Jihoon meletakkan piring bekas bebek panggangnya. Wah hidangan di sini sungguh lezat. Mereka pasti membawa koki dari istana. Ternyata keputusannya untuk datang kesini sangatlah tepat. Dia bisa menikmati hidangan di sini dan nanti dia akan bisa melihat Park Jeojang secara langsung. Dia tidak peduli pada pangeran yang sedang memberikan presentasi. Kondisi perutnya jauh lebih penting.
Jihoon kini mengambil daging steak, dan saat dia asyik memotong steaknya Sungwoon berkata,
"Jihoon, sepertinya aku membuat kesalahan."
"Kesalahan apa maksudmu?"
Jihoon menatap ke arah Sungwoon lalu meletakkan pisau dan garpunya. Dia mengikuti arah pandang Sungwoon. Di sana terlihatnya sang Pangeran berjalan ke arah Minhyun-hyungnya dan berlutut. Seketika luapan emosi membakar Jihoon dan tanpa disadarinya dia berteriak.
"Minhyun-hyung, JANGAN!!!"
Kedua insan itu menolehkan kepala mereka ke arah Jihoon. Tidak hanya mereka, tamu-tamu yang lain pun juga memandang ke arah Jihoon.
"Dasar bodoh! Kau menghancurkan semuanya Aduh, seharusnya aku tidak menyuruhnya kesini. Jihoon berhenti!" teriak Sungwoon, tapi Jihoon mengacuhkannya. Jihoon pun berjalan ke arah Minhyun dan Seongwoo.
Minhyun tampak terperanjat melihat Jihoon di sini. Penampilannya pun tampak berbeda.
"Jihoon, apa yang kau lakukan di sini?"
"Hyung, kau jangan termakan rayuannya. Dia itu Pangeran berengsek. Dia pasti hanya ingin mempermainkanmu." Kata Jihoon marah seraya menuding-nuding wajah Soengwoo.
"Kau pemimpin unjuk rasa itu kan? Bagaimana kau bisa ada di sini? Bukankah seharusnya kau di skors?" tanya Seongwoo kesal karena Jihoon merusak rencananya.
"Jihoon bagaimana kau bisa ada di sini? Dan baju siapa itu?" Minhyun bertanya lembut sembari berusaha menenangkan Jihoon yang masih melotot marah pada Seongwoo.
Jihoon tidak bisa menerima hal ini. Berani-beraninya pangeran berengsek itu mendekati kakak kesayangannya. Pangeran itu tidak pantas bagi kakaknya yang berhati malaikat.
"Park Jihoon! Apa yang kau lakukan di sini?"
Sebuah suara yang amat dikenal Jihoon menyapa gendang telinganya. Gawat, itu adalah kepala sekolah Jihoon. Dia harus cepat pergi dari sini sebelum kepala sekolah menangkapnya. Jihoon segera menarik tangan Minhyun dan berlari ke arah pintu keluar.
Minhyun yang sadar bahwa adiknya dalam bahaya, hanya menurut ketika tangannya ditarik oleh Jihoon. Jihoon yang tergesa-gesa tidak menyadari ada kabel yan melintang dihadapannya. Kabel yang dulu pernah membuat Minhyun hampir terjatuh, kini membuat Jihoon menjadi korbannya. Jihoon pun terhuyung. Beruntung Minhyun memegang tangannya hingga dia tidak terjatuh. Namun sepatu pantofel emas Jihoon tersangkut di kabel itu.
"Park Jihoon, berhenti! Kemari kau anak nakal!"
Merasa ketakutan melihat kepala sekolah yang semakin mendekat, Jihoon pun terus berlari meninggalkan sepatunya sambil masih menarik Minhyun. Mereka keluar dari aula menuju ke tempat parkir di mana Limosinnya berada.
"Mobil siapa ini Jihoon? Kau belum cukup umur untuk menyetir."
Jihoon dapat merasakan Minhyun mulai panik, walaupun nada suaranya tetap berusaha tenang.
"Sudah hyung, kau masuk saja, sebelum kepala sekolah datang."
Minhyun pun duduk di kursi belakang dan Jihoon duduk di sebelahnya.
"Lalu siapa yang akan menyetir Jihoon?" tanya Minhyun bingung, karena tidak ada seseorang pun di kursi pengemudi.
Tiba-tiba sesosok masuk ke dalam limosin dan duduk di sebelah Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella's Step Brother - OngHwang
FanfictionA jerk prince, a lazy Cinderella, a too kindhearted step brother and a fail fairy godfather An OngHwang Story for OngHwang week A Cinderella's Parody