CHAPTER 4

262 17 4
                                    


==================================================================


Benarkah kita terlahir didunia yang berbeda?

Benarkah perbedaan tak mungkin disatukan?

Tapi kenapa aku melihat kesedihan yang sama dimatamu?

Apa kau juga merasakan kesedihan...sama sepertiku?


*****


"Sakit! Berhenti! Berhenti memukulku!"

"Kenapa baru segini saja kau sudah merengek begitu, Minho? Kau bilang ayahmu polisi tapi kau lemah! Lemah!"

"Aku tidak lemah! Kalian membawa batu sedangkan aku tidak membawa apapun! Kalian curang!"

"Dasar tukang mengeluh!"

Minho kembali melindungi kepalanya dengan tangan ketika anak-anak lainnya kembali melemparinya dengan baru kerikil. Meski hanya kerikil, tapi tetap terasa sakit saat menyentuh kulitnya.

"Kenapa kalian suka sekali menindasku? Hentikan aku mohon~"

Memohon lagi dan memohon lagi, hanya itu yang dapat ia lakukan. Mungkinkah satu orang akan menang melawan tiga orang? Tidak! Pemikiran polos Minho mengatakan dirinya tidak akan menang. Lagipula apa anak kecil tau caranya berkelahi? Bukankah mereka hanya mengetahui bagaimana caranya menindas yang lemah?

Minho mulai terisak, salah satu batu kerikil sempat mengenai bagian bawah matanya dan rasanya sangat perih, hingga tak tahan untuk tidak menangis. Yah, anak kecil memang hanya bisa menangis.

"Karena kau lemah dan cengeng!"

Lemah dan cengeng. Minho sudah biasa mendengar olok-olok itu ditelinganya, hampir setiap hari ia mendengarnya, anggap saja obat pahit yang harus ia telan. Tapi setidaknya jika ia pulang sekolah melewati jalan memutar, ia tak kan bertemu anak-anak ini dan mengalami penindasan kembali.

"A-ampuni aku..."

Pandangannya mulai kabur akibat terselubungi genangan air mata dipelupuknya, atau karena sebentar lagi ia akan pingsan? Entahlah, Minho hanya dapat merasakan bahwa kini salah satu dari mereka telah memukulinya dengan sebatang ranting.

Ah...jika saja ia lebih kuat dan besar.

"HEI, KALIAAAAAANNN!"

Teriakan melengking itu ia mengenalnya, sangat tidak asing lagi. Juga suara derit rantai sepeda berkarat yang terdengar semakin mendekat.

'Ckiittt!'

Minho membuka kedua matanya lebar-lebar saat sebuah sepeda melintas tepat didepannya dengan cepat, sepertinya sengaja mengarah pada anak-anak yang memukulinya tadi agar mereka menjauhinya, Minho sempat melihat salah satu dari mereka terjatuh.

"Hyu-hyung." Ucap Minho pelan saat melihat siapa pengendara sepeda yang telah berhenti tak jauh dari mereka, hanya sekitar satu meter.

Kibum turun dari sepedanya, tapi karena standar sepedanya rusak, ia terpaksa menjatuhkannya begitu saja...dengan kasar karena sedikit marah. Ia lalu berjalan cepat menghampiri tempat Minho berada sambil terus memasang tampang marah yang sangat tidak kontras dengan paras cantiknya. Semua yang ada disana terkejut saat Kibum mengeluarkan benda yang ia sembunyikan di balik punggungnya, sebuah sapu. Dan lebih terkejut lagi saat namja cantik itu mulai memukuli mereka –kecuali Minho- satu persatu dengan brutal.

CHECKMATE : POLARISWhere stories live. Discover now