CHANGE ★★★★★★

6.8K 655 51
                                    

Chapter 6: Naruto Oh Naruto

..
..

Naruto masuk ke sekolah dengan dagu terangkat, tidak ada seorang Uchiha menundukan kepala saat bejalan. Itu yang diajarkan Mandami padanya, sang nenek buyut.

Semua murid memandang kerahnya. Ada tatapan kagum, sinis, iri, dan banyak lagi. Memang siapa yang tidak mengenal Uchiha? Keluarga terhormat, bangsawan, dan terkaya kedua selepas senju. Tapi Senju tidak terkenal seperti Uchiha beberapa tahun lagi mereka akan menduduki peringkat pertama dalam dunia bisnis.

"Lihat! Dia cantik sekali! Aku ingin menikah dengannya."

Naruto menyunggingkan senyuman biarpun tipis, ia cantik luar, dalam ingat.

"Ck! Aku lebih cantik darinya."

Cibiran pedas seorang murid sukses dilirik tajam oleh Naruto, memangnya mereka siapa? Mau menghakimi? Mereka bukan Tuhan.

"Ah! Aku ingin bertukar posisi dengannya agar bisa hidup senang, tidak seperti keluargaku yang misikin."

Naruto benci seseorang yang tidak mengakui keluarga karena itu bisa membinasakan seluruh hidup.

"Ah! Hime anda sudah sampai." seorang guru berwajah tampan menyapa Naruto dengan senyuman palsunya.

"Sudah pucat, apa masih mengharap wanita yang tak bisa kau dapatkan?" Naruto menyindir keras guru bernama Shimura Sai dengan pedas.

Sedangkan Sai hanya terdiam, tangannya terkepal kuat. Ia tidak menyangka Naruto akan bicara seperti itu. Benar-benar Uchiha Sejati.

..

..

Naruto meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena seharian ini ia hanya duduk tanpa mengangkat bokongnya, Naruto malas kemana-mana bahkan kekamar kecil.

Manik sehitam arang melirik seseorang yang mengenakan pakaian hitam. Seluruhnya hitam tanpa cela, dan ia mencurigai kenapa pria itu bisa berada di area sekolah? Ia tidak perduli, ia mengemas barang-barangnya lalu memasuki ke dalam tas.

Karena hari sudah sore, dan ia pasti supir sudah menunggu di luar gerbang tanpa bicara ia keluar dari kelas, berjalan pelan menikmati apa yang ia lihat hingga berdiri di samping pria hitam yang ia curigai.

"Apa kau mengikuti ku? Apa mau mu?" Naruto sangat peka karena di balik kaca mata hitam itu, ia pasti sang pria hitam menatapnya.

Pria hitam yang sangat diyakini Namikaze Menma tersentak kaget, seharian ini ia mengikuti Naruto tapi Putri Sasuke itu sama sekali tidak beranjak dari kursi tempatnya duduk. Menma Setia menanti hingga Putri Sasuke yang ia yakini putrinya berdiri disamping.

"Ah! Maaf saya menunggu seseorang." ujar Menma sedikit gagap.

Naruto melirik, manik arang itu menghunjam Menma seperti pedang bermata dua. Menma ketakutan, ia takut penyamaran yang ia lakukan terbongkar.

"Hime-sama!!" supir keluarga Uchiha tampak belari ke arah Naruto, ia mencurigai pria di samping Putri majikannya. "Hime-sama anda tidak apa-apa." Hatake Kakashi sempat melirik Menma lalu mengecek seluruh tubuh Naruto tanpa cela, tanpa cacat.

"Aku baik-baik saja, ayo kita pulang aku sudah lapar." jawab Naruto kelewat datar.

Kakashi menghela napas lega, membukakan pintu mobil, menunggu sang Hime duduk nyaman lalu menutupnya pelan.

"Sebaiknya jangan lakukan pekara yang bisa mencelakai anda Namikaze-san." bisik Kakashi tepat di telinga Menma.

Menma terbengong. Secepat itukah penyamarannya tebongkar? Ia lupa orang-orang yang bekerja dengan Uchiha sangat pintar, dan bukan pekerja biasa.

CHANGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang