Tangled Thread

3.3K 261 221
                                    

"Jadi..." Lancelot menatap Gusion dan Hayabusa sedikit gusar. "Gimana?"

Kedua hero Assassin itu saling berpandangan. Tampak seperti bertukar pendapat lewat mata mereka. Gusion angkat bahu.

"Aku pribadi nggak keberatan." katanya santai.

Hayabusa mengangguk. "Lagipula memang harus ada yang gabung dengan tim lain. Kita kebanyakan Assassin."

"Ya." setuju Lancelot. "Ajak gabung salah satu anak tank pasti akan jadi kekuatan lebih buat kalian."

Gusion mengangguk. "Tapi apa Odette akan terima jika kau tiba-tiba maksa gabung Beauty cuma karena khawatir sama istrimu itu?" Gusion tahu bagaimana anggota Beauty punya harga diri tinggi. Mereka memang sekumpulan gadis, tapi mereka tidak suka dianggap lemah. Gusion sangat paham itu dari kekasihnya, Lesley.

"Odette sudah memaksa ikut turnamen. Akan adil kalau dia setidaknya mengabulkan syaratku untuk bertarung bersamanya."

Lancelot tidak bisa membiarkan istrinya bertarung sendirian, meski ini hanyalah pertarungan antar mahasiswa bukan pertarungan semacam melawan Dark Lord setahun lalu. Odette belakangan ini sering mual. Walaupun belum resmi dinyatakan hamil, Lancelot merasa yakin sang putri angsa sedang--akan segera mengandung anak pertama mereka. Lancelot tidak ingin mengambil resiko.

"Aku pikir Beauty nggak akan keberatan kalau Lancelot gabung." kata Hayabusa, dibalik masker hitamnya ia menyeringai. "Dia kan sudah masuk katagori 'Beauty'"

Gusion tertawa sementara Lancelot sewot.

"Sialan. Udah potong pendek, nih. Kurang laki apa." umpatnya, lalu bangkit berdiri dan meraih ransel. "Btw, duluan ya, guys. Setengah jam lagi jadwal ngelatih anggar."

Setelah resmi menjadi suami Odette Windsor, meski Lancelot yang seorang anak keluarga bangsawan Baroque, yang sudah memiliki banyak uang, Lancelot tetap berusaha menjadi suami yang baik dengan mencari uang sendiri. Hayabusa dan Gusion mengangguk. Lancelot segera berlalu meninggalkan kelas.

"Aku juga duluan." kata Hayabusa, meraih ransel. "Soal Alucard kita bicarakan nanti lagi."

"Oke." sahut Gusion.

Sepeninggal Hayabusa, Gusion menyadari kelas mereka sudah sepi. Yang tersisa hanyalah ia, dan Lesley yang masih duduk di kursinya di belakang. Fanny dan Karina berdiri di kedua sisi samping gadis itu. Mereka kelihatan serius.

"Ada apa, nih?" tanya Gusion, gabung dengan ketiganya.

"Kami pengin cewekmu gabung dengan tim kami untuk turnamen depan." Jelas Fanny.

Karina mengangguk. "Tapi kayaknya, Lesley masih bingung."

Gusion langsung mengerti. Lesley sudah tergabung dengan Beauty dan tidak bisa asal gabung dengan tim lain. Tapi Fanny dan Karina adalah dua Assassin hebat. Gusion akan sangat mendukung jika Lesley ingin mencoba pengalaman baru dengan tim yang berbeda.

"Kalau kau mau, kami bisa tunjukkan game play kami." kata Fanny lagi, tampak ingin meyakinkan Lesley.

"Yeah." Gusion tampak mendukung. "Kita bisa pakai war arena di rumahku."

Karina tampak bersemangat. "Kalau gitu akan kuhubungi Johnson dan Martis."

"Johnson dan Martis?" tanya Lesley tidak mengerti.

"Ya." Fanny mengangguk. "Anggota tim kami yang lain."

Setelah bertemu Johnson dan Martis, mereka berenam meninggalkan kampus dan berkendara menuju kediaman keluarga Paxley. Lesley bersama Gusion, sementara Fanny bersama ketiga anggota timnya.

Beauty vs The Beast; [The Cursed Child]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang