13

106 15 3
                                    

13

Sakura mengulum senyum tatkala melihat balasan Sultan yang masuk LINE nya. Pria itu selalu ada-ada saja ­ulahnya. Tanpa pikir panjang, Sakura segera beranjak meninggalkan makanan yang baru saja datang diantar pelayan.

Makan di warteg sama Sultan lebih enak dari pada makan di restoran sama Jefri Nichol.

Sakura akan selalu ingat bagaimana cemburunya Sultan saat Ia memaksanya untuk menemani ke Meet and Greet nya si Jefri Nichol beberapa bulan silam. Kalimat Sultan melekat jelas dan selalu terngiang dikepalanya.

"Sana pacaran aja sama si Jefri. Segitunya amat deh kamu. Ganteng juga aku."

Memang Sultan kan selalu ada-ada saja. Tapi itulah yang disukainya dari Sultan. Ia tahu kesungguhan Sultan menyayanginya. Hanya saja Ia selalu ragu jika harus bersaing dengan Navya. Gadis itu sama sepertinya. Mempunyai tempat khusus dihati Sultan.

**

Koridor kelas sepuluh terlihat ramai setiap di jam istirahat. Banyak yang berlalu lalang disana. Wajar karena koridor kelas sepuluh adalah jalur satu-satu nya ke koperasi. Selain kantin yang menjual makan, koperasi pun memiliki fungsi yang sebelas dua belas dengan kantin. Bedanya, makanan yang dijual di koperasi biasanya berupa snack ringan dan juga menyediakan alat perlengkapan sekolah.

Tapi, diluar kebiasaan. Kali ini, Navya beserta tiga temannya memilih duduk di pinggir lapangan. Dibawah pohon mangga besar yang sedang berbuah banyak. Tempat nya teduh dan tidak banyak siswa yang minat duduk disana.

"Guys, gue undang kalian khusus ke pertandingan gue" Firda membuka topik. Diva yang sedang menyuap makanan nya melotot tak suka.

"Gue nggak minat, ah. Wong tiga hari belakangan ini bakalan ada pameran batik jadi mau nggak mau gue harus jadi model nya deh." Diva selalu tidak suka jika harus menonton Firda bergulat. Dijotos-jotosi. Dipukuli. Ditendang. Itu adalah alasan utama. Alasan penguat lain adalah karena Ia memang tidak suka yang berbau tidak feminine.

"Lo nggak ada kapok kapok nya ya Fir. Setahun silam lengen lo patah, dan sekarang mau tanding lagi?" Bianca ambil suara.

Firda mendengus sebal. Ia tahu teman temannya selalu khawatir. Namun itulah kesenangannya. Itulah bagian dari mimpinya. Menjadi atlet taekwondo. Meskipun kemampuannya saat ini masih jauh dari kata tersebut.

"Emang kapan pertandingannya?" suara Navya terdengar menengahi.

"Kita semua tahu kalau taekwondo emang udah satu kesatuan sama diri Firda. Firda juga suka. Jadi, udah seharusnya kita support dia. Kalaupun jatuh, itu bagian dari perjuangan kan? Tugas kita dukung dia. Kasih semangat buat dia."

Tanpa disadari, mata Firda berkaca-kaca.

"Khawatir kita bisa kita lampiasin dengan doa. Minta sama Allah untuk selalu melindungi Firda. Didalam ataupun diluar pertandingan"

Diva menatap Navya kagum. Bianca melempar tatapan takjub.

Ohh, daebakkk

"jadi kapan tandingnya?" Tanya Navya seraya menyeruput es teh miliknya.

"Gue tanding besok sore. Kemungkinan besok gue nggak masuk sekolah. Gue perlu persiapan fisik sama mental."

"Tapi seriusan deh, gue bener-bener nggak bisa nonton lo. Kemarin gue dapet job buat fashion show di pameran batik." Diva sungguh-sungguh kalau dia memang tidak bisa meninggalkan job tersebut. Sorot kekecewaan sedikit tampak dari mata hitam Firda yang menunduk dalam. Melihat hal itu membuat Diva merasa bersalah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay WeirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang