Terkadang, ingin ku lari ke masalalu, dimana saat itu kau masih mempedulikanku
_______________________________________
Semua siswa disini pasti membenci hari Senin. Begitu juga dengan Wilda, gadis Itu tampak tidak bersemangat hari ini. Alasan pertama untuk membenci hari ini adalah upacara. Jujur saja dia tidak menyukai upacara, entah kenapa Wilda juga tidak tahu.
Yang kedua adalah dia harus pulang malam rutin setiap senin. Alasannya dia harus pergi ke sebuah tempat yang orang tuanya tidak perlu tahu soal itu. Bukannya dia tidak suka pergi ke tempat itu, hanya saja ada omelan dari ayah karena pulang terlambat dan itu membuat Wilda tidak suka. Wilda meneguk air putihnya "Kapan sih upacara ditiadakan?" ucapnya sambil menyeka keringat yang turun begitu Saja.
Kesya menggeleng setelah melihat botol minuman di tangan Wilda "Kapan juga sih lo upacara ga bawa minum?"
Wilda menanggapinya dengan kening berkerut "Nggak baik kalau kekurangan cairan".
Kesya membuang napas kasar, akan percuma berdebat dengan Wilda tentang masalah ini baik Kesya maupun Nada, semua juga tahu bahwa Wilda adalah 'penggila air putih'
Wilda bernafas lega ketika sang protokol membacakan susunan acara yang terakhir "Pengumuman dari sekolah". Gadis itu berjinjit ketika guru BK naik ke atas tanjakan.
"Alden Ramatha bisa maju ke depan" perintah Pak Andro dengan jelas. Semua tahu berdirinya Pak Andro di sana guna memanggil siswa yang bermasalah.
Wilda menyipitkan matanya, ingatannya kembali pada kejadian kemarin di mana orang yang sama yang menabraknya sekarang tengah berdiri di hadapan satu sekolah. Gadis itu menggeremang, pelan tapi terdengar jelas oleh Kesya juga Nada "Jadi yang kemarin namanya Alden?"
Sontak itu membuat kedua sahabatnya terkejut "Wait, jangan bilang lo baru tahu siapa Alden?" tunjuk Nada ke arah Wilda.
Ia mengangguk, "Baru aja, pas banget ye kan?" Nada menghembuskan nafas kasar.
"Lo udah berapa tahun di sini, etdah?"
"Emang kenapa? tuh anak bukan anak presiden kan?" baik kesya maupun Nada masing-masing menempuh jidat.
"Wil, gue kasih tahu ya, Alden itu anak pemilik sekaligus kepala sekolah di sini. Coba tuh lihat Pak Brawijaya" Nada menunjuk Brawijaya yang tengah berdiri di barisan para guru "Mukanya udah panas kecut kecut gitu, gue yakin habis ini langsung nyembur" Nada tertawa, bagaimana Alden dengan halus mempermalukan ayahnya?
"Biarin kena sembur, tuh anak rese soalnya" Wilda kembali mendengarkan ocehan Pak Andro di depan .
Seolah sedikit senang karena melihat cowok menyebalkan itu di hukum.
Ia menyunggingkan senyum, "Salah siapa rese jadi orang"
**********
Wilda tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang, atara tetap di kelas dan mendengarkan guru matematika itu menerangkan atau pergi sekarang karena panggilan alam yang tak tertahankan. Dan Wilda sudah menemukan jawabanya.Nomor dua.
Setelah di bolehkan izin, Wilda melesat keluar kelas. Untuk kali ini dia tidak mempedulikan ketertinggalan pelajaran, karena yang di butuhkanya saat ini adalah kelegaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kara
Teen FictionNafasnya yang tak beraturan mungkin cukup menjadi bukti dimana hatinya sedang tak karuan. Alden semakin mendekatkan Wajahnya ke arah wilda, lebih tepanya berada di samping telinga gadis itu. Tak segan segan membuat nafas gadis yang di depannya semak...