"Fahri." Maria memanggil lirih suaminya yang sedang memejamkan mata di atas tempat tidur kamar tamu Lapas. Ritme napas dan dengkuran halus menandakan bahwa pria berwajah tampan itu sedang larut dalam tidur.
Sebenarnya Maria tidak tega membangunkan kekasih hatinya. Tapi sudah malam, sebentar lagi pintu gerbang akan ditutup. Semua pengunjung tidak diperbolehkan menginap di Lapas.
Kalau boleh jujur, Maria ingin menahan Fahri agar terus berada di sini bersamanya. Tetapi hal itu sangatlah tidak mungkin.
"Fahri, bangun, Sayang," ucapnya terlalu lirih, seperti sengaja tidak mau membangunkan sang pujaan hati.
Sembari memandangi wajah suaminya, jemari lentik Maria menyentuh hidung mancung itu, lalu membelai pipi yang dingin terkena embusan penyejuk ruangan, dan meraba bagian bawah mata suaminya yang sedikit menghitam, menandakan kurang tidur.
Sesibuk apa pun, Fahri selalu menyempatkan diri mengunjunginya setiap hari. Tidak pernah absen, kecuali ada kepentingan darurat. Meskipun tidak pernah mengeluh lelah, tetapi setiap kali usai berhubungan, Fahri pasti jatuh tertidur seperti ini.
Akhir-akhir ini Maria juga melihat tubuh Fahri semakin kurus. Mungkin karena sibuk membagi waktu antara pekerjaan, mengurus Humaira dan Keysha, serta mengunjunginya di Lapas, Fahri jadi mengabaikan pola makannya.
Ah, seandainya tidak dipenjara, sudah pasti Maria akan melayani Fahri setiap saat. Dia akan merawat Keysha dan Humaira, membuatkan sarapan pagi, membawakan bekal makan siang, dan menanti Fahri pulang kantor untuk makan malam bersama, atau tidur berpelukan sampai pagi, tanpa cemas harus berpisah. Tapi semua itu hanya pengandaian yang tidak mungkin bisa ia wujudkan sekarang.
Setetes air mata meluncur di pipinya. Rasa sesak memenuhi dada. Maria menyesal pernah berbuat kejam pada Aulia sehingga menyebabkan dirinya dipenjara seperti sekarang ini. Dia merasa menjadi istri yang tidak pantas untuk Fahri. Padahal menurut buku fiqih wanita yang pernah ia baca, seorang istri adalah pakaian suaminya. Pakaian yang memberi rasa aman, nyaman serta tentram. Sebaik-baik pakaian adalah yang menutup aurat, artinya seorang istri harus bisa menutupi aib dan kekurangan suami, tidak mengumbar keburukannya di muka umum sehingga orang-orang tidak akan memandang rendah suami.
Tidak seperti istri-istri yang jika terkena masalah dengan suaminya selalu curhat di sosmed sehingga bisa dibaca ribuan mata, menyebabkan isteri kufur terhadap kebaikan-kebaikan suami.
Seperti termaktub dalam hadist ini:
Diperlihatkan neraka kepadaku. Ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita yang kufur."
Ada yang bertanya kepada beliau, "Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?"
Beliau menjawab, "(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka satu masa, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, 'Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu'." (HR. al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
KAMU SEDANG MEMBACA
Humaira, A Girl With The Blue Eyes
RomansaAnak perempuan yatim bermata biru yang ingin menemukan cinta sejati. *** Humaira diadopsi oleh keluarga Fahri. Sejak kecil ia merasa bahwa Papa angkatnya adalah seorang pahlawan yang siap melindunginya dari segala ancaman bahaya. Lambat laun perasaa...