"Hei.. kok pengantin baru sendirian aja nih.. gak takut diculik?" tanya sebuah suara dalam bahasa inggris dari arah belakangku.
"Jangan berbalik Hime.. aku tidak yakin tidak akan memelukmu jika kamu berbalik.. jadi lebih baik kita mengobrol sebentar begini saja.." ucapnya ketika aku akan berbalik untuk melihat siapa dia
"Ouji? Kenapa disini? Bukankah seharusnya kamu sudah kembali?" tanyaku ketika mengetahui siapa dia dari panggilan sayang itu.
"Aku hanya ingin melihat putriku bahagia untuk terakhir kalinya sebelum aku pulang.. setidaknya kali ini aku dapat meilhat senyumanmu.. because I prefer your smile than your tears.." jawabnya dengan lembut.
"Thank you.. terima kasih karena sudah mau bertemu denganku sekali lagi.." ucapku tulus. Karena memang itu yang kini kurasakan.
"Kamu tahu.. aku merasa beruntung kenal denganmu dan berteman denganmu Hime.. dan kuharap kita akan selalu menjadi sahabat.. aku tidak akan mengganggu kehidupanmu setelah menikah.. namun kalau kamu ingin meminta bantuanku, aku siap untuk melakukan apapun untukmu Hime... you can call me anytime.." ucapnya sambil mengulurkan sebuah kotak kecil
"Kore wa nani?" tanyaku bingung dengan kotak kecil tersebut.
"Sesuatu yang selalu ingin kamu punyai.. maaf aku baru bisa memberimu sekarang.. hadiah pernikahanmu dariku.." jawabnya dan aku menerima kotak tersebut lalu membukanya
"Aku memberimu kalung karena aku tahu kalau kamu memakai gelang akan menyulitkanmu saat bekerja.."ucapnya ketika aku membuka kotak tersebut dan menemukan sebuah kalung dengan bandul berbentuk serigala terbuat dari pahatan kayu. Bandul yang selama ini kucari namun sangat susah untuk kutemukan.
"Once again, thank you so much.."ucapku sambil menyentuk bandul tersebut
"You're welcome..." balasnya dan kami sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya dia pamit pulang.
"Hime.. aku pulang dulu yaa.. besok penerbanganku pukul 7 pagi jadi aku harus segera balik ke hotelku dan bersiap untuk pulang.." ucapnya dan seketika itu juga aku merasakan sebuah kehangatan di pundakku. Dia menyentuhnya sejenak sebelum berlalu pergi.
Aku masih duduk diam sambil melihat isi kotak tersebut setelah dia pergi meninggalkanku. Kuambil napas sepanjang dan sedalam paru-paruku bisa lalu menghembuskannya sehabis-habisnya. Aku harus bisa tersenyum dan tertawa dengan takdir ini. Aku tidak bisa menyalahi takdir,karena dia telah mempertemukanku dengan Kak Julian yang sangat menyayangiku, mungkin lebih dari Kei padaku. Karena itu aku harus bisa menerima hal ini dan tersenyum. Memasukkan kotak tersebut kedalam saku celana, aku berjalan menuju kamarku. Aku lelah dan ingin segera tidur. Tidak ingin memikirkan apapun dulu malam ini dan obat terbaik bagiku adalah tidur.
Sesampainya di kamar aku langsung melepas jilbabku dan mengganti bajuku dengan baju tidur berupa kaos lengan pendek longgar dan celana training panjang. Selesai berganti baju aku langsung melompat kedalam tempat tidur dan bergelung mencari posisi enak didalam selimut tersebut.
"Rin.. kamu udah balik??" tanya sebuah suara ketika aku ingin menutup mataku
"Kak Julian?" sahutku dan tiba-tiba saja kepalanya muncul di balik dinding
"Ohh kamu sudah balik.. kakak pikir kamu pergi kemana.." ucapnya dan dia berjalan mendekati tempat tidur.
"Iya kak.. Rin udah balik.. soalnya udah ngantuk banget.." ucapku sedikit berbohong, padahal aku memang pergi kemana-mana dulu baru balik kekamar.
"Kamu baik-baik aja?" pertanyaan itu membuatku bingung
"Kakak tahu tadi kamu ketemu Kei kan?" sambungnya seolah menjawab kebingunganku
YOU ARE READING
Arin's Love Story (END)
Teen Fiction'Teman abang? gak salah denger tuh? gue bakalan nikah sama temen abang gue sendiri?' hal itulah yang sering terlintas didalam pikiranku ketika mengetahui perjodohan tak berujung yang selalu dilakukan oleh abang dan ibuku. hingga akhirnya mereka memu...