marah kepada Winardi tadi.
"ada proyek" balas Winardi dengan ekspresi datar.
"huftt.. sebenarnya aku sudah tidak ingin berurusan denganmu lagi"
"hei apa kau tidak ingat siapa yang membebaskan dan menghapus semua rekor kejahatanmu itu? aku membebaskanmu bukan karena rasa iba, ingat itu!"
"baiklah, jadi?"
"aku ingin kau menyelidiki penambangan yang ada di Purajaya"
"ohhh penambangan itu"
"hah? kau sudah mengetahuinya?
"sudah"
"......"
"tapi berapa tarif yang kau tawarkan untuk informasi ini?"
"berapa yang kau inginkan?"
"cukup untuk memperbaiki gedung ini"
"pantas. ternyata kau ini miskin yah! ahahhaahh"
"hei, kau ingin atau tidak?!"
"maaf-maaf, jadi?"
"okee pertama-tama ini lihat ini" pria tersebut pun memberikan sebuah map hijau kepada Winardi dan menyuruhnya membaca untuk permulaan 'informasi'
Beberapa menit Winardi membaca dokumen-dokumen tersebut dan diakhiri dengan ekspresi terkejut.
"aku tidak percaya!"
"benar kok, itu sudah semuanya"
"mana mungkin orang sebaik dia terlibat dengan bisnis kotor seperti ini!"
"hmm sepertinya kau belum mengerti Winardi.... uang bisa membalikan hati manusia. yang asalnya baik bisa berubah menjadi jahat, dan begitu pun sebaliknya"
"......"
"jadi?? apa kau sudah puas?"
"aku tidak percaya, Jenderal Sakyawirya itu orang yang baik" sembari meratapi ketidakpercayaan Winardi akan foto yang dilihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusan Tara ( Book 1)
Aksi[R-BO] World has been divided into three parts of continent which is South Continent, Uni-North Continent, and Central Continent. In Central Continent has known a three big super power nations that is Naga Emas, Elang Hitam, and Teratai Putih. Elang...