Chapter 20 | Meet them

21.2K 1.4K 15
                                    


"Harusnya kau bilang saja padaku, jika kau pergi sendirian. Kan aku bisa sekalian menjemputmu saat tadi aku akan ke sini," Kellan bertopang dagu di meja yang atasnya berisikan sayur mayur yang sebagian sedang dicuci oleh Fatimah.

Fatimah tak menjawab, ia hanya melirik sejenak pada Kllean yang kini sedang memainkan buah tomat dengan melempar-lemparkanya ke udara, kemudian ia tangkap.

Hup!!

Tomat yang Kellan lempar ke udara terjatuh tepat mengenai puncak kepalanya. "Aduh!!"

Melihat hal yang terjadi pada Kellan, sontak membuat Fatimah berusaha keras untuk menahan tawanya. Meredam, akhirnya Fatimah memilih untuk mencuci tangannya sebentar, kemudian berjalan mendekati Kellan. "Tujuanmu datang ke sini sebenarnya apa? Kau ingin mengenang masa lampau saat kau ke sini dengan kekasihmu?" tanya Fatimah sambil merapikan buah-buahan yang tadi dimainkan Kellan, kemudian menyimpannya pada lemari pendingin.

"Kudengar kau ingin menlanjutkan kuliah? Kenapa tidak sekarang saja?" tanya Kellan mengalihkan pembicaraan.

Fatimah memutar bola matanya dengan malas. "Ayolah, jangan mengalihkan topik."

Kellan akhirnya mengangkatkan kedua tangannya tanda ia menyerah. "Ah, sebenarnya kedatanganku ke sini, karena aku ingin curhat padamu, Kakak ipar."

"Ayolah, jangan panggil aku Kakak ipar, usiaku bahkan lebih muda darimu, Kellan."

Kellan mendengus. "Usia kita hanya terpaut dua tahun, lagipula kau tidak bisa menyembunyikan fakta jika kau memang Kakak iparku."

Fatimah menginjak pelan kaki Kellan. "Jadi, kau ingin curhat apa?" tanya Fatimah sambil kemudian duduk di hadapan Kellan.

"Eleanor sudah menemukan ayah dari anaknya, dan sebenatar lagi dia akan menikah," jawab Kellan jujur.

Mendengar itu, sontak saja membuat Fatimah tertawa keras. Astaga, jadi Kellan sedang putus cinta, begitu?

"Jadi kau putus cinta?" tanya Fatimah disela tawanya.

Melihat tawa puas Fatimah, membuat Kean mendengus keras. "Setidaknya kau bisa menghiburku," sela Kean yang membuat Fatimah terkikik.

Fatimah menghapus air mata yang sampai keluar karena ia terlalu banyak tertawa. "Oke oke. Tapi setidaknya, biarkan aku berbahagia dulu melihat penderitaanmu," jawab Fatimah.

"Beritahu aku, bagaimana caranya agar aku bisa membatalkan pernikahan Eleanor?" tanya Kellan serius.

Fatimah otomatis langsung menghentikan tawanya dan menatap dengan saksama pada Kellan. "Bagus sekali, kau meminta bantuan pada orang yang tepat," ucap Fatimah, "Aku pandai kimia kalau kau ingin tahu. Dan aku, bisa saja membuatkanmu bom nuklir untuk menghancurkan pernikahan si Elevator itu. Bagaimana?"

Mendengar itu, Kellan memelototkan matanya pada Fatimah. "Ha?! Yang benar saja! Lagipula nama dia Eleanor, Kakak ipar. Bukan Elevator!"

Fatimah terkekeh sambil menghempaskan tangannya. "Iya Eskalator."

Kellan mendengus keras. "Ish Kakak ipar, kau membuatku murka hari ini!"

"Fatimah, kau sudah mencuci sayurannya atau belum? Aku sud- eh?" Alivia yang baru saja masuk ke dalam dapur sontak dibuat kaget dengan kehadiran Kellan di dalam. Ia, menatap Kellan dengan mata yang menyipit. "Kau? Bukannya pria yang berciuman waktu itu?" tunjuk Alivia pada Kellan.

Pure Love [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang