4

1.1K 142 14
                                    

"Jeongin...", Seungmin terlalu shock disaat Jeongin terjatuh, ia ingin membantu tapi entah kenapa otaknya lama dalam memproses kejadian yang baru saja terjadi.

"Eh Jeongin, ngapain kamu!?", Seungmin tersadar dari lamunannya dan menyerukan nama Jeongin disaat Jeongin yang tadinya terkapar diaspal, malah langsung beranjak untuk berlari kearah jalan raya dimana buku tulis Pororo yang dibungkus plastik putihnya terlempar ke tengah jalan raya di detik ia terjatuh.

Seungmin dengan sigap menarik lengan Jeongin sebelum Jeongin sempat melakukan misi 'bunuh diri'nya, Jeongin pun tersentak kebelakang tepat ketika langkah ia hampir melewati pembatas jalan, "Kamu gila ya!?" Bentak Seungmin disaat ia berhasil mengamankan Jeongin.

"Engga lah." Jawab Jeongin dengan lantang, "Itu buku limited edition aku kelempar, liat itu udah dilindes-lindes mobil." Bela Jeongin sambil menunjuk-nunjukkan jarinya kearah plastik putih yang sekarang sudah kotor dan lusuh.

"Iya, nasib kamu bakal kayak plastik itu juga kalau kamu lari ke tengah jalan buat ambil buku itu." Tegur Seungmin, "Kamu itu jauh lebih berharga dari buku yang bisa dibeli lagi itu." Jelas Seungmin sambil mengelus surai hitam yang lebih muda. Jeongin hanya bisa menunduk dan mengangguk-anggukan kepalanya disaat Seungmin menegurnya akibat sifatnya yang ceroboh lagi.

Disaat Seungmin sudah puas menegur Jeongin, ia kembali menghadap pemuda yang tadi Jeongin tabrak. Seungmin tahu dengan jelas bahwa pemuda inilah yang salah karena ia telah berhenti secara mendadak. Yah walaupun Jeongin juga tadinya tidak memperhatikan jalan dengan benar.

Seungmin menepuk pundak pemuda yang lebih tinggi dari ia. Pemuda tersebut menoleh, bersamaan dengan pemuda lainnya yang berdiri tidak jauh. "Heh, kalau lagi jalan liat-liat dong, masa main berhenti ditengah jalan aja." Tegur Seungmin kepada pemuda yang lebih tinggi, "Liat ini, temen saya jatoh barusan gara-gara nabrak anda."

Bukannya ia yang menjawab, malah pemuda yang lebih pendek menjawab, "Gimana dia bisa liat, emang mata dia dibelakang?" Balas yang lebih pendek disaat ia tidak terima bahwa temannya yang disalahkan. "Lagian salah temen kamu lah, siapa suruh poni ga dipotong, jadi nutupin mata, gimana dia bisa liat jalan?"

"Enak aja, ini habis dipotong tau." Jawab Jeongin yang tidak terima bahwa poninya yang dijadikan akar masalah. "Ini liat dong, ga nutupin juga." Lanjut Jeongin sambil mendongak-dongakan kepalanya dengan maksud ingin terlihat seperti jagoan.

"Kamu juga, tanggung jawab dong, masa diem doang dari tadi, cuman serahin ke temen kamu doang buat bela kamu." Tunjuk Jeongin kearah pemuda yang ia tabrak yang sedari tadi hanya melamun sambil melihat kearahnya.

"Tau nih Hyunjin, biasanya kamu paling seneng adu bacot, kok malah diem sekarang?" Lanjut teman si pemuda yang dari tadi diam. Hanya Seungmin yang menyadari betapa anehnya pemuda yang dari tadi angkat bicara yang malah ikut-ikutan mempertanyakan kebisuan temannya.

"E-eh, engga, eh, lagi ngomongin apa sih?" Gugup si pemuda yang diketahui bernama Hyunjin itu saat tersadar dari lamunannya disaat ketiga orang tersebut sudah diam menunggu jawaban dari ia.

Disaat pemuda yang lebih pendek hendak mengangkat suara lagi, Hyunjin segera menutup mulutnya dengan kedua tangan dia. "Uh.. tunggu sebentar ya." Izin Hyunjin dan diakhiri dengan kekehan yang canggung.

Hyunjin pun segera membawa temannya jalan beberapa langkah dari tempat Seungmin dan Jeongin berada. "Heh! Jangan kabur!" Teriak Seungmin dan dibalas oleh teriakan Hyunjin yang menjelaskan bahwa ia hanya akan berbicara sebentar dengan temannya.

Seungmin dan Jeongin yang melihat kedua pemuda tersebut menjauh hanya bisa mengerutkan dahi mereka dengan wajah penuh tanya. "Ngapain sih mereka? Pacaran ya?" Tanya Jeongin, "Ga tau deh." Balas Seungmin singkat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who? - HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang