"Ma liat buku fisikaku ma?"
"Cari di meja!"
"Ga ada!"
"Oh ya lupa, di laci kayaknya!"
"Ma, liat dasi Rara gak!?"
"Di lemari! Mama gantung sama seragamnya!"
"Ma kaos kaki Rara ilang satu"
"Ga tau, mama ga nyuci kaos kaki kamu"
"Rara yang nyuci sendiri, seinget rara di tarok di laci tapi kok ga ada yah?"
"Mama ga tau, cari sendiri sana!"
Yah pasangan ibu anak itu sedang di sibukkan oleh persiapan Rara ke sekolah, setelah 2 minggu hanya malas-malasan di kamar akhirnya liburan panjang ini berakhir.
Setelah selesai bersiap, Rara menuju ke arah dapur dimana sarapan favoritenya sedang menanti. Di meja makan sudah ada mama dan papanya yang sedang makan dengan tenang dan damai.
"Morning ma, pa" ucap Rara penuh semangat, wajahnya yang cerah dan senyumnya yang merekah membuat Rara terlihat lebih cantik
"Ceria banget anak papa" ujar Bambang seraya melirik anak semata wayangnya, kemudian kembali menyeruput kopi buatan sang istri. Masih tenang dengan makanan di hadapannya.
"Hehe" Rara hanya menanggapi papanya dengan kekehan pelan sambil melahap makanannya.
"Awas ya kalo pelajaran masih maen hp, kalo ketangkep lagi papa ga mau ngambil, biarin di ambil guru BKnya" ujar Bambang datar namun pandangannya masih fokus dengan koran elektronik yang terdapat di hpnya.
"Siap"
Kemudian Rara mempercepat laju makannya tanpa menghiraukan ucapan mamanya yang mengomelinya. Sekejap makanan di piringnya sudah lenyap. Tinggallah Rara dengan mulut penuh makanan yang mengunyah makanan di mulutnya pelan, agak susah memang Mengunyah dengan mulut penuh,
Tapi itulah sebenarnya Rara. Gadis dengan segala keanggunan, itu hanya topeng agar ia tidak menjadi cemoohan teman-temannya."Makannya pelan-pelan, kalo live streaming aja, makan di bagus-bagusin!" Omel Rani
Tanpa menghiraukan mamanya Rara berlari begitu saja ke arah pintu depan.
***
Sesampainya di sekolah Rara menatap sejenak gapura sekolahnya yang terlihat mewah. Kemudian ia melangkahkan kakinya sambil melepas senyum kearah beberapa anak yang menyapanya.
Sampai di koridor menuju kelasnya Rara berpapasan dengan Hanin, Hanin hanya menatapnya datar, mungkin gadis itu tahu bahwa di sekolah dirinya tak bisa sok mengakrabkan diri dengan Rara yang notabenya adalah princess di sekolah itu.
Masih melangkahkan kakinya lurus kearah kelasnya, Rara melihat segerombolan gadis-gadis seusainya yang sudah nampak tak asing lagi di matanya. Kemudian Rara melambaika tangannya "woy!" Pekik Rara sambil mempercepat langkahnya menuju segerombolan gadis-gadis tadi.
"Rara!" Kemudian gadis-gadis itu membalas sapaan Rara seraya memeluk erat Rara.
"I miss you babe!" Ucap salah satu di antara gadis-gadis itu.
"Miss you to" balas Rara
"kemana aja lo?, udah ga bisa di hubungin" celetuk gadis lainnya
Rara hanya menanggapi pertanyaan teman-temannya dengan kekehan pelan.
"Oke daripada berdiri disini, mending langsung ke kantin deh, mumpung bel masuk masih lama" ucap salah satu gadis yang paling tinggi di antara empat gadis lainnya.
"Ish Rey, bisa ga sih, sehari aja ga mikirin makanan!" Ucap gadis berambut ombre berwarna merah dengan penuh penekanan.
"Udahlah Key, jangan ribut mulu sama kembaran sendiri" ujar gadis lainnya sambil mengusap bahu kei lembut.
"Enak yah jadi Rei, sering makan tapi ga gendut-gendut, waktu di Bali kemaren, dia makannya paling banyak, tapi berat badannya cuma nambah sekilo" ujar Gishle (gisel) dengan aura penuh kesuraman
"Emang kurang se ideal apa coba badan lu?" Tanya Kei seraya memandangi badan Gishle dari atas hingga bawah.
"Iih! Ya lo tau sendiri kan, perjuangan gue buat dapetin badan se ideal ini"
"Ish serah lo!"
"Jadi ke kantin ga? Gue udah laper neh!"
Sesampainya di kantin sekolah perdebatan antara, Key,Rey, dan Gishlepun mereda, mereka hanya termangu sambil menunggu pesanan mereka datang.
"Sya? Lo kenapa, dari tadi murung aja" tanya Rara pada Tasya yang sedari tadi duduk di sebelah Rara sambil termenung dan gelisah.
"Btw rambut lu, lucu juga yak, kayak dora the explore. Jadi pengen ngikutin model rambut lu, hehe" ujar Rey jujur dan ekspresi lugu nan polosnya, membuat yang berada di situ harus menahan tawa. Sedangkan sang adik kembar hanya bisa mengusap wajahnya kasar, siapa yang konyol siapa yang malu.
"Emang terinspirasi dari dora gue" jawab Tasya asal
"Sya lo kenapa sih?" Tanya Rara sekali lagi
"Sebenarnya gue mau pindah ke Singapura"
"What?!" Kemudian Key mencondongkan tubuhnya hingga jarak antara wajahnya dan wajah Tasya sudah beberapa centi lagi "Kenapa tiba-tiba?" Tanya Key seraya memelototi gadis itu.
"Enggak! Kita ngga mau lo pindah" sambung Rey
"Apa boleh buat, ini kemauan papi sama mami, lagian gue kangen mereka, apa salahnya gue tinggal bareng mereka lagi" ujar Tasya seraya menundukkan kepalanya, tak ingin teman-temannya melihat ekspresinya. seolah ada hal yang di sembunyikannya.
"Hmm iya deh yang mau pindah ke Singapura, yang bakal punya temen-temen lebih elit di Singapura" ujar gishle cemberut sambil melipat tangannya di bangku
Tasya pun memeluk gishle yang kebetulan duduk di samping Tasya "uunch jangan cemberut gitu dong, nanti cantiknya ilang" goda Tasya
"Dih kata Andre gue makin cantik kalo cemberut!" Balas gishle masih dengan cemberutnya
"Andre mulu"
"Biarin!"
"Ih!"
"Udah-udah" Rara melerai kedua temannya yang sedang mengadu mulut
"Jadi kapan lo berangkat" tanya Gishle dengan nada cueknya
"Besok"
"What!!" dan Key kembali memelototi Tasya "lo apa-apa ga bilang-bilang!" Bentak Key
"Ya sorry"
"Kalo udah di Singapura jangan ngilang, kontek kita" ujar Rara
"Siap bu!"
Hening...
"Sekarang kita kehilangan satu temen" celetuk Rey tiba-tiba
"Gue sayang kalian" Rara pun ikut nyeletuk
"Uunch"
"Love you too"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Zahra
SpiritualIni cerita tentang gadis bernama zahra yang memilih untuk berhijab...