Saat langkah kaki Sri memasuki kamar rawat inap Aqil. Sri terlonjak kaget karena Mila, sang nenek mengagetkannya dengan berjalan mengendap-endap menuju sofa.
"Nenek?" Sri mengelus dadanya untuk menenangkan degup jantungnya yang meloncat-loncat karena terkejut. "Nenek ngapain mengendap-endap begitu?"
Sri meletakan kantong keresek apotek yang barusan ia membeli vitamin dan beberapa keperluan lainnya ke atas meja nakas dan menoleh ke belakangnya untuk melihat sang nenek.
Kening Sri mengerut dalam saat pandangan matanya melirik ke kaki yang berbalut perban.
"Ya ampun, Nek. Kenapa dengan kaki Nenek?" Sri segera berjongkok dan meraba kaki Mila dengan hati-hati.
Yang ditanya hanya tersenyum simpul dan menggeleng pelan. "Sri, Nenek gak apa-apa. Tadi cuma jatuh aja dan sudah diobati tadi."
"Tapi kaki nenek sampe di perban gini!" Sri cemas karena Mila selalu gak bilang apa-apa.
Mila terus menatap Sri dengan pandangan iba karena sejak kecil cucunya itu sudah tidak pernah dapat kasih sayang kedua orang tuanya.
"Sudah nenek bilang, nenek baik-baik saja. Tadi cuma jatuh." Mila mengelak menutupi kejadian yang sebenarnya, ia takut kalau Sri semakin mengkhawatirkannya karena Sri sendiri sudah banyak beban terutama untuk Aqil.
Helaan nafas Sri memburu karena rasa cemas pada neneknya, keluarga satu-satunya itu.
"Nenek harusnya gak usah repot-repot kesini, kalo nenek sakit kayak gini. Aqil biar aku aja yang jaga, Nek." Mila masih diam mengelus dan memijat kaki yang di perban Mila dengan pelan.
"Sudah, Sri. Nenek baik-baik aja. Lebih baik kamu istirahat. Seharian ini kamu menjaga Aqil. Nenek gak mau kamu sakit."
Sri kini mendongak dan menatap Mila, sang nenek dan ikut duduk di sampingnya.
"Aku sudah istirahat dengan cukup, nek. Yang belum istirahat itu nenek. Seharian ini nenek bekerja di vila." Mila tertawa pelan dan menggelengkan kepalanya.
"Justru nenek terlalu banyak santai selama bekerja di vilanya Nak David."
Seketika ekspresi wajah Sri berubah, entahlah, ada rasa yang aneh di dalam hatinya Sri saat Mila, sang nenek menyebutkan nama David. Karena Sri masih mengingat dengan jelas kebersamaan mereka bertiga layaknya keluarga kecil yang berbahagia.
"Kamu tau, Sri sayang." lamunan Sri kembali teralihkan saat Mila berbicara. "Selama ini nenek bekerja di vilanya Nak David. Nenek bekerja tidak terlalu berat sayang, hanya pekerjaan yang seperlunya saja yang akan di kerjakan. Jadi, kamu jangan cemaskan nenek, Sri. Nenek baik-baik saja dan untuk kaki nenek yang di perban ini, kamu jangan khawatir, ini hanya luka ringan. Sebentar lagi juga akan cepat sembuh. Lebih baik kita istirahat saja sudah malam."
Sri mendengarkan ucapan Mila, sang nenek dengan diam. Meski ia masih mengkhawatirkan kesehatan neneknya. Tapi, saat Mila mengatakan demikian, akhirnya Sri hanya bisa menurut.
"Besok Aqil bisa di perbolehkan pulang, Nek." Mila ikut tersenyum.
"Syukurlah."
--ooo--
Pagi harinya David masuk ke kamar rawat inap membuat Mila mengerutkan keningnya dalam saat melihat Aqil tersenyum dan berteriak 'Papa' dengan sangat kencang.
Mila belum tau bagaimana bisa Aqil menyebutkan David dengan sebutan nama Papa? Dan yang membuat Mila heran karena Sri tidak merespon apa-apa. Sementara Sri masih merapihkan brankar yang menurut Mila sudah rapih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sick Of Love ✅
General FictionWARNING!! 🚫 21+ ⛔Sebagian Part Dihapus!!!⛔ Tersedia di Google Play & Play Books!! Saat Cinta Kembali Pada Pemiliknya!! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!! ⛔ -------------------------------------- SICK OF LOVE © 2018 Written || W a n d a n i e l 2 5