Bab 6 Kegagalan Demi Kegagalan

2.5K 43 5
                                    

VIOLET

part 6

KEGAGALAN DEMI KEGAGALAN

Oleh : Triana Kumalasari

Nggak pacaran itu kuno? Enggak, Mbak Friska. Menurutku nggak kuno, batin Violet. Aku pun berpikiran sama seperti Mas Yudha. Belajar adalah prioritasku. Untuk hal inilah aku membatalkan pelarian itu dan tetap bertahan tinggal di sini.

Cinta?
Apa sih cinta itu?
Perasaan sentimental antara dua orang.
Seberapa pentingkah cinta, bila berakhir seperti Mama dan Papa?

🌸🌸🌸

Pagi yang tenang di bulan Januari.
Bulan pertama yang menandai tahun berganti.
Burung gereja hinggap di dahan pohon dan mencicit bernyanyi.

Di rumah berpagar merah, di kamar depan, seorang gadis berwajah oval tampak sibuk dengan kardus dan barang-barang. Bukan. Dia bukan lagi seorang gadis remaja. Sebulan yang lalu ia telah meraih gelar Sarjana.

Ya, gadis itu adalah Violet. Violet yang sama. Namun, kini Ia telah tumbuh menjadi seorang wanita muda berusia dua puluh tiga tahun.

Dikeluarkannya semua buku dari laci meja belajarnya. Banyak sekali. Buku-buku kuliahnya mulai dari semester satu hingga semester terakhir semua ada. Memang, sebelum sidang skripsi berakhir, Violet belum berani menyingkirkan buku-bukunya.

Hari ini semua akan dibereskan. Dipisah mana yang mau disimpan di gudang dan mana yang mau didonasikan.

Selain buku, komunitas yang bergerak di bidang amal itu juga menerima donasi pakaian bekas layak pakai.

Violet membuka lemari dan mengeluarkan hampir semua bajunya. Kamarnya sekarang bak kapal pecah. Sebuah buku harian putih dengan motif bunga violet timbul berwarna ungu berada di antara tumpukan pakaiannya.

Violet mengambil buku harian itu, membukanya dan mengambil surat ungu yang selalu terselip diantara halaman buku hariannya.

Didekatkannya surat itu ke hidung. Diendusnya. Violet mendesah kecewa. Aroma lavendel parfum Mama tak lagi tercium. Benar-benar hilang.

Diselipkannya kembali surat itu ke dalam buku harian, lalu diletakkan di atas tumpukan buku, sementara Violet mulai memilah baju-bajunya.

Ketukan di pintu. Pintu dibuka dan seorang gadis bertubuh gemuk melongokkan setengah badannya ke dalam. Rena, yang kini telah menjadi mahasiswi.

"Satu jam lagi, mobil komunitasnya datang jemput, Mbak Vio."

"Ih, kok cepet banget, Ren. Aku masih jauh dari beres, nih."

Rena melangkah masuk. "Apa yang bisa kubantu, Mbak?"

"Buku-buku, Ren. Tumpukan sebelah kanan tolong masukin kardus-kardus donasi, sedangkan tumpukan sebelah kiri, tolong masukin kardus-kardus yang akan disimpan di gudang."

"Oke, Mbak." Rena menghampiri tumpukan buku, lalu mengangkat yang sebelah kanan.

"Banyak banget, Mbak Vi," celetuk Rena, sempoyongan dengan terlalu banyak buku di gendongan.

Violet mengalihkan pandangannya dari blus merah yang sedang ia cek masih layak pakai ataukah tidak dan menoleh pada Rena. "Bertahap aja, Ren. Jangan sekaligus. Sedikit-sedikit."

Telat. Tumpukan buku yang di gendong Rena sudah berjatuhan, menimpa tumpukan buku yang masih ada di lantai kamar. Ambruk, buku-buku itu jadi berantakan memenuhi lantai, termasuk juga buku harian Violet dan surat Mama yang loncat keluar saat buku harian itu jatuh terbuka.

"Aduh, Maaf, Mbak." Gelagapan, Rena buru-buru mengambil buku-buku yang terserak. Dipungutnya surat ungu dan diselipkannya ke dalam buku. Buku-buku yang terbuka ia pungut dan ditutup, kemudian ditumpuk.

VIOLET (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang